Home / Romansa / Dikejar-kejar Brondong / Bab 4 Selamat Tinggal

Share

Bab 4 Selamat Tinggal

Author: Leneva
last update Last Updated: 2023-11-10 19:06:18

Sebuah penawaran dari ayah Sofie yang sangat tidak disangka oleh Ardian, membuat dirinya terkejut sehingga tidak dapat berkata apa. Bahkan ibunya pun sama terkejutnya dengan Ardian.

"Mas rela, Sofie dipoligami?!"

"Poligami itu Sunnah, Rasulallah telah mencontohkannya untuk menghindari fitnah. Bukankah itu lebih baik, agar Rafa tidak kehilangan ayahnya," jawab sang ayah.

Sementara itu, Ardian masih belum menemukan kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan mertuanya. Bahkan kini pikirannya menjadi bercabang, setelah usulan poligami dari ayah Sofie.

Di satu sisi, ia masih berat untuk melepaskan Sofie karena kebaikan dan perhatian yang Sofie berikan selama lima tahun pernikahannya, bukan itu saja, Sofie juga turut andil dalam perekonomian keluarga dengan bekerja secara remote sebagai ilustrator sebuah buku cerita anak-anak.

"Pak, saya coba bicarakan dulu dengan Sofie. Saya tidak ingin mengambil keputusan yang akan berakhir dengan pertengkaran yang lebih dalam," acap Adrian yang berusaha untuk terlihat bijaksana.

"Silahkan kalian diskusikan bersama. Ayah ingatkan, pernikahan adalah ibadah terlama dan terberat. Dibutuhkan keikhlasan dan kesabaran yang tiada batas, jadi semua keputusan ada di tangan kalian berdua," ucap ayah menasehati.

"Baik, Yah. Yah, boleh permisi dulu. Saya mau nyari Sofie di belakang," ucap Adrian.

Ayah dan ibu Sofie pun memberikan tempat dan waktunya untuk Adrian dan Sofie saling bicara.

Adrian yang telah hafal benar dengan kebiasaan Sofie, wanita yang telah ia nikahi selama tujuh tahun ini, jika ia mengalami perubahan emosi. Tanpa membutuhkan waktu lama, Adrian menemui Sofie yang sedang duduk di posisi pinggir kolam ikan.

"Hon," panggil Adrian, tetapi Sofie sama sekali tidak menjawab ataupun menoleh ke arah pria yang masih menjadi suaminya.

Adrian berdiri di samping Sofie lalu menggenggam tangannya, tetapi dengan cepat Sofie menampiknya.

"Ngapain pegang-pegang!" hardik Sofie.

Adrian pun menarik tangannya kembali dan segera meminta maaf kepada Sofie.

"Yang, maafin Mas, ya," mohon Adrian dengan sungguh-sungguh.

"Maafin aku juga," ucap Sofie datar.

"Yang, ayah tadi ngasih usul, hmm masukan untuk masalah kita. Ayah bilang bagaimana kalau statusnya poligami saja, jadi tidak ada perceraian. Aku masih menjadi suamimu, tetapi kamu harus berbagi cinta dengan Karina. Gimana?"

Dengan cepat Sofie menjawabnya, "Nggak mau, aku sangat mengenalmu. Kamu nggak akan bisa adil. Hukum poligami itu berat, apa kamu yakin bisa mempertanggungjawabkan dunia-akhirat?"

"Yan, aku nggak akan bisa melihatmu seperti dulu lagi, aku nggak akan bisa menghormatimu seperti seharusnya. Jangan paksakan yang sudah tidak bisa," lanjut Sofie yang membuat Adrian terdiam karena apa yang dilontarkan oleh Sofie adalah benar adanya.

"Aku juga tahu, kamu sudah tidak mencintaiku seperti yang seharusnya. Aku tidak menuntutmu untuk kembali mencintaiku seperti saat awal pernikahan kita, tidak. Karena aku tahu itu tidaklah mungkin. Biarlah cerita kita berakhir disini, aku tidak ingin memulainya kembali dengan orang yang sama, karena aku merasa menggali di lubang yang sama."

Sofie pun menghadapkan tubuhnya ke Adrian, lalu ia melihat dengan lekat wajah suami yang telah menemani hidupnya selama hampir tujuh tahun.

