Di malam yang hening, Sofie masih terjaga walaupun rasa kantuk telah menghampiri, tetapi ia masih belum dapat memejamkan matanya. Rasa penasaran akan asistennya itu yang berhasil membuatnya terjaga.Tadi ketemu sama kakaknya, trus setelah itu kenapa dia jadi aneh? Kenapa jadi dingin banget? Ah, anak ini memang penuh misteri! Apa aku harus jadi detektif, biar bisa menguak siapa identitas Rakha?Lagian, Rakha juga nama yang nggak umum dipakai sama blasteran Jepang dan Inggris, sama orang Indonesia aja nggak banyak dipakai. Aku yakin, itu bukan nama aslinya. Aku yakin dia nutupin sesuatu!Batin Sofie yang terusik akan asisten tampannya ini semakin menjadi, sehingga ia mulai mencarinya di internet, dengan mengetik nama lengkap Rakha. Sayangnya, setelah mengetik nama lengkap Rakha pada laman pencarian, Sofie tidak ditemukan apapun tentangnya."Kok aneh? Sampai medsos juga nggak ada? Emang masih ada orang yang nggak eksis di medsos?" lirih Sofie."Nggak bener nih anak! Siapa sih kamu, Kha?"
"Belum selesai, baru sekitar tujuh-delapan puluh persen," sahut Rakha."It's okay, I wanna see it," pinta Ryan dan Rakha segera menunjukkan gambar tiga dimensi proyek Mitsuno.Beberapa saat kemudian, dengan wajah berseri dan penuh kepuasan, Ryan memberikan tepukan tangan untuk hasil kerja Rakha, seraya berseru, "Very good, absolutely good. I love it! So, hurry up! Can't wait to see the whole design!" "Give me three days, in syaaAllah saya akan menyelesaikannya dalam tiga hari," ucap Rakha dengan penuh percaya diri."All right! Keep up your good work, well done! Ugh, love this team so much!" seru Ryan."Ryan pilih kasih, masa' timnya Sofie aja yang disukai?!" sahut Melisa."Hold a second! Bukan itu maksudnya, saya menyukai semua tim desain yang ada, but kalian kan tahu, setiap saya puas dengan hasil kerja kalian, saya nggak setengah-setengah untuk memberikan pujian," jelas Ryan."So, tidak ada anak tiri dalam tim kita. You are all my precious. So, let's keep up the good work!" tambah
Suasana makan siang tim desain Chokusen nampak meriah dengan senda gurau dan canda tawa. Momen yang jarang mereka nikmati bersama itupun diabadikan dalam gadget masing-masing. Berfoto bersama dan merekam video menambah kemeriahan suasana. Pertanyaan akan nama Rakha pun kembali muncul dari rasa penasaran beberapa desainer."Kha, boleh nanya?""Silahkan, Mbak," jawab Rakha."Nama kamu itu beneran asli, bukan nama samaran gitu?"Mendengarkan pertanyaan yang dilontarkan, membuat Rakha terbahak hingga matanya menyipit. Berbeda dengan Sofie yang segera menjawabnya, sesuai dengan apa yang pernah Rakha katakan padanya."Itu bukan nama lahirnya, tapi dia nggak mau kasih tahu nama aslinya. Katanya kalau dia kasih tahu, setelah itu hidup kita nggak akan selamat."Alhasil, tawa Rakha semakin menjadi, tetapi tidak dengan rekan desainer lainnya yang tidak mengerti akan maksudnya."Kok berasa kayak di film thriller," celetuk Felix."Emang," sahut Sofie."Kalian belum tahu aja, anak ini jago ngedrif
Acara makan siang departemen desain Chokusen telah merekatkan hubungan antara desainer, sehingga membuat gesekan yang terjadi diantara mereka, luruh begitu saja.Foto-foto keakraban mereka juga tak lupa diposting ke laman jejaring sosial pertemanan dan dengan cepat mendapatkan likes dari para penggunanya. Tetapi ada seseorang yang tidak menyukai keakraban yang terjalin di antara Sofie dan Rakha, yang terlihat jelas dalam dokumentasi yang tersebar di jejaring sosial."Ternyata kamu sudah bisa senyum lagi dan sepertinya kamu sangat nyaman bersama pria yang di sampingmu," lirih Adrian sambil tersenyum kecut."Belum sampai enam bulan kamu kembali bekerja, ternyata sekarang kamu sudah bisa tertawa bersama dengan teman-temanmu."Adrian terus memandangi foto-foto kedekatan Sofie dengan rekan kerjanya, hingga ia merasa sedikit perbedaan pada salah satu pria yang berada di dekat Sofie "Siapa laki-laki ini? Kenapa dia melihat Sofie seperti itu?" lirihnya sambil terus memperhatikan Rakha yang d
