Share

Bab 4 Selamat Tinggal

Sebuah penawaran dari ayah Sofie yang sangat tidak disangka oleh Ardian, membuat dirinya terkejut sehingga tidak dapat berkata apa. Bahkan ibunya pun sama terkejutnya dengan Ardian.

"Mas rela, Sofie dipoligami?!"

"Poligami itu Sunnah, Rasulallah telah mencontohkannya untuk menghindari fitnah. Bukankah itu lebih baik, agar Rafa tidak kehilangan ayahnya," jawab sang ayah.

Sementara itu, Ardian masih belum menemukan kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan mertuanya. Bahkan kini pikirannya menjadi bercabang, setelah usulan poligami dari ayah Sofie.

Di satu sisi, ia masih berat untuk melepaskan Sofie karena kebaikan dan perhatian yang Sofie berikan selama lima tahun pernikahannya, bukan itu saja, Sofie juga turut andil dalam perekonomian keluarga dengan bekerja secara remote sebagai ilustrator sebuah buku cerita anak-anak.

"Pak, saya coba bicarakan dulu dengan Sofie. Saya tidak ingin mengambil keputusan yang akan berakhir dengan pertengkaran yang lebih dalam," acap Adrian yang berusaha untuk terlihat bijaksana.

"Silahkan kalian diskusikan bersama. Ayah ingatkan, pernikahan adalah ibadah terlama dan terberat. Dibutuhkan keikhlasan dan kesabaran yang tiada batas, jadi semua keputusan ada di tangan kalian berdua," ucap ayah menasehati.

"Baik, Yah. Yah, boleh permisi dulu. Saya mau nyari Sofie di belakang," ucap Adrian.

Ayah dan ibu Sofie pun memberikan tempat dan waktunya untuk Adrian dan Sofie saling bicara.

Adrian yang telah hafal benar dengan kebiasaan Sofie, wanita yang telah ia nikahi selama tujuh tahun ini, jika ia mengalami perubahan emosi. Tanpa membutuhkan waktu lama, Adrian menemui Sofie yang sedang duduk di posisi pinggir kolam ikan.

"Hon," panggil Adrian, tetapi Sofie sama sekali tidak menjawab ataupun menoleh ke arah pria yang masih menjadi suaminya.

Adrian berdiri di samping Sofie lalu menggenggam tangannya, tetapi dengan cepat Sofie menampiknya.

"Ngapain pegang-pegang!" hardik Sofie.

Adrian pun menarik tangannya kembali dan segera meminta maaf kepada Sofie.

"Yang, maafin Mas, ya," mohon Adrian dengan sungguh-sungguh.

"Maafin aku juga," ucap Sofie datar.

"Yang, ayah tadi ngasih usul, hmm masukan untuk masalah kita. Ayah bilang bagaimana kalau statusnya poligami saja, jadi tidak ada perceraian. Aku masih menjadi suamimu, tetapi kamu harus berbagi cinta dengan Karina. Gimana?"

Dengan cepat Sofie menjawabnya, "Nggak mau, aku sangat mengenalmu. Kamu nggak akan bisa adil. Hukum poligami itu berat, apa kamu yakin bisa mempertanggungjawabkan dunia-akhirat?"

"Yan, aku nggak akan bisa melihatmu seperti dulu lagi, aku nggak akan bisa menghormatimu seperti seharusnya. Jangan paksakan yang sudah tidak bisa," lanjut Sofie yang membuat Adrian terdiam karena apa yang dilontarkan oleh Sofie adalah benar adanya.

"Aku juga tahu, kamu sudah tidak mencintaiku seperti yang seharusnya. Aku tidak menuntutmu untuk kembali mencintaiku seperti saat awal pernikahan kita, tidak. Karena aku tahu itu tidaklah mungkin. Biarlah cerita kita berakhir disini, aku tidak ingin memulainya kembali dengan orang yang sama, karena aku merasa menggali di lubang yang sama."

Sofie pun menghadapkan tubuhnya ke Adrian, lalu ia melihat dengan lekat wajah suami yang telah menemani hidupnya selama hampir tujuh tahun.

"Yan, cinta kita mungkin memang harus berakhir disini, di tujuh tahun usia pernikahan kita."

Kalimat Sofie berhasil membuat Adrian terperanjat, ia tidak menyangka jika Sofie dengan mudah melepaskannya begitu saja. Sementara ia telah bersiap dengan drama yang biasa ia dengar dari rekan kerjanya akan kemarahan istri mereka.

