LOGIN"Zara! Ini aku! Tenanglah!"Misandari menahan dorongan kuat untuk mendorong musuh di depannya, lalu menggenggam erat pergelangan tangan Zara sambil berteriak keras.Kekuatan spiritualnya lebih tinggi, pikirannya pun lebih teguh. Dia masih bisa mempertahankan seberkas kejernihan. Namun, ilusi di hadapannya tetap mengguncang jiwanya dengan dahsyat.Luther menatap tim yang mulai kacau, keningnya berkerut dalam.Ilusi Mirava ini memang rumit dan berbahaya. Dia bukan hanya mampu menciptakan ilusi lingkungan berskala luas, tetapi juga menanamkan bayangan hati yang berbeda di benak setiap orang, membuat mereka sulit bertahan.Jika ini terus berlanjut, tanpa Mirava turun tangan pun, mereka akan saling membunuh dengan tangan sendiri.Luther kembali melepaskan kesadaran ilahinya, tetapi kali ini efeknya jauh berkurang. Kekuatan ilusi Mirava melekat erat pada batin setiap orang, seperti duri dalam daging. Serangan kesadaran yang luas tak cukup kuat untuk mencabutnya sepenuhnya."Tutup mata kalian
Setelah sebagian besar formasi ilusi itu berhasil dihancurkan, para pengawal yang sebelumnya tenggelam dalam mimpi pun mulai sadar satu per satu.Mereka menatap ngeri pada pemandangan asli di sekitar. Tanah merah yang berlumuran darah dan tubuh rekan-rekan mereka yang terbaring kaku di atas genangan darah. Wajah mereka pucat pasi. Ketakutan dan penyesalan bercampur menjadi satu."Formasi ilusi yang luar biasa .... Benar-benar bisa mencerminkan keinginan terdalam manusia dengan begitu nyata." Suara Misandari bergetar. Rasa terima kasihnya kepada Luther semakin mendalam.Tatapan Luther seperti kilat, langsung menembus ke arah mata air satu-satunya yang masih tampak nyata di dalam lembah itu.Di atas mata air itu, ruang hampa tiba-tiba bergetar hebat. Sebuah bayangan perlahan-lahan terbentuk.Itu adalah seorang wanita berwujud cahaya dan kabut, mengenakan jubah berwarna-warni. Wajahnya cantik luar biasa, begitu memukau hingga tampak nyaris tidak manusiawi.Dia melayang di udara, kaki tela
"Hmm?" Misandari terkejut dan menoleh ke arah Luther, wajahnya penuh kebingungan.Pandangan Luther sama sekali tidak tertarik pada keindahan luar biasa di depan mata. Matanya menyapu perlahan seluruh lembah, tajam seperti elang, dengan sorot dingin yang seolah-olah menembus segala kepalsuan."Segala yang kita lihat belum tentu nyata. Tempat ini memang dipenuhi energi spiritual, tapi terasa dangkal dan nggak punya dasar sejati. Musik surgawi itu terdengar indah, tapi terlalu sempurna, kehilangan nuansa alamiahnya.""Perhatikan baik-baik. Aroma bunga, suara air, kabut yang melayang .... Semuanya terasa terlalu serasi, seolah-olah sengaja diciptakan hanya untuk memikat indra kita."Mendengar itu, Misandari dan beberapa pengawal yang basis kultivasinya lebih tinggi segera memusatkan pikiran mereka untuk mengamati lebih cermat. Benar saja, mereka menemukan kejanggalan.Aroma bunga yang semula harum, kini terasa terlalu manis hingga membuat kepala pusing. Suara aliran air yang seharusnya aca
"Tenangkan hati kalian! Serang mereka!" seru Misandari.Pedang pendek di tangannya memancarkan cahaya dingin yang menusuk. Sebilah energi pedang menebas ke arah bayangan abu-abu yang menerjang.Energi pedang itu menembus bayangan tersebut. Bayangan itu bergetar dan berputar. Wujudnya menipis, mengeluarkan jeritan tajam, tetapi tidak benar-benar lenyap, malah semakin ganas saat menerjang kembali.Serangan para pengawal lainnya pun tidak jauh berbeda. Cahaya pedang dan pisau energi astral mereka tampak kurang efektif melawan bayangan kabut itu. Butuh beberapa kali serangan untuk menghancurkan satu di antaranya.Namun, serangan dari bayangan kabut itu justru sangat aneh. Serangan-serangan itu dapat dengan mudah menembus pelindung energi astral biasa dan langsung menyentuh tubuh. Begitu terjerat olehnya, tubuh segera terasa membeku dan energi vital mengalir keluar seperti banjir yang jebol dari bendungan.Seorang pengawal yang lengah diserang pada lengannya. Seketika, lengannya berubah men
Di balik gerbang perunggu raksasa yang berdiri dengan kokoh itu mungkin tersembunyi taman langit yang legendaris atau justru perangkap yang lebih mematikan lagi.Sulur tanaman berwarna emas yang melilit di celah pintu terlihat sudah kering, tetapi terasa sangat kuat saat Luther menyentuhnya dengan ujung jari. Sementara itu, aksara awan di permukaan gerbang berpendar dengan lembut, lalu membentuk pola segel kuno yang kuat. Bukan hanya sulit jika ingin membukanya dengan paksa, tetapi bisa berisiko menimbulkan akibat yang tak terduga.Setelah mengamati segel itu dengan kesadaran spiritualnya cukup lama, Luther akhirnya menggelengkan kepalanya. "Segel pada gerbang ini masih utuh dan terhubung langsung dengan urat bumi. Kalau dibuka dengan paksa, takutnya bisa menimbulkan bencana. Mungkin ada jalan lain atau kita butuh kondisi tertentu untuk membukanya."Harapan yang tadinya begitu dekat kini terasa seolah dipisahkan oleh dinding tak kasat mata dan membuat semua orang kecewa.Misandari mena
Pada saat yang bersamaan, Luther mengayunkan tinju kanannya dengan sederhana. Tanpa gerakan yang berlebihan, tetapi memiliki kekuatan yang mampu mengguncang gunung dan menghancurkan batu.Bam!Tinju Luther menghantam tepat di inti monster itu, yaitu mata tunggalnya yang merah.Tubuh monster itu tiba-tiba menjadi kaku dan garis-garis bercahaya biru di permukaan tubuhnya langsung meredup, lalu padam. Setelah itu, tanah dan batu yang membentuk tubuhnya kehilangan daya lekatnya dan ambruk ke tanah. Hanya tersisa sebuah kristal mata merah yang penuh retakan dan kehilangan kilaunya di tubuhnya, lalu menggelinding keluar.Melihat hal itu, dua monster lainnya terlihat menyadari betapa mengerikannya Luther. Cahaya merah di mata tunggal mereka berkedip dengan cepat dan tidak menyerang lagi, malahan mundur dengan cepat dan berusaha masuk kembali ke dalam tanah."Mau kabur?" kata Luther sambil mendengus dan menendang pecahan zirah di tanah hingga melayang. Dia mengalirkan energi sejatinya ke dalam