"Yan, cinta kita mungkin memang harus berakhir disini, di tujuh tahun usia pernikahan kita."

Kalimat Sofie berhasil membuat Adrian terperanjat, ia tidak menyangka jika Sofie dengan mudah melepaskannya begitu saja. Sementara ia telah bersiap dengan drama yang biasa ia dengar dari rekan kerjanya akan kemarahan istri mereka.

Sofie pun melanjutkan kalimatnya lagi, "Aku nggak mau urusan kita berlarut-larut, aku nggak pingin ada drama, aku hanya ingin semua pihak merasa legowo dengan keputusan ini. So, selamat atas pernikahanmu dengan Karina, semoga pernikahan yang kedua ini mengantarkanmu ke jannah."

Lalu, Sofie mengulurkan tangannya sembari berkata, "Genggaman tangan ini, akan menjadi terakhir kalinya aku halal bagimu. Setelah ini, kita berdua tidak memiliki keterikatan apapun, kecuali Raffa. Kamu tetaplah ayah dari Raffa. Jadi, sempatkan waktumu untuknya."

Dengan berat hati, Adrian menerima erat genggaman tangan dari wanita yang sempat menemani hidupnya. Tetapi setelah beberapa saat, Adrian menarik genggamannya sehingga tubuh Sofie nyaris ambruk di depannya.

Adrian memeluk erat-erat Sofie yang membeku, sambil berucap, "Sof, kenapa harus diakhiri, aku bisa dan sanggup untuk ..."

"Nggak, Yan. Aku yang nggak sanggup, aku yang nggak sanggup berbagi cinta dengan yang lain, walaupun aku tahu jika aku ikhlas, surga adalah balasannya. Selain itu, karena hubungan kalian diawali dengan ketidakjujuran, diawali dengan perselingkuhan, maka aku memilih mundur. Aku sudah memutuskan untuk tidak kembali lagi. Semoga kamu memahami keputusanku," potong Sofie sambil melepaskan dirinya dari pelukan Adrian.

Lalu, Sofie kembali melanjutkan kalimatnya,"Aku akan mencari surgaku yang lain dan aku harap kamu berbahagia dengan istri barumu."

Adrian pun kembali dibuat tak berdaya dengan ucapan Sofie dan batinnya pun berkata, kamu memang wanita yang kuat, aku nggak pernah mengenal wanita yang benar-benar dingin seperti kamu. Semoga suatu saat, kamu akan menemukan pria yang membuatmu hangat.

"Yan, terima kasih atas tujuh tahunnya yang telah mendampingi hidupku, menjadi imamku. Maafkan aku, jika selama menjadi istrimu, aku telah banyak merepotkanmu dan melakukan hal-hal yang membuatmu keberatan. Terima kasih atas kenangan yang indah dan penuh warna, semoga kebahagiaan dan keberkahan selalu menyertamu," ucap Sofie sebagai kalimat perpisahannya dengan Adrian.

Adrian pun menarik badan Sofie ke dalam pelukannya kembali, dengan rasa yang tidak karuan di dalam batinnya, perang antara melepaskan Sofie atau Karina tiba-tiba merasukinya.

"Sof, maafkan aku, maafkan aku dan tolong ingat satu hal, aku tidak pernah tidak mencintaimu, kamu tetap cinta pertamaku dan tidak akan ada yang dapat menggantikan rasa cinta yang kumiliki untukmu," bisik Adrian di telinga Sofie.

Katakan itu pada istri barumu, batin Sofie berkata dan Sofie tetap saja dingin, tidak membalas pelukan Adrian sama sekali.

Cintanya kepada Adrian telah menguap dan tidak menyisakan sedikit pun kecuali rasa iba. Rasa iba kepada Adrian karena telah memilih wanita lain yang ia sangat pahami niatan dan tujuannya.

"Sof, apakah kamu benar-benar sudah pada keputusan ini?"

"In syaa Allah ini yang terbaik untuk kita berdua. Ketika kamu telah mengakui hubungan gelapmu dengan wanita lain, disaat itulah rasa cintaku, rasa perduliku padamu menghilang dalam sekejap. Jangan jadikan aku onak dalam pernikahan keduamu, cukup jadikan aku sebagai kenangan indahmu," ucap Sofie yang membuat Adrian seakan ditampar dengan kerasnya.

