Share

Masuk Perangkap

Author: Bintang Senja
last update Last Updated: 2023-08-21 00:33:15

"Apa aku boleh tinggal di sini? Aku diusir dari kontrakan karena sudah tiga bulan belum bayar," jawab Irna. Memang selama ini Irna tinggal di kontrakan, dan setahu Felys sahabatnya itu bekerja di restoran. Entah sekarang masih iya atau tidak, karena sudah lama mereka tidak bertemu. 

***

"Aku nggak salah denger, Irna datang dan meminta untuk tinggal di sini. Ke mana urat malunya, setelah menikah diam-diam dengan mas Abram. Dan sekarang tanpa rasa berdosa datang untuk tinggal di sini, mungkin lebih tepatnya numpang." Felys membatin. 

"Tapi sepertinya nggak ada salahnya aku terima, dengan seperti ini aku lebih mudah untuk menjebak mereka. Irna, Irna, kamu datang ke tempat yang salah, terlalu nekat untuk datang ke kandang macan." Felys kembali membatin. 

"Felys, bagaimana." Suara Irna mampu membuyarkan lamunan Felys. 

"Oh, tentu saja boleh, ayo masuk." Felys mempersilahkan Irna untuk masuk ke dalam. 

"Sayang tu .... " Abram menghentikan ucapan serta langkahnya saat melihat istrinya kembali ke dalam dengan seorang perempuan yang mungkin akan menghancurkan hidupnya. 

"Irna, kamu benar-benar nekat datang ke sini," batin Abram. Mendadak otaknya kacau, entah apa yang akan terjadi jika sampai Felys tahu yang sebenarnya. Mungkin Abram akan langsung ditendang dari rumah. 

"Mampus kau, Mas. Mungkin sekarang kamu merasa panik, tapi aku yakin. Di belakang nanti, kalian pasti akan merasa puas karena bisa bertemu," batin Felys, ia memperhatikan suaminya yang terus mencuri pandang dengan Irna. Sejujurnya Felys jijik melihat itu semua, tetapi demi mendapatkan bukti yang kuat, ia juga harus kuat dan tegar menghadapinya. 

"Sayang, Irna katanya mau tinggal di sini beberapa hari, boleh kan." Felys berjalan menghampiri suaminya, bahkan ia sengaja menunjukkan sikap manjanya. Tentu saja aksi Felys membuat hati Irna terbakar. 

"Ah, apa ... iya, tentu saja boleh, dan itu terserah kamu saja." Abram gelapan sendiri saat mendengar ucapan istrinya, bahkan lelaki itu sampai salah tingkah akibat saking gugupnya. 

"Terima kasih ya, Sayang." Felys mencium pipi Abram, sembari melirik ke arah Irna. 

"Irna tunggu sebentar ya." Felys berlalu meninggalkan ruang tengah, membiarkan dua penghianat itu bernapas sejenak. Sementara itu, Felys memanggil bi Jum asisten rumah tangganya untuk menyiapkan kamar tamu. 

"Bi, bisa tolong beresin kamar tamu nggak," ujar Felys seraya berjalan menghampiri bi Jum di dapur. 

"Bisa, Nyonya." Dengan segera bi Jum melangkah menuju kamar tamu, dan langsung melakukan tugasnya itu. Sementara Felys bergerak menuju kamarnya sendiri untuk mengambil sesuatu yang ia butuhkan. 

Sepuluh menit kemudian Felys kembali lagi ke lantai bawah. Bahkan wanita itu kini sudah berada di kamar tamu, di mana nantinya akan digunakan untuk menginap Irna. Bi Jum sedikit heran saat melihat majikannya menaruh sesuatu di atas pintu. 

"Untung aku pernah menyiapkan ini, niatnya mau aku taruh di rumah mama. Tapi rasanya itu tidak mungkin, eh nggak tahunnya mangsanya nyamperin sendiri," ujar Felys seraya menaruh alat perekam yang ukurannya kecil di atas pintu. 

"Itu untuk apa, Nya?" tanya bi Jum. 

"Untuk nangkap maling, Bi." Felys menoleh sekilas, lalu turun dari atas kursi. Sementara itu bi Jum hanya mengangguk. 

***

Hari telah berganti, semalam masih aman, bahkan Felys tidak mendapati suaminya keluar dari kamar saat malam hari. Dan pagi ini kebetulan hari minggu, Felys berencana untuk pergi ke luar, ia sengaja meninggalkan suaminya di rumah bersama dengan istri mudanya. 

