Share

Menyadap W******p

"Permisi, maaf saya datang terlambat," ucap Felys. Detik itu juga meraka menoleh ke arah di mana Felys berdiri, terlihat jelas jika mereka terkejut akan kehadirannya, terutama Abram dan keluarganya. 

***

Abram yang sedang merangkul pundak Irna, seketika menurunkan tangannya. Bahkan lelaki berjas itu langsung menghampiri Felys, terlihat jelas raut wajah Abram yang panik. Sementara itu, Felys hanya tersenyum dan terus bersikap tenang. 

"Sayang kamu ada di sini, maaf aku .... "

"Kok kamu di sini, Mas. Bukannya tadi kamu bilang ada meeting." Felys memotong ucapan suaminya, detik itu juga Abram menjadi gugup. Ia tidak tahu harus menjawab apa, karena memang apa yang istrinya katakan itu benar adanya. 

"Iya, tadi mama yang nelpon Abram dan menyuruhnya untuk datang ke sini." Rita, ibu mertua Felys menimpali. Bahkan wanita setengah abad itu berjalan menghampiri putra serta menantunya itu. Hampir semua mata tertuju pada Felys, mungkin mereka merasa bingung akan kehadirannya. 

"Dia siapa, jeng?" tanya salah satu anggota keluarga dari pihak calon mertua Dila. Mendengar pertanyaan itu, seketika Rita terdiam. Wanita itu bingung sendiri harus menjawab apa. 

Felys tersenyum lalu memperkenalkan diri. "Perkenalkan, saya Felys Anggraini istri dari mas Abram."

Sedetik kemudian suasana menjadi tegang, terdengar bisikan demi bisikan dari para tamu yang hadir. Felys memperhatikan raut wajah ibu mertuanya yang panik, begitu juga dengan Abram. Felys tersenyum karena berhasil membuat para penghianat itu mati kutu akibat perbuatannya sendiri. 

"Loh, jeng bukannya menantumu itu .... "

"Maaf, dia memang menantu saya, istri Abram. Cantik kan, pinter juga." Rita memotong ucapan salah seorang tamu yang hadir. 

"Ya sudah kita mulai saja acaranya ya, soalnya sudah siang," ujar Rita untuk mengalihkan perhatian mereka. Setelah itu acara lamaran pun segera dimulai, Felys berdiri di sebelah Abram, tak lupa ia mengapit lengan kekar suaminya itu, untuk membakar api cemburu Irna. 

"Rasakan kau Irna, emang enak dicuekin seperti itu. Asal kamu tahu, mas Abram masih sah menjadi suamiku, enak banget kamu yang mau nguasain," batin Felys, ekor matanya melirik ke arah Irna yang terlihat begitu kesal. Sementara Felys terus bersikap manja dan mesra kepada suaminya, untuk membuat Irna semakin cemburu. 

Acara berjalan dengan lancar, selama acara Felys lah yang menguasai Abram. Bahkan ia sengaja mendekatkan dirinya kepada keluarga calon suami adik iparnya itu. Tentu saja, aksi Felys membuat ibu mertuanya geram, terlihat Irna yang sengaja ia abaikan. 

"Eh Irna, kamu di sini juga. Maaf ya, aku tadi nggak lihat." Felys berpura-pura tidak melihat kehadiran Irna, padahal ia sengaja melakukan itu, untuk memberi pelajaran pada sahabat tidak tahu diri itu. 

"Ah iya, nggak apa-apa kok," sahut Irna, bibirnya mengukir senyum palsu, sementara hatinya terasa terbakar oleh ulah Felys. 

"Ya sudah kami duluan ya." Felys mengapit lengan kekar suaminya dan membawanya keluar dari rumah mertuanya. Abram hanya bisa menurut, sementara Irna bertambah kesal melihat Felys membawa pergi Abram. 

***

Dalam perjalanan pulang, Felys memilih untuk diam, bahkan wanita itu memilih untuk melihat ke luar jendela. Sementara itu, Abram fokus menyetir, meski sesekali ia melirik istrinya. Jujur, Abram sangat takut jika rahasianya terbongkar, ia tidak ingin kehilangan Felys. 

"Sayang, kamu baik-baik saja kan kok mukamu pucet gitu." Tangan Abram terulur untuk menyentuh kening istrinya, tetapi dengan cepat Felys menepisnya. Rasanya jijik dengan sentuhan itu, walaupun dulu sangat Felys idamkan. 

"Enggak apa-apa kok, Mas cuma sedikit pusing saja," ucap Felys, sementara Abram hanya mengangguk.

"Aku pusing juga gara-gara kamu, Mas. Benalu nggak tahu diuntung." Felys membatin, setelah itu ia memilih untuk memejamkan matanya, berharap setelah bangun sudah sampai di rumah. 

Tidak butuh waktu lama, kini Felys sudah sampai di rumah, sementara Abram sudah kembali ke kantor. Di rumah Felys sibuk memikirkan rencana untuk masalah yang kini sedang ia hadapi. Tiba-tiba saja terlintas di benaknya untuk menyadap w******p suaminya.

"Aku penasaran dengan isi chat mas Abram dengan mama," ucapnya. Dengan segera Felys melancarkan aksinya itu, yaitu menyadap w******p suaminya. Dengan begitu ia bisa leluasa untuk membaca chat para benalu itu.

"Yes, akhirnya berhasil. Aku baca yang mana dulu ya. Chat mas Abram dengan Irna, atau chat mas Abram dengan mama." Felys sedikit bingung harus membaca yang mana dulu, tetapi setelah dipikirkan. Felys memutuskan untuk membaca chat antara suami dengan ibunya. 

@Rita

[Pokoknya kamu harus berhasil mendapatkan semua harta kekayaan Felys. Dengan begitu dendam mama akan terbalaskan]

@Abram

[Tapi, Ma. Kasihan Felys, dia nggak tahu apa-apa dengan masalah, Mama]

@Rita

[Mama nggak peduli, dia itu lahir dari perempuan sialan yang sangat mama benci. Pokoknya kamu harus bergerak cepat sebelum semua terbongkar]

Felys cukup menahan napas saat membaca chat mereka, ia benar-benar tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Mungkinkah ada dendam masa lalu, tapi apa? Felys harus segera mencari tahu. 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kenapa kebanyakan wanita2 di novel sekarang tolol2 dan gampang dibohongi krn terlalu bucin. otak mereka g cepat tanggap biarpun udah tau dibohongi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status