Niko Prameswara Bakhi yang selama ini dihina karena bergantung hidup sebagai pembantu di keluarga Echa--sang istri--ternyata kaya raya! Sebagai ahli waris tunggal, Niko bahkan berjanji untuk memastikan istrinya bahagia dan menghukum orang yang menghina Echa?!
View More“Untuk apa kamu ke sini lagi?!” teriak Sarah kentara jelas tidak suka melihat kehadiran Echa. “Jika kamu datang ke sini untuk minta uang, kami nggak punya!”Sarah kemudian melihat lelaki yang baru masuk menyusul Echa, “Oh Tuhan … gimana sih kamu, bisa-bisanya bawa kotoran ke rumahku!”Sarah yang melihatnya melemparkan pandangan merendahkan kepada Niko, seakan jijik dengan kehadiran pria itu di tempat tersebut.“Lagian urat malumu udah putus, ya? Ckkk sebegitu miskinnya ya kamu sampai berulang kali mengemis datang ke sini?” Tessa ikut menertawakan Echa.Echa malah menerbitkan senyuman bahagia, “Mengemis? Justru kedatanganku ke sini untuk berterima kasih kepada kalian yang sudah membayar tagihan rumah sakit Papaku. Nanti jam 9 Papa akan menjalani operasi.”“Apa?!” Sarah dan Tessa terkejut mendengarnya.“Bodoh!” Sarah marah, mengira bahwa orang yang telah membayarnya adalah suaminya sendiri. “Herman! Herman!” panggilnya kemudian.Mendengar sang istri memanggil, Herman keluar dan menghamp
Sungguh mustahil! Dari awal mereka memikirkan bagaimana Niko akan segera pergi meninggalkan dunia ini, akan tetapi saat ini justru Berry yang dikawatirkan tidak selamat dari amukan sekelompok orang yang terus membabi-buta memukulnya. Ada tanda tanya besar dalam pikiran semua orang. Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa situasinya terbalik? Apakah sekelompok orang itu punya hubungan dengan Niko? Atau mereka adalah suruhan musuh bisnis keluarga Berry? Sementara Di luar hotel, Niko membawa Echa naik mobil yang di kemudikan oleh salah satu orang suruhan Danang. “Bawa aku ke rumah sakit terdekat,” titah Niko, dan seketika si sopir pun menjalankan tugasnya. *** Keesokan harinya, jam 6 pagi, Niko menatap wanita yang sedang berbaring di atas ranjang pasien. “Echa, maafkan aku telah membuatmu seperti ini. Tapi aku janji ini tidak akan terjadi lagi. Kamu milikku, tidak aku biarkan lelaki manapun menyakitimu!” Niko kini dalam situasi hati yang kacau. Hatinya merasa bersalah tatkala melihat
“Tapi untuk ini ….” Niko menunjukkan kepalan tangan kanannya tepat di depan mata Berry.Mata Berry membulat sempurna, “Kamu mau apa, hah?! Mau memukulku lagi?!”“Bisa jadi. Tanganku bisa kapan saja merusak wajahmu!” balas Niko dengan tatapan intimidasi.Apa? Lagi-lagi ucapan Niko yang tak terduga ini membuat semua orang tercengang. Begitu pula dengan Echa.Bagaimana bisa? Mereka tidak salah dengar, ‘kan?Ditatap tajam seperti itu, Berry merasa gentar di hati. Namun, dia segera memasang wajah lebih garang, “Kamu ngomong apa barusan?! Aku tidak dengar!” tantangnya.Niko menjawab dengan mengayunkan kepalan tangannya ke arah kepala Berry. Tak berhenti disitu, kaki Niko juga masuk mulus ke perut lelaki itu hingga terpental membentur tembok.Detik itu juga jeritan Berry dan teriakan semua orang bersamaan menggema di ruangan tersebut.“Kepalanya bocor!” terlihat semua orang panik bukan main.Dua pukulan keras membuat darah segar mengucur deras di kepala lelaki itu.Wajah Echa pucat pasi. Sak
Niko melangkah, berpindah posisi di depan istrinya. Niko melindungi, tidak akan membiarkan laki-laki lain menyentuh istrinya.Echa Armetta Ruby itu miliknya!“Minggir!” seru Berry sambil menghentikan langkahnya, hanya berjarak satu jengkal dari Niko.Berry kemudian menatap penuh nafsu pada wanita yang berdiri di belakang lelaki itu, “Aku tidak sabar ingin mencicipi bibir Echaku.”Niko membalasnya dengan tatapan dingin. Tangannya terangkat, kemudian terayun tepat ke arah kepala laki-laki itu.BUGH!Suara gedebuk keras membuat semua orang terkesiap mendengarnya. Saking kerasnya pukulan itu, Berry oleng ke samping hingga jatuh.“Ahhhhh …” Berry menjerit kesakitan sambil memegangi kepalanya.Detik itu juga, seseorang berteriak mengikuti jeritan laki-laki itu, “Darah! Kepala Berry berdarah!”“Echa, suamimu gila, ya! Suamimu sudah muak hidup, ya? Sampai berani memukul Berry hingga berdarah?! Akibat kegilaan suamimu, kamu pasti kena imbasnya!” seru Melda.Wajah Echa pucat pasi, kepalanya ter