Felys sengaja melakukan itu, untuk menjebak mereka. Karena sudah dapat dipastikan kedua penghianat itu pasti akan mencuri wanita untuk bertemu, dan saling melepas rindu. Maklum pengantin baru tapi jarang ketemu. 

"Kamu mau ke mana pagi-pagi udah rapi begini?" tanya Abram. Saat ini Felys sedang duduk di depan meja rias untuk menyempurnakan penampilannya. 

"Mau ke butik, Mas. Hari minggu seperti ini biasanya rame," jawab Felys, sementara Abram hanya mengangguk. 

"Oya, ATM milik .... "

"Aku pinjem ya, nanti sekalian mau belanja bulanan. Jangan protes, kalau pelit sama istri nanti kuburannya jadi sempit." Felys memotong ucapan suaminya. Seketika Abram memilih untuk diam, karena jujur ia sedikit takut jika berhadapan dengan Felys. 

"Ya sudah, aku pergi sekarang ya, kalau mau sarapan tinggal bilang sama bi Jum." Felys mencium punggung tangan suaminya, setelah itu ia bergegas keluar dari kamarnya. Sementara itu, Abram hanya bisa pasrah saat kartu ATM miliknya dibawa oleh istrinya. 

Setelah memastikan Felys benar-benar pergi, Abram bergegas turun ke bawah. Bahkan lelaki itu langsung masuk ke dalam kamar tamu, tempat Irna menginap. Melihat Abram datang, Irna cukup terkejut, tetapi ia juga kesal karena semalam Abram mengabaikan dirinya. 

"Kenapa semalam nggak ke sini, malah enak-enak sama Felys. Aku juga istrimu loh, Mas." Irna protes lantaran semalam Abram tidak menemuinya. 

"Sayang aku minta maaf, bukannya aku tidak mau, tapi kamu kan baru datang ke sini. Nanti Felys bisa curiga," ujar Abram seraya menangkup pipi Irna dengan kedua telapak tangannya. 

"Ok, aku maafin. Oya rumahnya bagaimana, katanya mau beliin rumah, tapi kok cuma janji doang." Irna menagih janji Abram yang katanya mau membelikan dirinya rumah. 

"Maaf ya, untuk saat ini aku belum bisa. Tapi aku janji setelah menemukan yang sesuai pasti nanti aku beliin," ujar Abram. Sebisa mungkin ia membujuk Irna agar tidak marah, bahkan istri mudanya itu tidak boleh tahu jika uang yang untuk membeli rumah sekarang di tangan Felys. 

"Beneran loh, awas aja kalau bohong. Aku akan menyingkirkan Felys dengan caraku sendiri, agar aku bisa menguasai rumah ini," sahut Irna, mendengar itu Abram terdiam sejenak. Entah kenapa ia merasa tidak setuju dengan ide dari Irna yang hampir sama dengan rencana ibunya, yaitu menyingkirkan Felys. 

Setelah itu Irna memeluk tubuh Abram, beberapa hari tidak bertemu membuatnya sangat rindu. Awalnya Abram hanya diam, tetapi Irna sangat pandai untuk membuat lelaki itu merespon apa yang ia inginkan. Tanpa mereka sadari, semua ucapan dan perbuatan kedua penghianat itu telah terekam. Dengan begitu Felys akan mudah untuk menghancurkan mereka. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dikeluarkan Dari Grup Whatsapp Keluarga Suami   Kebahagiaan ( Ending)

    Sejenak wanita itu berpikir jika kejiwaan Rita terganggu, atau mungkin itu hanya akting. Karena wanita licik seperti Rita pasti mempunyai segudang cara untuk mengelabui lawannya.***"Aaaa, pergi kamu dari sini! Kamu pikir saya percaya dengan omonganmu itu, pergi." Rita berteriak sekencang mungkin, bahkan teriakannya terkadang disertai dengan tawa. "Hahaha, kamu pasti sengaja ingin menakutiku buka. Hahaha aku nggak takut." Rita tertawa dan juga berbicara tak jelas, membuat polisi yang sedang berjaga menghampirinya. Kedua polisi itu terlihat saling lirik saat melihat Rita yang terus tertawa dan meracau. Rupanya apa yang Rita alami itu hanya mimpi, wanita itu memang akhir-akhir ini sering tiba-tiba tertawa dan bicara tidak jelas. Polisi pernah meminta dokter untuk memeriksanya, dan hasilnya memang kejiwaan Rita sedikit terganggu. "Sepertinya kumat lagi," ucap salah satu dari mereka. "Iya, lebih baik sekarang kita telepon pihak rumah sakit untuk membawanya. Akan sangat berbahaya jika

