Share

Bab 5 Surat Gugatan

Sepulang dari rumah orang tua Sofie, di dalam perjalanan menuju tempat tinggalnya bersama Karina, Ardian mengajukan gugatan cerainya terlebih dahulu di pengadilan agama Jakarta Utara. Walaupun ada setitik keraguan di dalam hatinya akan keputusan untuk benar-benar mengakhiri pernikahannya dengan Sofie, tetapi setiap ia teringat akan Karina yang manja dan selalu bergantung padanya, maka banyangan Sofie menghilang dengan seketika.

Tetapi, disaat ia harus menuliskan gugatan cerainya terhadap Sofie, ia pun kembali membeku, seolah ada sisi dari dirinya yang terdalam, yang menolak keputusan itu. Keraguan pun kembali menyelimuti, tangannya tidak dapat menuliskan alasan dirinya menggugat cerai Sofie.

"Apa gugatannya? Apa alasannya? Duh, kok jadi bingung?!" lirih Adrian yang kebingungan akan tuntutan yang harus ia tuliskan, karena selama pernikahannya dengan Sofie, tidak pernah sekalipun Sofie melepaskan kewajibannya untuk menghormati dan melayaninya.

Semua kebutuhannya selalu disediakan oleh Sofie, semua keluh kesahnya selalu didengarkan oleh Sofie, kelelahannya pun selalu diobati oleh Sofie dengan pinjatan lembut dan suasana rumah yang tenang.

"Apa yang harus aku tulis?"

Adrian pun berpikir cukup lama, hingga akhirnya ia menuliskan gugatannya kepada wanita yang telah memberinya satu anak laki-laki. Walaupun dengan hati yang dipenuhi oleh keraguan, tetapi hawa nafsu akan percintaan terlarangnya dengan Karina, lebih kuat menggetarkan hatinya.

Sementara itu, Sofie termenung di dalam kamarnya. Menyesali sikap dinginnya yang selalu ia tunjukkan kepada Adrian, walaupun di dalam lubuk hatinya yang terdalam, Adrian adalah pria yang masih ia cintai dan merupakan cinta pertamanya.

"Kenapa hatiku tidak sejalan dengan sikapku? Kenapa aku harus bersikap seperti itu kepada Adrian?" lirih Sofie yang menyesali sikapnya terhadap Adrian.

Sofie pun merenungi semua sikapnya selama ia menjadi istri Adrian, perlahan ia mulai menyadari akar masalah dalam keluarganya. Sikapnya yang tidak ingin membuat Ardian merasa terkekang dengan kecurigaan dan prasangka, ternyata disalah artikan sebagai ketidakpedulian.

"Jadi selama ini, Ardian menganggap aku nggak peduli, nggak peka dan dingin?"

"Kenapa dia nggak pernah komplain? Kenapa dia nggak bilang? Atau dia sudah pernah ngomong tapi aku yang nggak ngeh?"

Tetapi di tengah kegundahan hatinya, Sofie kembali pada karakternya yang sangat rasional, dimana ia mendapatkan pembenaran dari hatinya.

"Ah ngapain dibahas lagi, toh Adrian sudah punya yang baru dan jelas-jelas dia tidak mau melepaskan selingkuhannya dan mencari pembenaran atas perilaku miringnya. Ngapain aku repot mikirin masa lalu?"

"Sof, lihat ke depan jangan berbalik arah. Terus ke depan, dimana cita-cita baru menanti untuk dirangkai. Ayo Sof, kamu bisa! Kamu bisa!"

"Selanjutnya, aku akan cari pekerjaan. Hmm, kembali ke desain interior atau baju?"

"Ah, aku gugling dulu mana yang terbaik untuk aku. Sofie, fighting!"

Dengan penuh semangat, seperti baterai yang baru ditambahkan dayanya, Sofie mulai menata kehidupannya sebagai seorang ibu tunggal. Ia mencari dan terus mencari lowongan pekerjaan yang cocok untuknya.

Sementara itu, Adrian telah selesai memasukkan berkas perceraiannya ke pengadilan agama, lalu ia bergegas menemui Karina untuk memberikan kabar baik yang telah mereka nantikan.

"Gimana tadi, Kang? Sofie ngamuk? Bapaknya ngancam apa?" tanya Karina yang penasaran dengan hasil pertemuan Ardian.

"Yang, kamu duduk dulu," ajak Adrian sambil menggandeng tangan Karina ke sofa.