Di tengah kepadatan lalu lintas ibukota, dengan kepiawaiannya mengemudi, Rakha berulang kali menghindar dari sebuah kendaraan SUV berwarna merah, yang kerap mengikutinya."Dare?" lirih Rakha.Sofie yang mendengar pertanyaan Rakha itupun segera menjawabnya, "Itu sepertinya mobil Adrian.""Adrian dare?" "My ex," jawab Sofie."Hee? Ngapain dia ngikutin?" tanya Rakha."Wakaranai," jawab Sofie."Hmm Mbak, nanti kita berhenti dulu ya," ucap Rakha kemudian."Mau apa?""Kita makan malam dulu, yuk. It's my treat, I'm starving," jawab Rakha.Gomennasai, I had to lie. Sebenarnya aku nggak lapar, tapi aku nggak mau mantan Mbak ngikutin terus, gumam Rakha dalam hati."Oke, dinner yang cepat ya, Kha," ucap Sofie."Hai'," jawab Rakha cepat.Rakha segera mengarahkan kendaraannya ke sebuah area kuliner outdoor bernama The Village in Town, sebuah pujasera menjajakan aneka ragam kuliner, baik Timur maupun Barat. The Village in Town merupakan surganya penikmat kuliner karena memiliki variasi kuliner dun
Malam semakin larut, perjalanan mengantarkan pulang Sofie akhirnya telah sampai di tujuan. Dengan wajah yang lelah dan menahan kantuk, Sofie masih berusaha untuk tersenyum ke arah Rakha yang senantiasa mendampinginya."Makasih ya, Kha. I owe you lots!""Don't mention it, Mbak. You owed me nothing," jawab Rakha."Jazakallah khayran. Assalamualaikum," pamit Sofie."Wa jazakillah khayr. Wa'alaikumsalam."Ketika Sofie membuka pintu pagar rumahnya, tiba-tiba sang bunda memanggilnya."Sof, minta Rakha tunggu sebentar!""Eh kenapa, Bu?"Tetapi sang bunda malah kembali masuk ke dalam rumahnya, sebelum sempat mendengar pertanyaan Sofie. Dengan hati penuh tanya, Sofie memukul jendela mobil Rakha yang masih menunggu hingga Sofie masuk."Kenapa Mbak?" tanya Rakha."Disuruh ibu tunggu sebentar. Aku juga nggak tahu kenapa," jawab Sofie dengan memberikan gestur ketidaktahuannya.Untuk itu, Rakha mematikan mesin dan menunggu di luar mobilnya. Dilihatnya jam telah menunjukkan pukul setengah sebelas, l
All right! Sof, are you ready for the presentation?" tanya Ryan."Siap," jawab Sofie dengan tegas."Kalau begitu, saya tunggu di Forum," ucap Ryan, yang kemudian berjalan menuju Forum."Di Forum? Ngapain disana?" tanya Sofie setengah berteriak.Ryan pun menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya, lalu menjawab, "Pokoknya saya tunggu di Forum. Oiya, sekalian nanti sama Michael dan Alex, mereka juga mau lihat.""Mateng! Ngapain Michael sama Alex pakai acara ikutan?""Sof, kamu ini memang ya. Ya jelas, mereka mau lihat. Ini kan proyek terbesar tahun ini dan kalau kamu sukses, bonus akan menanti," jawab Ryan."Saya tunggu di Forum in ten minutes," lanjut Ryan dan kembali berjalan menuju Forum.Kaki Sofie pun mendadak lemas, karena ia belum menyiapkan dirinya untuk menghadapi dua petinggi Chokusen. Berbeda dengan Rakha yang tidak mengetahui siapa dua orang yang disebut tadi."Hmm Mbak, memangnya siapa Michael sama Alex?""CEO and COO," jawab Sofie."Yuk buruan. Jangan bikin mereka nu
"Aku minta cerai! Ceraikan aku secepatnya!" Dua kalimat yang merubah kehidupan Sofie, seorang ibu rumah tangga dengan satu putra. Sebuah skenario kehidupan yang tidak pernah terbayangkan oleh Sofie, bahwa dirinya akan menjadi salah satu korban perselingkuhan dari sebuah pernikahan. Mimpi membangun kehidupan bersama, hingga akhir hayat dengan Ardian, pria yang telah memberinya seorang putra, ternyata benar-benar hanya mimpi. Setelah tujuh tahun membina rumah tangga, Ardian mengungkapkan bahwa ia telah berselingkuh. "Ada seseorang yang aku cintai, dia janda akibat KDRT," tutur Ardian bak petir di siang bolong. Mendengar pengakuan Ardian, Sofie hanya mematung, tanpa bereaksi apapun. Hal ini membuat Ardian merasa jika Sofie tidak lagi mencintainya. "Sof....""Sof? Sof?! Apa Ar?! Kamu mau ngaku kalau kamu selingkuh?! Selingkuh sama janda? KDRT?!" hardik Sofie dengan hati yang hancur berkeping-keping. "Anu Sof, begini... de...," ucap Ardian terbata, tetapi belum sempat ia menyelesaika