Adrian hanya dapat memandang wanita yang kini tidak lagi melihatnya, lalu ia bertanya, "Jadi kamu sudah pada keputusanmu untuk bercerai?"

Sofie menjawab dengan menganggukkan kepalanya.

"Talak tiga?" tanya Adrian lagi untuk memastikan jawaban Sofie.

"Iya, langsung talak tiga. Aku tidak ingin kembali padamu. Kamu sudah mengenalku selama lebih dari sepuluh tahun dan kita sudah menikah selama tujuh tahun, seharusnya kamu memahami aku lebih dari yang lain. Aku tidak pernah akan kembali kepada sesuatu yang pernah menyakitiku, sekalipun aku pernah mencintainya. Mulai saat ini, kamu adalah masa laluku," jawab Sofie dan kemudian ia pergi meninggalkan Adrian yang terpaku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 78 Rain dan Shafa

    Setahun pun berlalu, Ryuji dan Sofie yang terpisah ribuan kilometer, telah disibukkan dengan aktivitasnya masing-masing. Ryuji kembali ke bangku kuliah, guna mempersiapkan dirinya menjadi pemimpin Ryu Corporation, sementara Sofie tengah membangun bisnisnya sendiri. Pelatihan yang ia berikan kepada warga desa Sukamaju telah menelurkan karya-karya yang memiliki daya jual tinggi, sehingga tawaran untuk mengikuti pameran UMKM berulang kali diterimanya. "Mbak, kayaknya sekarang kita sudah siap untuk ikut pameran di Jakarta," ucap Shafa. "Hmm kayaknya sih begitu, tapi aku males ngurus registrasi sama semua perintilannya itu," sahut Sofie. Shafa pun berpikir sesaat, kemudian ia mengusulkan sebuah nama untuk mewakili Sofie, "Mbak, gimana kalau aku telpon Rain? Dia kan pengacara, pasti dia sanggup untuk ngurusin semua printilan ini. Ya minimal, dia bisa bantuin pakai kenalannya." "Baiklah, kuserahkan kepada dirimu, adikku tersayang. Oiya, kalau Rain belum nikah, lamar sekalian aja. Kan sud

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 77 Abe The Tutor

    "Kamu ... ah kamu siapa? Maaf, aku sama sekali nggak bisa mengingatmu, tapi aku merasa kalau kita berdua sangat dekat dan aku merasa kamu mengetahui rahasiaku," ucap Ryuji.Abe pun terkekeh mendengarnya, lalu ia melangkah lebih dekat, lalu menarik kursi untuk ia duduki di depan Ryuji.Lalu, dengan tersenyum, Abe menjawab, "Kamu benar, aku adalah orang yang menyimpan semua rahasiamu. Aku mengetahui sisi terbaik dan terburukmu. Aku juga mengetahui kekuatan dan kelemahanmu.""Berarti kamu adalah orang yang penting dalam kehidupanku. Nah, karena kamu adalah orang yang memegang rahasiaku, tolong ceritakan tentang aku, siapakah aku dan dimanakah aku sekarang? Karena aku merasa ini bukanlah tempat tinggalku yang sebenarnya," ucap Ryuji."Memang benar, ini bukanlah tempat tinggalmu. Apakah kamu tahu, sekarang berada di negara apa?" tanya Abe."It's easy, I'm in London. I can tell by their accent and the weather, lots of rain," jawab Ryuji."That's right, so do you know who is your parent?""H

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 76 Beban Seorang Pewaris

    Tanpa terasa, waktu bergulir dengan cepat. Sofie telah memulai pelatihan menggambar, desain dan kuliner yang dilaksanakan setiap hari Sabtu di balai desa. Pesertanya meliputi anak-anak, remaja hingga dewasa. Tentu saja, Sofie tidak sendiri dalam melatih, sang ayah yang merupakan seorang arsitek dan juga Shafa yang seorang chef turut membantu dalam pelatihan tersebut. Setelah pelatihan berjalan selama enam bulan, Sofie mengadakan evaluasi dengan cara membuat pameran hasil karya pelatihannya. Untuk menambah semangat pesertanya, Sofie mengundang media dan juga perusahaan mebel di Jakarta. Sementara, Rakha atau Ryuji telah menyelesaikan terapi paska kehilangan kesadarannya. "Jadi bagaimana perkembangan Ryuji saat ini, Dok?" tanya Ryuzaki. "Seperti yang dapat Anda rasakan, Ryuji perlahan telah kembali tanpa ada kemunculan karakter yang lain tetapi ingatannya masih kacau antara Ryuji dan Rakha. Kami akan mengadakan tes kembali sebelum Ryuji dapat kembali ke tengah masyarakat, jika has

