Share

79

Penulis: Eselitaa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-19 23:42:30

Hadi bersandar ke sofa, menatap istrinya dengan ekspresi yang sulit dibaca—antara setuju, ragu, dan takut mengambil langkah yang bisa berdampak besar pada masa depan putri mereka.

“Kalau Zayna tahu Zafran sampai mau datang ke rumah sakit hanya untuk melarang dia kerja besok…” Hadi mengusap wajahnya lelah.

“Zayna bisa tambah tertekan. Dia nggak suka dipaksakan.”

Summayah mengangguk pelan.

“Sekarang kita jadi tahu bagaimana Zafran yang sebenarnya. Ketika dia masih sama Maisha, apa pednah kita tahu sedikitpun tentang dia? Dia benar-benar tertutup dan terkesan dingin dan nggak peduli. Siapa yang menyangka dia bakalan melakukan sampai sejauh itu. Dan nggak masuk akalnya, pada putri kita."

Hadi mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Zafran itu… baik, tapi cara baiknya salah. Terlalu mendominasi, terlalu mengatur. Dan Zayna itu anak yang sensitif. Kalau dipaksa, dia justru menjauh.”

“Persis.”

Hadi menatap pintu kamar Zayna yang sudah tertutup.

“Aku nggak mau Zayna makin kacau.”

“Besok pagi kit
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dikejar Lelaki Dingin yang Menolakku   123

    Ruang rawat pagi itu terasa lebih hangat dari biasanya. Cahaya matahari menembus tirai tipis, memantulkan warna keemasan di lantai yang mengilap. Zayna menarik napas panjang sambil menelusuri lorong menuju ruang 305, tempat pasien kontrol bernama Bu Safira Lazuardi ditempatkan sementara.Nama itu baru ia lihat pagi ini saat memeriksa daftar pasien.Dan baru setelah membaca nama belakangnya, jantung Zayna langsung jatuh ke perut.Ibu Zafran.Dia menelan ludah. Jari-jarinya sedikit gemetar merapikan hijabnya. Entah kenapa, hari ini dia merasa lebih gugup dari biasanya.Apa Zafran juga akan datang?Tentu saja. Dia selalu mengantar ibunya saat kontrol.Zayna berjalan dengan langkah yang hati-hati, mencoba menenangkan dirinya. Tapi semakin dekat ke pintu ruang 305, semakin cepat detak jantungnya.“Bismillah…” bisiknya pelan, lalu mengetuk pintu.---Saat pintu terbuka, yang pertama ia lihat adalah wanita elegan berusia sekitar lima puluh lima tahun dengan senyum halus yang teduh.Dan di sa

  • Dikejar Lelaki Dingin yang Menolakku   122

    Ketika sedang berada di salah satu mall di kota itu, Zayna dan Raisa tidak sengaja bertemu dengan seseorang yang Zayna sangat kenal. Siapa lagi kalau bukan Dokter Langit. Ini entah yang ke berapa kalinya Zayna melihat Dokter Langit mengenakan pakaian biasa, bukan seragam dokter. Dokter Langit tiba-tiba menghampiri Zayna. "Dokter Langit lagi belanja juga?" tanya Zayna ramah seraya memandang ke keranjang belanja Dokter Langit. Belanjaan Dokter Langit sudah sangat banyak. "Iya ini sudah selesai tinggal bayar ke kasir. Kamu dengan siapa ini?" tanya Dokter Langit lalu menatap Raisa. Raisa tidak habis pikir. Kenalan Zayna benar-benar tampan-tampan. "Oh dia adalah temanku, dokter. Perkenalkan, namanya Raisa," ucap Zayna. "Apa dokter Langit suka sama Raisa? Karena seperti aku yang tertarik pada Zafran dalam pandangan pertama, siapa tahu dokter Langit juga demikian, sayang sekali Raisa sudah menjadi milik Bilal," batin Zayna. Raisa cuma menganggukkan kepalanya. "Salam kenal dokter na

