Setelah Sofie menunjukkan bukti berupa rekapan rekening bank sebelum dan sesudah menikah dengan Adrian, tuduhan Ardian akan Sofie yang materialistis terbantahkan dengan sendirinya.Sidang dilanjutkan dengan gugatan ke-dua, yaitu perginya Sofie dari Adrian."Baiklah, sidang kami lanjutkan dengan gugatan ke-dua, yaitu perginya Saudari Sofie tanpa ijin dengan membawa serta putra tunggalnya dan beberapa barang termasuk kendaraan pribadi milik penggugat.""Apakah dapat dijelaskan kejadiannya, hingga ibu Sofie memutuskan meninggalkan bapak Adrian dengan status tujuh tahun usia pernikahan?" tanya hakim ketua."Saya meninggalkan Adrian bukan tanpa sebab dan tanpa alasan. Saya meninggalkan Adrian karena ia telah mengakui perselingkuhannya dan pernikahan sirinya dengan seorang janda," jawab Sofie yang membuat majelis hakim mengernyitkan dahi mereka serta memberikan pandangan penuh tanya ke arah Adrian, yang tampak gugup."Tolong Anda jelaskan lagi, kami menjadi tidak mengerti dengan duduk perka
Adrian pun mulai tertantang untuk menaklukkan hati Sofie, dengan mengumpulkan data-data akan aktivitas kegemaran, makanan hingga segala hal yang tidak disukai oleh Sofie, dengan bertanya kepada orang-orang yang ia anggap dekat dengan Sofie."Rin, Lu kan deket ama Sofie, boleh ...""Boleh apa? Lu mau ngedeketin Sofie? Lu yakin sudah punya nyali?" potong Rina."Lu jangan nakutin gue dong! Emang segitu seremnya si Sofie?""Eh Yan, gue kasih tau ya, Lu jangan main-main sama perasaan orang, kalau Lu emang tulus mau deket sama Sofie, bukan pakai embel-embel taruhan, gue bakalan kasih semuanya. Gue juga seneng kalau temen gue seneng, tapi gue nggak mau kalau ada niatan lain. Sofie itu bukan barang taruhan, cewek itu berharga, Bro!"Adrian pun terdiam sesaat, karena niatannya telah terbaca oleh Rina, tetapi ia berkilah, bahwa perasaan yang ia miliki adalah tulus."Rin, gue bukan cowok brengsek, gue juga punya hati. Kalau Sofie nggak menarik dan nggak bikin gue penasaran, gue juga nggak bakala
Berita kehamilan Sofie menyebar dengan cepat hingga sampai ke telinga rekan masa sekolahnya terdahulu dan ucapan selamat tak henti ditujukan kepada Adrian, saat mereka berkumpul bersama di sebuah cafe."Beuu, mantap banget Lo, Yan. Baru nikah, udah langsung ngisi aja Lo!"Adrian pun hanya merespon dengan senyuman. Tetapi, kemudian salah satu temannya mulai mengingatkan akan taruhan yang mereka buat beberapa bulan yang lalu."Hei Yan, kita harus bayar berapa nih?"Mendengar pertanyaan itu, Adrian memicingkan matanya, sembari berucap, "Hmm gue nggak cuma berhasil nikahin tapi juga berhasil ngamilin. Kalian semua hutang besar sama gue!""Oke-oke! Perorang lima ratus ribu, kan?"Adrian menjawabnya dengan anggukan kepala dan posisi telapak tangannya ke atas.Kesepuluh rekannya segera mengeluarkan lembaran uang dari dalam dompet mereka untuk diberikan kepada Adrian. Seketika itu juga, ekspresi kemenangan dan kesombongannya pun terlihat."Eh Yan, trus gimana setelah nikah sama si miss jutek
Hari-hari berlalu, kandungan Sofie telah berusia dua belas pekan, yang membuat tubuhnya terlihat lebih berisi dan keluhan akan morning sickness tidak lagi ia rasakan. Aktivitas hariannya pun kembali normal, dimana ia masih tetap bekerja sebagai konsultan desain interior."Yang, emangnya kamu nggak capek, kalau harus kembali lembur? Tetap harus jaga kondisi badan, ingat sekarang ada yang tumbuh di sini," ucap Ardian sambil mengusap perut Sofie yang sedikit lebih berisi."In syaa Allah nggak papa, Mas. Kalau aku capek, aku akan istirahat. Lagian aku sudah nggak banyak ke proyek, urusan lapangan sudah aku serahkan semuanya sama supervisor lapangan," jawab Sofie."Aku juga nggak akan lembur setiap hari, hanya kalau memang sangat dibutuhkan saja," lanjut Sofie sambil tersenyum ke arah Ardian."Pokoknya harus diingat, kalau sekarang ada yang tumbuh di dalam sini. Jangan memaksakan diri, kalau bisa malah berhenti kerja, gimana?""Mas minta aku resign?""Bukan minta sekarang, tetapi untuk pe
