Berita kehamilan Sofie menyebar dengan cepat hingga sampai ke telinga rekan masa sekolahnya terdahulu dan ucapan selamat tak henti ditujukan kepada Adrian, saat mereka berkumpul bersama di sebuah cafe."Beuu, mantap banget Lo, Yan. Baru nikah, udah langsung ngisi aja Lo!"Adrian pun hanya merespon dengan senyuman. Tetapi, kemudian salah satu temannya mulai mengingatkan akan taruhan yang mereka buat beberapa bulan yang lalu."Hei Yan, kita harus bayar berapa nih?"Mendengar pertanyaan itu, Adrian memicingkan matanya, sembari berucap, "Hmm gue nggak cuma berhasil nikahin tapi juga berhasil ngamilin. Kalian semua hutang besar sama gue!""Oke-oke! Perorang lima ratus ribu, kan?"Adrian menjawabnya dengan anggukan kepala dan posisi telapak tangannya ke atas.Kesepuluh rekannya segera mengeluarkan lembaran uang dari dalam dompet mereka untuk diberikan kepada Adrian. Seketika itu juga, ekspresi kemenangan dan kesombongannya pun terlihat."Eh Yan, trus gimana setelah nikah sama si miss jutek
Hari-hari berlalu, kandungan Sofie telah berusia dua belas pekan, yang membuat tubuhnya terlihat lebih berisi dan keluhan akan morning sickness tidak lagi ia rasakan. Aktivitas hariannya pun kembali normal, dimana ia masih tetap bekerja sebagai konsultan desain interior."Yang, emangnya kamu nggak capek, kalau harus kembali lembur? Tetap harus jaga kondisi badan, ingat sekarang ada yang tumbuh di sini," ucap Ardian sambil mengusap perut Sofie yang sedikit lebih berisi."In syaa Allah nggak papa, Mas. Kalau aku capek, aku akan istirahat. Lagian aku sudah nggak banyak ke proyek, urusan lapangan sudah aku serahkan semuanya sama supervisor lapangan," jawab Sofie."Aku juga nggak akan lembur setiap hari, hanya kalau memang sangat dibutuhkan saja," lanjut Sofie sambil tersenyum ke arah Ardian."Pokoknya harus diingat, kalau sekarang ada yang tumbuh di dalam sini. Jangan memaksakan diri, kalau bisa malah berhenti kerja, gimana?""Mas minta aku resign?""Bukan minta sekarang, tetapi untuk pe
Bulan madu singkat di Malang, dengan menikmati keindahan matahari terbit di gunung Bromo, meninggalkan sebuah energi baru bagi Sofie. Terlebih, selama tiga hari berbulan madu, Sofie merasakan curahan cinta dan kasih sayang dari Adrian.Hal ini berefek hingga keduanya kembali ke rutinitas harian mereka di ibukota dan tanpa terasa dua tahun sudah dilewati, bayi yang dinantikan akhirnya lahir. Bayi laki-laki buang diberi nama Raffa Attila, membawa suasana baru dalam kehidupan berumahtangga Sofie dan Ardian. Sofie memutuskan untuk menjadi seorang ibu full time karena ia tidak ingin kehilangan momen-momen kebersamaan dengan bayinya. Tetapi, hadirnya bayi di tengah-tengah Sofie dan Ardian, membuat Ardian mulai kembali kepada selingkuhannya."Ngapain Bang, aku sekarang sudah nikah. Ngapain datang lagi?! Dulu Abang yang ninggalin aku secara tiba-tiba, kenapa sekarang datang? Bukannya istri Abang baru melahirkan?""Itulah masalahnya, Sofie jadi sibuk sama Raffa. Waktu untukku sudah tinggal si
Jantung Sofie berdegup dengan kencang, seakan hampir keluar untuk mencari penyebabnya. Kemarahan dan rasa malunya sudah tidak dapat diungkapkan lagi. Hanya ada satu cara terbaik yang terpikirkan oleh Sofie, yaitu mengakhiri pernikahannya dengan Andrian. Untuk itu, ia menemui kedua orangtuanya terlebih dahulu, untuk menceritakan permasalahan pelik yang ia hadapi."Lho Sof, tumben kamu pulang sore-sore?" tanya sang bunda.Belum sempat Sofie menjawabnya, sang bunda kembali bertanya, "Lho kok cuma sama Raffa, Adrian mana?" "Yah, Bu, aku mau bicara," ucap Sofie dengan mimik yang serius, tanpa menjawab pertanyaan yang terlebih dahulu ditujukan padanya."Ada apa, Sof? Kok, sepertinya ada masalah yang sangat besar?" tanya ibu Sofie."Lebih baik kita duduk terlebih dahulu," sahut sang ayah.Sebelum Sofie berbicara dengan kedua orangtuanya, ia meminta agar Raffa bermain di halaman belakang dan setelah Raffa tak terlihat, Sofie mulai berbicara."Yah, Ibu, aku nggak mau panjang lebar, tapi sebai