  • Dikejar Lelaki Dingin yang Menolakku   121

    Matahari bersinar ramah di atas atap rumah Zayna, memantulkan cahaya keemasan pada pot-pot bunga anggrek di teras. Hari itu adalah hari libur, dan Zayna sedang asyik melanjutkan merajut. “Zayna! Assalamu’alaikum!” Zayna menoleh, dan senyum langsung merekah di wajahnya. “Raisa! Wa’alaikumsalam, ayo masuk!” Raisa melangkah masuk dengan membawa sekantung kecil berisi kue. Wajahnya bersinar dengan kebahagiaan yang nyaris memancar. “Gak nyangka ya, kita bisa janjian di tengah kesibukan kita," kata Raisa. “Iya, alhamdulillah,” jawab Zayna sambil menyambut tamunya. Mereka duduk di kursi rotan teras, ditemani teh hangat dan kue buatan Raisa. “Aku ke sini mau ngajak kamu jalan bentar,” ucap Raisa, matanya berbinar. “Ke butik langgananku. Aku mau fitting lagi baju pengantin, trus mau lihat-lihat beberapa kebutuhan lain untuk kamar. Bantuin aku milih-milih, dong! Kepalaku puyeng sendiri.” Zayna tertawa. “Wah, si calon pengantin sudah mulai deg-degan nih. Kapan nikahnya lagi?”

  • Dikejar Lelaki Dingin yang Menolakku   120

    Subuh masih jauh, tetapi langit sudah mulai kehilangan pekatnya yang paling gelap, berganti dengan warna biru keabu-abuan yang samar.Kota perlahan-lahan mulai menunjukkan tanda-tanda kehidupan—sebuah truk sampah melintas di ujung jalan, lampu-lampu di beberapa jendela mulai menyala.Zayna dan Zafran masih berdiri di trotoar yang sama. Udara antara mereka telah berubah; masih ada sisa-sisa kepedihan dan air mata, tetapi sekarang bercampur dengan sesuatu yang baru: pengakuan.Pengakuan yang janggal, tidak sempurna, tetapi nyata.“Kita tidak bisa terus berdiri di sini,” ucap Zafran akhirnya, suaranya kembali ke nada datarnya yang biasa, meski sedikit lebih lembut. “Kamu akan masuk angin.”“Kamu juga,” balas Zayna, masih membungkus diri dengan jaket Zafran. Aromanya memberikan rasa tenang yang aneh, sebuah pengakuan indrawi bahwa dia tidak sendirian.“Saya kuat,” jawab Zafran sederhana. Bukan sombong, hanya pernyataan fakta. “Tapi kamu menggigil.”Dia benar. Dingin malam yang basah mulai

  • Dikejar Lelaki Dingin yang Menolakku   119

    Kota itu tertidur di bawah selimut malam, tapi Zayna berjalan dengan langkah-langkah yang memecah kesunyian. Jalanan sepi, hanya diterangi oleh cahaya lampu jalan yang keemasan, menciptakan pulau-pulau terang di antara lautan bayangan. Angin malam berhembus, membelai kerudungnya yang berkibar pelan, seperti tangan yang tak tega melihatnya pergi.Zafran melihatnya dari kejauhan—siluet yang tegak namun gemetar, seperti batang bambu yang dilanda angin kencang.Nafasnya tertahan di dada. Dia tidak pernah mengejar siapa pun dalam hidupnya. Prinsipnya jelas: biarkan segala sesuatu mengalir sesuai takdir. Tapi malam ini, kakinya bergerak sebelum pikirannya memberi perizinan."Zayna."Suaranya rendah, terbawa angin, tapi cukup untuk membuat langkahnya terhenti. Zayna tidak menoleh. Bahunya naik turun dengan cepat, dan Zafran tahu—dia menangis. Sesuatu di dadanya terasa sesak, sensasi asing yang tidak bisa dia identifikasi."Tolong," bisik Zayna, suaranya parau dan pecah. "Pulanglah, Zafra

  • Dikejar Lelaki Dingin yang Menolakku   18

    Ketika akan pulang, Zayna mengembalikan cincin ke Dokter Langit. "Dokter, aku kembalikan saja. Aku merasa ini salah. Tak seharusnya kita seperti ini," kata Zayna lirih seraya mengulurkan cincin itu. "Apakah kamu paham konsekuensinya dari melepaskan cincin itu? Orang-orang akan berpikir kenapa kamu melepaskan cincin tersebut. Sudahlah. Lupakan soal rumor pertunangan kita, anggap saja cincin itu sebagai cincin biasa, untukmu saja lagipula aku tidak membutuhkannya," ucap Dokter Langit lalu melanjutkan menulis laporan. Zayna menaruh cincin tersebut di meja. "Tolong dokter, aku tidak mau. Aku merasa terbebani sekali dengan memakai cincin ini. Aku malah tidak bisa bersikap profesional kalau seperti ini," ucap Zayna. Tanpa menunggu balasan dokter Langit, Zayna mengucapkan salam dan pamit pulang. Dokter Langit menatap punggung Zayna yang menjauh. Sesampainya di rumah, Zayna terpaku pada sebuah mobil yang familiar. Itu adalah mobil Zafran. Terbesit rasa bersalah di dada Zayna. Zayna

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status