Bulan madu singkat di Malang, dengan menikmati keindahan matahari terbit di gunung Bromo, meninggalkan sebuah energi baru bagi Sofie. Terlebih, selama tiga hari berbulan madu, Sofie merasakan curahan cinta dan kasih sayang dari Adrian.Hal ini berefek hingga keduanya kembali ke rutinitas harian mereka di ibukota dan tanpa terasa dua tahun sudah dilewati, bayi yang dinantikan akhirnya lahir. Bayi laki-laki buang diberi nama Raffa Attila, membawa suasana baru dalam kehidupan berumahtangga Sofie dan Ardian. Sofie memutuskan untuk menjadi seorang ibu full time karena ia tidak ingin kehilangan momen-momen kebersamaan dengan bayinya. Tetapi, hadirnya bayi di tengah-tengah Sofie dan Ardian, membuat Ardian mulai kembali kepada selingkuhannya."Ngapain Bang, aku sekarang sudah nikah. Ngapain datang lagi?! Dulu Abang yang ninggalin aku secara tiba-tiba, kenapa sekarang datang? Bukannya istri Abang baru melahirkan?""Itulah masalahnya, Sofie jadi sibuk sama Raffa. Waktu untukku sudah tinggal si
Jantung Sofie berdegup dengan kencang, seakan hampir keluar untuk mencari penyebabnya. Kemarahan dan rasa malunya sudah tidak dapat diungkapkan lagi. Hanya ada satu cara terbaik yang terpikirkan oleh Sofie, yaitu mengakhiri pernikahannya dengan Andrian. Untuk itu, ia menemui kedua orangtuanya terlebih dahulu, untuk menceritakan permasalahan pelik yang ia hadapi."Lho Sof, tumben kamu pulang sore-sore?" tanya sang bunda.Belum sempat Sofie menjawabnya, sang bunda kembali bertanya, "Lho kok cuma sama Raffa, Adrian mana?" "Yah, Bu, aku mau bicara," ucap Sofie dengan mimik yang serius, tanpa menjawab pertanyaan yang terlebih dahulu ditujukan padanya."Ada apa, Sof? Kok, sepertinya ada masalah yang sangat besar?" tanya ibu Sofie."Lebih baik kita duduk terlebih dahulu," sahut sang ayah.Sebelum Sofie berbicara dengan kedua orangtuanya, ia meminta agar Raffa bermain di halaman belakang dan setelah Raffa tak terlihat, Sofie mulai berbicara."Yah, Ibu, aku nggak mau panjang lebar, tapi sebai
Perseteruan antara Sofie dan Adrian berlangsung cukup sengit di ruang sidang. Hingga pada sidang ke tiga, dimana memasuki babak keterangan saksi dan disanalah seluruh teman-teman Sofie hadir untuk memberikan keterangan, termasuk memperdengarkan hasil rekaman suara Adrian."Ijinkan saya untuk memperdengarkan hasil rekaman suara antara Adrian dan kami, teman-temannya," ucap Riga saat dirinya menjadi saksi untuk Sofie.Hakim ketua pun memberikan ijinnya dan sesaat kemudian terdengarlah suara Ardian yang dengan nada bicara yang penuh dengan kesombongan itu, menghina dan sangat merendahkan Sofie."Perempuan yang nurut seperti anjing," adalah sebuah kalimat penghinaan yang sangat besar kepada Sofie dan berhasil membuat ekspresi wajah para hakim berubah. Pandangan mata tajam yang menusuk diarahkan kepada Ardian, seolah menanyakan maksud dari penghinaan yang ia lakukan terhadap istrinya.Tetapi, kemudian Riga kembali berbicara, "Seperti yang sudah diperdengarkan, sekarang saya akan memberika
Matahari perlahan bergerak ke arah barat dan sinarnya tak lagi membakar kulit yang terbuka dan saat untuk kembali ke rumah.Sofie dan Rakha telah menghabiskan waktu makan siang mereka bersama dengan berbagi cerita."Kha, aku pulang duluan, ya," pamit Sofie yang mulai beranjak pergi."Eh tunggu, Mbak! May I have your number? Maybe I need it someday," sahut Rakha cepat."Need it for what?""Ah sudahlah, nggak perlu pakai alasan. Sini mana HP-nya," pinta Sofie.Dengan cepat, Rakha memberikan gawainya ke Sofie dan sesaat kemudian nomor telepon Sofie telah tersimpan di dalamnya."Sudah ya, aku pulang. Oiya, kali ini aku nggak butuh pengawal. Yuk, assalamu'alaikum," pamit Sofie yang kemudian beranjak menjauh sambil melambaikan tangannya."Wa'alaikumsalam. See you, Mbak!"Tanpa melihat ke belakang lagi, Sofie tetap berjalan dan menjawab seruan Rakha dengan menunjukkan isyarat jari tangannya.Sementara, Rakha hanya dapat melambaikan tangannya hingga Sofie menghilang dari pandangannya."At leas