Nivan tahu sosok putih itu sangat kuat, tetapi dia tidak menyangka akan begitu kuat. Hanya dalam beberapa menit, sosok itu langsung menyerap kabut merah yang memenuhi langit tanpa tersisa dengan teknik naga sakti menyedot air. Kekuatan seperti ini benar-benar sudah melampaui bayangannya. Apa yang dilihatnya langsung jauh lebih mengejutkan dari kabar yang didengarnya.Setelah kabut merah menghilang, sosok putih itu melambaikan tangannya dan pusaran energi pun segera lenyap. Sebuah mutiara merah perlahan-lahan melayang turun dari langit dan akhirnya mendarat di telapak tangan sosok putih itu.Melihat waktunya sudah tepat, Nivan mengerahkan seluruh energi sejatinya dan berteriak, "Kamu sudah mengusir kabut beracun dengan kekuatan yang luar biasa dan menyelamatkan seluruh warga kota dari bahaya. Aku berterima kasih atas pertolonganmu mewakili mereka. Apa kamu punya waktu luang agar aku bisa menyampaikan rasa hormatku sebagai tuan rumah?"Perkataan ini sangat cerdik karena diawali dengan me
Bagi Nolan, tak ada hal yang lebih menggembirakan dari apa yang baru saja terjadi. Kabut merah beracun telah diserap oleh seorang ahli luar biasa dan krisis yang melanda seluruh kota berhasil teratasi.Kini, dia punya harapan untuk membalikkan situasi lagi. Meskipun masih ada masalah-masalah kecil yang tersisa, semuanya masih bisa diatasi dengan kekuatan manusia. Ini yang dinamakan habis gelap terbitlah terang!"Pangeran, orang itu sudah pergi!"Tepat saat Nolan masih larut dalam kebahagiaan, sosok putih di ujung langit telah berubah menjadi meteor dan terbang menjauh. Dari awal kemunculan hingga pergi, semuanya berlangsung kurang dari sepuluh menit."Cari tahu siapa sebenarnya orang itu. Kalau ada kesempatan untuk mendekatinya, coba dekati. Tapi kalau nggak memungkinkan, juga nggak perlu memaksa. Yang jelas, jangan sampai menyinggung orang sehebat itu." Nolan memberi perintah.Orang-orang yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan kekuatan alam semesta seperti itu, biasanya tidak ter
Setelah membantai para pejabat korup itu, amarah yang membara di hati Nolan akhirnya sedikit mereda.Melihat kondisi saat ini, Kota Linaer sudah tak bisa diselamatkan. Kabut merah akan segera melahap seluruh kota.Dengan kemampuan yang Nolan miliki sekarang, apa pun yang dilakukan tak akan berguna. Daripada frustrasi, membunuh para pengkhianat itu setidaknya memberinya sedikit pelampiasan.Tiba-tiba, dari langit terdengar suara gemuruh yang menggelegar, seperti ada petir yang menyambar. Bahkan tanah di bawah kaki pun bergetar ringan."Apa itu?" Nolan mengerutkan alisnya."Pangeran! Ada perubahan situasi di luar!" Hawi bergegas masuk ke aula untuk melapor."Cepat ke luar!" Tanpa berbasa-basi, Nolan bergegas melangkah ke luar. Di kejauhan, terlihat langit berubah. Sebuah pusaran energi raksasa entah sejak kapan telah muncul di atas langit.Pusaran itu lebarnya ratusan meter. Dari kejauhan tampak seperti lubang hitam yang memancarkan tekanan luar biasa.Tepat di bawah pusaran itu, melayan
"Paman Jaka! Siapa orang tadi? Gimana mungkin dia punya kekuatan sehebat itu?"Setelah keterkejutan singkat, Naim langsung bersemangat. Dengan satu gerakan tangan, orang itu mampu memicu fenomena langit dan bumi, menyapu bersih kabut racun merah dalam radius beberapa kilometer.Ini sudah tidak bisa disebut manusia lagi. Sosok itu benar-benar seperti dewa yang turun ke bumi!"Jaraknya terlalu jauh, aku nggak bisa lihat jelas." Jaka membelalak, wajahnya penuh dengan keterkejutan yang tak bisa disembunyikan.Sosok itu terlalu kuat. Begitu kuat hingga dia merasa seperti sedang menyaksikan makhluk ilahi. Tak pernah dia bayangkan bahwa di wilayah selatan ini, tersembunyi seorang tokoh sehebat itu. Dengan kekuatan sehebat itu, sosok itu bisa dibilang sebanding dengan tokoh besar Gunung Narima itu.Dia benar-benar membalikkan keadaan dan menyelamatkan segalanya dari kehancuran hanya dengan mengandalkan kemampuannya sendiri."Selidiki sekarang juga!" Naim berseru penuh semangat, "Kita harus tah
Di kota Wuga, wilayah pusat.Kabut racun merah yang pekat menyebar dari dalam rumah sakit, meluas ke segala arah tanpa henti. Dalam waktu hanya sejam, kabut merah itu sudah menyebar sejauh enam hingga tujuh kilometer, lebih cepat dan buas daripada kebakaran hutan.Setiap tempat yang dilahap kabut merah berubah menjadi puing dan reruntuhan. Siapa pun yang terkena kabut itu langsung tewas, bahkan dalam dua menit akan meleleh menjadi genangan darah.Bahkan benda mati pun akan terkikis dan terkorosi hingga berlubang-lubang oleh kabut tersebut. Jika situasi ini terus berlanjut, dalam sehari seluruh kota bisa dilahap kabut merah dan berubah menjadi tanah kematian.Saat ini, di atas gedung tinggi tak jauh dari kantor wali kota, Naim dan Jaka berdiri di atap sambil memandangi kabut merah yang terus meluas di kejauhan. Wajah mereka tampak putus asa.Mereka sudah mencoba segala cara, menggerakkan tenaga dan sumber daya sebanyak mungkin untuk menghentikan penyebaran kabut. Namun, semua upaya itu
"Pangeran Naim, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Jaka dengan ekspresi cemas.Ekspresi Naim terlihat putus asa. "Kamu tanya aku, jadi aku harus tanya siapa? Kedua dokter sudah mati dan wabah juga nggak bisa dikendalikan, sekarang malah muncul kabut beracun yang mematikan lagi. Menurutmu, aku harus bagaimana menghadapi semua ini? Sekarang kepalaku terasa mau meledak.""Pangeran Naim, bagaimana kalau kita mundur dulu? Kalau kabut beracun ini terus menyebar, kota ini akan hancur. Kalau kamu tetap di sini, nyawamu akan dalam bahaya," bujuk Jaka."Mundur? Mundur ke mana? Kalau Kota Wuga ini hancur, masa depanku juga hancur," balas Naim dengan ekspresi muram.Semua orang tahu tugas mengendalikan wabah kali ini adalah ujian dari ayahanda. Jika performa Naim bagus, mungkin dia akan menjadi pewaris takhta. Namun, jika performanya buruk, impiannya akan hancur selamanya. Setelah berusaha sampai sejauh ini, dia mana mungkin rela melepaskan takhta yang sudah hampir jatuh di tangannya."P