Perseteruan antara Sofie dan Adrian berlangsung cukup sengit di ruang sidang. Hingga pada sidang ke tiga, dimana memasuki babak keterangan saksi dan disanalah seluruh teman-teman Sofie hadir untuk memberikan keterangan, termasuk memperdengarkan hasil rekaman suara Adrian."Ijinkan saya untuk memperdengarkan hasil rekaman suara antara Adrian dan kami, teman-temannya," ucap Riga saat dirinya menjadi saksi untuk Sofie.Hakim ketua pun memberikan ijinnya dan sesaat kemudian terdengarlah suara Ardian yang dengan nada bicara yang penuh dengan kesombongan itu, menghina dan sangat merendahkan Sofie."Perempuan yang nurut seperti anjing," adalah sebuah kalimat penghinaan yang sangat besar kepada Sofie dan berhasil membuat ekspresi wajah para hakim berubah. Pandangan mata tajam yang menusuk diarahkan kepada Ardian, seolah menanyakan maksud dari penghinaan yang ia lakukan terhadap istrinya.Tetapi, kemudian Riga kembali berbicara, "Seperti yang sudah diperdengarkan, sekarang saya akan memberika
Matahari perlahan bergerak ke arah barat dan sinarnya tak lagi membakar kulit yang terbuka dan saat untuk kembali ke rumah.Sofie dan Rakha telah menghabiskan waktu makan siang mereka bersama dengan berbagi cerita."Kha, aku pulang duluan, ya," pamit Sofie yang mulai beranjak pergi."Eh tunggu, Mbak! May I have your number? Maybe I need it someday," sahut Rakha cepat."Need it for what?""Ah sudahlah, nggak perlu pakai alasan. Sini mana HP-nya," pinta Sofie.Dengan cepat, Rakha memberikan gawainya ke Sofie dan sesaat kemudian nomor telepon Sofie telah tersimpan di dalamnya."Sudah ya, aku pulang. Oiya, kali ini aku nggak butuh pengawal. Yuk, assalamu'alaikum," pamit Sofie yang kemudian beranjak menjauh sambil melambaikan tangannya."Wa'alaikumsalam. See you, Mbak!"Tanpa melihat ke belakang lagi, Sofie tetap berjalan dan menjawab seruan Rakha dengan menunjukkan isyarat jari tangannya.Sementara, Rakha hanya dapat melambaikan tangannya hingga Sofie menghilang dari pandangannya."At leas
Semua mata dan telinga tertuju pada satu titik, yaitu kepada Ryan sang manajer, untuk menantikan drama pertama kedatangan desainer baru rasa lama.Ryan yang cukup lama menjadi senior Sofie di kampus hingga di kantor, dengan santai menjawab, "Just like you, never change. Checkmate all the time. Welcome home, Sis. Nice to have you back in our team."Sambutan Ryan ditambah dengan tepuk tangannya berhasil mengembalikan suasana dan membuat staf desain ikut bertepuk tangan menyambut Sofie.Namun, beberapa saat sebelum Sofie memulai tugasnya, Ryan meminta Sofie untuk bicara empat mata di ruangannya."Masuk, Sof.""Thanks. Nice room, banyak yang berubah ya. Ruangan ini jadi lebih lapang," ucap Sofie sambil memandang ke seluruh sudut."Seven years itu bukan waktu yang sesaat. Sit down, please."Setelah keduanya duduk, mimik wajah Ryan tampak serius dengan memandang lurus ke arah Sofie, lalu berucap, "I'm sorry about your marriage.""Makasih but don't be sorry, cause I'm happy now," sahut Sofie
"Pihak kepolisian akhirnya melepaskan tembakan gas air mata ke arah kerumunan massa yang melakukan pelemparan batu ke arah polisi. Aksi demo yang berujung dengan ...."Suara berita di televisi pun dimatikan oleh Ryan dan tentu saja mengundang protes anak buahnya.Tetapi berbeda dengan protes yang dilayangkan oleh Sofie, "Kok dimatiin? Ryan kamu nggak boleh melakukan pembunuhan terhadap suara TV!" "Sue me after this, of you want," sahut Ryan, yang kemudian langsung memberikan pengumuman kepada seluruh staff desain."Attention please, barusan vwog menjamin keamanan di dalam gedung ini.""So, saya nggak minta kalian lembur, anggap aja lagi office gathering. That's why, kalian boleh order makanan untuk malam ini. Tentukan menunya dan seperti biasa, Diana yang akan mengurusnya," lanjut Ryan dan kemudian ia kembali masuk ke dalam ruangannya.Tanpa menunggu lagi, para staf desain segera menghubungi keluarganya masing-masing di rumah, termasuk Sofie. Tetapi, sebelum Sofie berucap, sang bunda