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 75 Berusaha Bangkit

    "Mbak, ingat Rain nggak?" tanya Shafa.Sambil mengernyitkan keningnya, Sofie balik bertanya, "Rain Korea suaminya Kim Tae Hae?""Mbaaaak, sejak kapan aku kenal sama Rain yang ono? Rain, temen SMP aku itu lho, yang blasteran ...""Oh yang ganteng itu! Yang kamu suka tapi dianya jual mahal itu, kan?" goda Sofie sambil terkekeh."Idih, bener," sahut Shafa yang membuat Sofie terbahak."Keknya puas banget nih kakak satu," tambah Shafa."Sorry, sorry. Anyway, ada apa sama Rain ganteng?" goda Sofie lagi."He's a lawyer, mungkin mbak Sof butuh jasanya, maybe someday gitu?""Hmmm dia sudah nikah belum, kamu lamar gih, biar kamu segera pindah dari sini," goda Sofie lagi sambil terbahak."Sungguh menyesal aku bertanya," sungut Shafa.Shafa pun beranjak dari hadapan Sofie untuk kembali ke kamarnya, tetapi Sofie menahan pintunya sambil berucap, "Iya deh, maaf. Jangan ngambek dong, duduk lagi sini, sok cerita.""Udah nggak mood," sahut Shafa datar."Aduh, adik manis jadi ngambek. Cini-cini, mbak m

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 74 Rain dan Shafa

    Matahari pagi menjelang siang di kota Bogor telah bersinar terang, tetapi udara dinginnya masih terasa menerpa kulit. Keheningan di salah satu sudut kota, dimanfaatkan oleh Rain dan Shafa untuk menikmati hidangan ringan khas kota Bogor. Keduanya pun larut dalam perbincangan yang telah lama tidak mereka lakukan. "Jilbab kamu tambah panjang aja, Shaf and you look great," puji Rain. "Kamu tambah makmur ..." "Hei, aku cuma nambah beberapa kilo ..." "Aku nggak bilang kamu gendutan, cuma bilang tambah makmur, it's compliment," jelas Shafa. Sambil menyeruput kopi hangatnya, Rain bertanya, "Well thanks, but anyway, kamu ngapin disini?" "Belanja," jawab singkat Shafa, sambil menunjukkan tas belanjaannya. "I can see that, tapi kok disini? Sejak kapan kamu pindah ke sini?" "Pingin tenang aja, capek di Jakarta. Macet, panas, apa-apa mahal, dimana-mana belanja harus pakai kris," jawab Shafa. "Padahal kalau pakai pisau dikira mau ngerampok ..." "Shafaaa! Aku tuh serius, eh k

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 73 Rain

    Dua puluh empat jam setelah Ryuji sadar, ia telah dijadwalkan untuk menjalani serangkaian pemeriksaan di rumah sakit oleh tim dokter yang menanganinya. Pemeriksaan MRI kepala, darah lengkap dan prosedur pemeriksaan kesehatan lengkap lainnya dilakukan secara bertahap dan menyeluruh. Sementara itu, Harumi dan Ryuzaki menunggu dengan penuh harap akan hasilnya. Keduanya mendampingi Ryuji dalam setiap pemeriksaan, termasuk saat pemindaian otak menggunakan MRI yang memakan waktu sekitar empat puluh lima menit. Setelahnya, mereka masih harus menunggu sekitar setengah jam untuk mendapatkan hasilnya. Dokter radiologi harus membacanya dengan seksama, sebelum memberikan kesimpulan atas apa yang terpindai pada otak Ryuji. Jauh di bagian timur bumi, angin dingin berhembus perlahan di kaki gunung Salak, Jawa Barat. Gemericik air terdengar jelas dari aliran curug Ngumpet dengan kolam alami di bawahnya. Langit lembayung senja, tampak syahdu dengan kehadiran burung-burung yang berterbangan dan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status