Niko menatap lekat-lekat mata Echa yang sudah sembab. Dari tatapan sang istri, seolah ingin meminta maaf untuk menampar dirinya.Niko bisa saja memberikan bukti bahwa biaya operasi lanjutan Fikram sudah dibayarkan, tetapi dia penasaran dengan momen ini. Walaupun demikian, dia akan memakluminya jika Echa menamparnya, karena istrinya itu dalam posisi terdesak untuk menyelamatkan Papanya.Melihat Echa masih ragu-ragu, Berry pun memberi ultimatum, “Hitungan ke sepuluh kamu belum menamparnya, lupakan saja uang 2 miliar ini! Satu, Dua, Tiga —”Selagi Berry menghitung, teman-temannya mendesak Echa untuk segera melakukannya.“Cepat, Echa. Kesempatan emas nggak akan datang dua kali!”“Spek suamimu kayak bekas rongsokan! kamu gak bakalan rugi kalau dibuang! Toh ada pangeran Berry yang menunggumu!”“Iya nggak usah ragu, cepetan tampar suamimu! Kalau perlu cakar sekalian.”Berry kesal Echa tak kunjung bertindak. Dia pun menjeda hitungannya, “Delapan …. Ini kesempatan terakhirmu, Echa.”Echa menut
“Echa.” Niko menatap lekat-lekat istrinya yang sedang emosi. “Aku tidak berbohong. Aku sudah–”Sayang sekali sebelum Niko menyelesaikan kalimatnya, suara lantang Echa terlebih dahulu memotongnya.“Cukup, Niko! Cukup! Kamu nggak usah ngomong apa-apa! Aku muak dengernya. Pulang sekarang!”Berry tersenyum puas melihat pemandangan ini. Dia yakin Echa pasti membenci lelaki itu dan menceraikannya.Niko malah tersenyum kecil, kemudian menutup matanya dan menarik napas panjang sebelum berkata, “Aku tidak akan pulang tanpa kamu, istriku!”Echa menggeleng-gelengkan kepala tak percaya. Dia benar-benar kecewa dan marah pada Niko. Biasanya, setiap kata yang diucapkannya, lelaki itu pasti menuruti. Namun, setelah menikah semuanya berubah. Detik itu juga, Echa secara reflek mengangkat tangannya untuk menampar Niko, akan tetapi tangannya tidak sampai bertemu dengan pipi sang suami. Hati kecilnya melarang, karena bagaimanapun juga status lelaki itu adalah suaminya sendiri.Berry kesal melihat Echa me
Penasaran dengan pemilik suara, mereka serempak menoleh ke arah pintu. Mereka mengira kedatangan seorang petugas keamanan, tetapi dugaan mereka meleset. Orang yang berdiri di depan pintu adalah Niko Pram, seorang pembantu yang menjadi suaminya Echa.“Yaelah kirain siapa, gak tahunya cuma gelandangan!” seru Melda sambil menahan tawanya. Dia lalu menunjuk ke arah Echa dan lelaki yang baru masuk ke ruangan. “Tuh, Echa, dicariin suamimu!”“Duh penampilannya kayak orang gila. Amit-amit aku dapat suami modelan kayak gitu!”“Ckkk dikiloin juga nggak bakalan laku sih!”Niko mengabaikan semua hinaan yang berdatangan. Tatapan tajamnya masih tertuju pada Lelaki brengsek itu, “Berani kamu menyentuh istriku, kupatahkan lehermu!”Berry malah membalasnya dengan senyuman sinis, “Lumayan galak juga. Tapi kamu tahu siapa aku?” dia memandang remeh pada Niko. “aku adalah anak pemilik perusahaan STAR Group. Kalau aku mau, aku bisa melenyapkanmu dalam hitungan detik!”Saat ini STAR Group adalah perusahaan
“Kamu bekerja untukku, bukan?” Niko memotong ucapan lawan bicaranya.“Baiklah jika itu yang kamu inginkan.”Setelah mendengarkan jawaban dari lawan bicaranya, Niko memutus sambungan telepon. Dia lalu berganti menghubungi nomor telepon yang berbeda.“Halo?” Tak berselang lama telepon itu tersambung.“Halo? Aku ingin membayar tagihan pasien bernama Fikram. Seluruhnya,” ucap Niko begitu serius. “segera lakukan operasi lanjutan.”***Malam harinya, tanpa sepengetahuan suaminya, Echa berangkat ke sebuah hotel untuk menghadiri acara reuni. Semenjak pernikahannya dengan Niko, namanya menjadi bahan hinaan banyak orang, tak terkecuali adalah teman-temannya sendiri. Kalau saja bukan karena mencari pinjaman untuk biaya operasi sang Papa, dia tidak akan mau datang ke acara ini.“Echa, kamu ‘kan sudah nikah nih. Terus, kamu kok datang sendirian? Di mana suamimu?” tanya salah satu temannya.Tak menunggu Echa menjawab, Melda yang juga bergabung dalam acara reuni langsung menyahut, “Ya jelas Echa ga
Echa pergi dari rumah itu. Dia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Saat ini, dia begitu marah dan sedih dengan situasi seperti ini.‘Aku harus gimana?!’ Echa menjerit dalam hati. Air matanya semakin deras mengalir membasahi pipi.Saat pikirannya kacau, terdengar bunyi klakson dari mobil lain. Awalnya Echa menghiraukan, akan tetapi bunyi klakson itu semakin kencang dan diulang-ulang.Echa sedikit terkejut melihat sebuah mobil tiba-tiba memepet mobilnya, seolah memberi syarat kepadanya untuk berhenti. “Siapa sih?!” Echa yang sama sekali tidak curiga sedikitpun, lantas dia menghentikan mobilnya di pinggir jalan.“Siapa mereka?” Echa memicingkan mata. Dia mulai menaruh curiga saat dua laki-laki berbadan besar memakai seragam turun dari mobil itu dan menghampiri mobilnya.Salah satu orang itu mengetok kaca mobilnya dan berkata, “Buka pintunya!”Echa pun membuka kaca mobil kemudian berkata, “Kalian siapa? Dan ada keperluan apa kalian–”“Kami pihak bank,” potong orang itu sambil
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.