Sofie pun melanjutkan kalimatnya lagi, "Aku nggak mau urusan kita berlarut-larut, aku nggak pingin ada drama, aku hanya ingin semua pihak merasa legowo dengan keputusan ini. So, selamat atas pernikahanmu dengan Karina, semoga pernikahan yang kedua ini mengantarkanmu ke jannah."

Lalu, Sofie mengulurkan tangannya sembari berkata, "Genggaman tangan ini, akan menjadi terakhir kalinya aku halal bagimu. Setelah ini, kita berdua tidak memiliki keterikatan apapun, kecuali Raffa. Kamu tetaplah ayah dari Raffa. Jadi, sempatkan waktumu untuknya."

Dengan berat hati, Adrian menerima erat genggaman tangan dari wanita yang sempat menemani hidupnya. Tetapi setelah beberapa saat, Adrian menarik genggamannya sehingga tubuh Sofie nyaris ambruk di depannya.

Adrian memeluk erat-erat Sofie yang membeku, sambil berucap, "Sof, kenapa harus diakhiri, aku bisa dan sanggup untuk ..."

"Nggak, Yan. Aku yang nggak sanggup, aku yang nggak sanggup berbagi cinta dengan yang lain, walaupun aku tahu jika aku ikhlas, surga adalah balasannya. Selain itu, karena hubungan kalian diawali dengan ketidakjujuran, diawali dengan perselingkuhan, maka aku memilih mundur. Aku sudah memutuskan untuk tidak kembali lagi. Semoga kamu memahami keputusanku," potong Sofie sambil melepaskan dirinya dari pelukan Adrian.

Lalu, Sofie kembali melanjutkan kalimatnya,"Aku akan mencari surgaku yang lain dan aku harap kamu berbahagia dengan istri barumu."

Adrian pun kembali dibuat tak berdaya dengan ucapan Sofie dan batinnya pun berkata, kamu memang wanita yang kuat, aku nggak pernah mengenal wanita yang benar-benar dingin seperti kamu. Semoga suatu saat, kamu akan menemukan pria yang membuatmu hangat.

"Yan, terima kasih atas tujuh tahunnya yang telah mendampingi hidupku, menjadi imamku. Maafkan aku, jika selama menjadi istrimu, aku telah banyak merepotkanmu dan melakukan hal-hal yang membuatmu keberatan. Terima kasih atas kenangan yang indah dan penuh warna, semoga kebahagiaan dan keberkahan selalu menyertamu," ucap Sofie sebagai kalimat perpisahannya dengan Adrian.

Adrian pun menarik badan Sofie ke dalam pelukannya kembali, dengan rasa yang tidak karuan di dalam batinnya, perang antara melepaskan Sofie atau Karina tiba-tiba merasukinya.

"Sof, maafkan aku, maafkan aku dan tolong ingat satu hal, aku tidak pernah tidak mencintaimu, kamu tetap cinta pertamaku dan tidak akan ada yang dapat menggantikan rasa cinta yang kumiliki untukmu," bisik Adrian di telinga Sofie.

Katakan itu pada istri barumu, batin Sofie berkata dan Sofie tetap saja dingin, tidak membalas pelukan Adrian sama sekali.

Cintanya kepada Adrian telah menguap dan tidak menyisakan sedikit pun kecuali rasa iba. Rasa iba kepada Adrian karena telah memilih wanita lain yang ia sangat pahami niatan dan tujuannya.

"Sof, apakah kamu benar-benar sudah pada keputusan ini?"

"In syaa Allah ini yang terbaik untuk kita berdua. Ketika kamu telah mengakui hubungan gelapmu dengan wanita lain, disaat itulah rasa cintaku, rasa perduliku padamu menghilang dalam sekejap. Jangan jadikan aku onak dalam pernikahan keduamu, cukup jadikan aku sebagai kenangan indahmu," ucap Sofie yang membuat Adrian seakan ditampar dengan kerasnya.

Adrian hanya dapat memandang wanita yang kini tidak lagi melihatnya, lalu ia bertanya, "Jadi kamu sudah pada keputusanmu untuk bercerai?"

Sofie menjawab dengan menganggukkan kepalanya.

"Talak tiga?" tanya Adrian lagi untuk memastikan jawaban Sofie.

"Iya, langsung talak tiga. Aku tidak ingin kembali padamu. Kamu sudah mengenalku selama lebih dari sepuluh tahun dan kita sudah menikah selama tujuh tahun, seharusnya kamu memahami aku lebih dari yang lain. Aku tidak pernah akan kembali kepada sesuatu yang pernah menyakitiku, sekalipun aku pernah mencintainya. Mulai saat ini, kamu adalah masa laluku," jawab Sofie dan kemudian ia pergi meninggalkan Adrian yang terpaku.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status