Setelah keduanya duduk, Adrian pun berucap, "Seperti yang sudah kita duga, Sofie tetap dingin dan nggak peduli sama aku. Dia malah ngusulin langsung talak tiga dan dia hanya minta hak-nya Raffa aja!"

"Wah, benar-benar lancar dan mulus jalan kita, ya Kang. Eh tapi, perbulannya dia minta berapa?" tanya Karina.

"Ah, paling dikasih dua juta juga sudah diam. Sofie itu nggak pernah masalahin berapa uang yang akang kasih. Makanya kamu tenang aja, jatah kamu sudah pasti lebih besar dan nggak akan diganggu gugat sama Sofie," jawab Adrian santai sambil memeluk dan mencium selingkuhannya.

"Bener ya, Kang. Jatahku tetap," ucap manja Karina sambil bergelayut di lengan Adrian.

Dengan tatapan penuh cinta dan gemas, Adrian menjawabnya sambil memainkan hidung Karina, "Tenang, jatahmu tidak akan pernah aku kurangi, malah mungkin bisa ditambah. Makanya tolong Sayang do'akan Akang, biar dapat promosi jadi manajer."

"Tenang Kang, aku selalu mendo'akan biar rejeki Akang lancar dan semoga tahun ini Akang diangkat jadi manajer, aaamiiinn."

Beberapa hari kemudian, surat gugatan cerai dari Adrian telah diterima Sofie di rumah orangtuanya. Tanpa menunggu lagi, Sofie segera membuka amplopnya lalu membaca isinya. Betapa terkejutnya, ketika gugatannya adalah sebuah fitnah.

Ibunda Sofie pun menghampiri untuk mencari tahu surat apa yang putrinya terima.

"Surat dari mana, Sof?"

Dengan cepat Sofie menjawabnya, "Dari pengadilan agama, ini surat gugatan cerai Adrian."

"Trus, apa isinya? Kok kamu kayak kaget begitu?"

"Ibu baca aja sendiri, trus kira-kira kaget nggak?" jawab Sofie sambil memberikan kertas kepada sang bunda.

Ibu Sofie membacanya dengan seksama, dari kalimat perkalimat, paragraf perparagraf dan mulai memberikan reaksi dengan mengerutkan keningnya dan menggelengkan kepalanya.

"Hmm mantab ya, gugatannya," sahut Sofie sambil melipat kedua tangannya dan bersandar pada sofa.

"Adrian lagi mode mengarang indah, Bu," tambah Sofie.

Ibu Sofie pun membacanya dengan keras, "Menggugat Sofie Anastasya dengan alasan sebagai berikut, satu, tergugat selama menjadi istri dari penggugat tidak pernah melayani dengan ikhlas, dibuktikan dengan permintaan hadiah atau transferan setiap bulannya."

"Dua, tergugat pergi dari rumah tanpa ijin dari penggugat, selaku suami tergugat dan membawa serta putra semata wayangnya bersama dengan seluruh barang-barang termasuk kendaraan pribadi milik penggugat."

"Tiga, tergugat juga membawa serta barang-barang penting milik penggugat yang biasa digunakan untuk bekerja, yaitu laptop dan printer. Dengan dibawanya barang penting tersebut, penggugat mengaku kesulitan untuk menyelesaikan pekerjaannya."

Ibu Sofie pun menarik nafasnya sambil menggelengkan kepalanya.

'Sof, secara tidak langsung, kamu dibilang maling sama Adrian," ucap ibu Sofie.

"Yup! Sofie the maling!" seru Sofie penuh emosi.

"Terus, kapan sidang pertamanya?"

"Dua pekan lagi. Ah, aku malas banget buat datang ke persidangan yang isinya tipu-tipu kek gini!"

"Kamu harus datang, kamu difitnah, kamu harus bersihkan nama kamu, trus kamu harus tuntut hak kamu sama hak Raffa. Kalau kamu nggak datang, Adrian akan seenaknya sendiri memutuskan berapa banyak yang harus ia berikan untuk Raffa. Ingat, Adrian berkewajiban memberikan nafkah untuk Raffa, sampai ia menikah nanti. Itu yang harus kamu tuntut dan pastikan dia mau menafkahi putranya," ucap ibu Sofie.

Dengan malas, Sofie pun harus menyetujuinya dan kini, ia harus menyiapkan kalimat-kalimat sanggahan dari seluruh gugatan Adrian terhadap dirinya.

"Hmmm bisa nggak ya, aku ungkap masalah sebenarnya? Aku bilang kalau dia yang selingkuh, punya istri baru secara tidak syar'i?"

"Hmmm itu aja kali ya, gugatan balasan aku?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status