  • Dikeluarkan Dari Grup Whatsapp Keluarga Suami   Hukuman

    Sedetik kemudian, suara dobrakan pintu mampu membuat mereka menoleh. Felys tidak tahu siapa yang datang, ia hanya sudah pasrah. Berharap jika ada orang baik hati yang mau menolongnya. ***"Mas Abram, Vino." Tenaga Felys yang sudah terkuras habis, membuatnya tak sadarkan diri. Melihat itu Abram panik, ia hanya bisa berharap semoga mantan istrinya baik-baik saja. "Berani kalian, serang mereka." Gunawan menyuruh anak buahnya untuk menyerang Abram dan juga Vino. Dengan senang hati mereka berdua melawan anak buah Gunawan. Meski sedang berkelahi, tetapi mata Abram tidak bisa lepas dari tempat di mana Felys berada. "Vino, cepat bawa Felys pergi dari sini. Cepat selamatkan Felys," titah Abram. Baginya keselamatan Felys lebih penting. "Tapi bagaimana dengan mereka, anak buah om Gunawan semakin banyak," sahut Vino. Ia khawatir jika sampai terjadi sesuatu pada Abram. "Jangan hiraukan mereka, keselamatan Felys lebih penting. Sekarang cepat bawa Felys pergi dari sini." Abram mendorong tubuh V

  • Dikeluarkan Dari Grup Whatsapp Keluarga Suami   Rencana Gila

    "Cepat pergi atau aku akan mengusirmu dengan cara kasar!" bentak Abram. Detik itu juga Irna terkejut, bukan hanya Irna. Namun Dila pun demikian, karena baru kali ini mereka melihat Abram marah. Dengan sangat terpaksa akhirnya Irna harus angkat kaki dari rumah itu. ***"Kak, Kakak baik-baik saja kan?" tanya Dila seraya berjalan menghampiri kakaknya. Terlihat jelas raut wajah Dila seperti khawatir dengan kakaknya itu. Abram menoleh. "Kakak nggak papa kok, ya sudah kakak mau mandi dulu.""Iya, Kak." Dila mengangguk. Sementara Abram bergegas naik ke atas di mana kamarnya berada. Di bawah Dila memilih untuk duduk di sofa, jujur ia rindu dengan ibunya, karena sudah beberapa hari ini Dila tidak datang menbesuknya. Dila berencana besok siang untuk ke kantor polisi membesuk ibunya. Di lain tempat saat ini Irna masih berada di jalan, hari ini adalah hari sial untuk Irna. Setelah dicampakkan begitu saja oleh Deny, ia juga harus menerima jika Abram menceraikannya. Namun Irna tidak akan diam b

  • Dikeluarkan Dari Grup Whatsapp Keluarga Suami   Talak untuk Irna

    "Aku calon istrinya, dan saat ini aku sedang mengandung anaknya." Kali ini perkataan Irna mampu membuat Abram terkejut. Apa mungkin yang dikatakan Irna itu benar, memang selama ini Abram merasa seperti ada yang istrinya itu sembunyikan. ***"Jadi ini kelakuan kamu yang sebenarnya, ternyata kamu wanita murah*n. Tidak punya harga diri," batin Abram. Setelah itu ia menyimpan rekaman tersebut untuk bukti. Dirasa cukup, Abram memutuskan untuk kembali bekerja. Tidak enak juga jika pergi terlalu lama, apa lagi tidak izin. "Irna, aku tidak menyangka kalau kamu bisa berbuat setega ini." Abram kembali membatin, saat ini ia sedang dalam perjalanan menuju restoran. Tidak butuh waktu lama, kini Abram sampai di restoran, setelah memarkirkan motornya Abram bergegas masuk ke dalam. Beruntung bosnya sedang tidak ada, buru-buru Abram kembali pada tugasnya. Untuk urusan Irna bisa ia pikirkan nanti. Sementara itu, saat ini Irna masih berdebat dengan wanita yang mengaku sebagai kekasih Deny. Namun Irn

  • Dikeluarkan Dari Grup Whatsapp Keluarga Suami   Ketangkap Basah

    "Anak itu akan menjadi penghalang papa untuk mengusai harta milik mamamu. Itu sebabnya sebelum lahir, kamu harus menggugurkannya." Gunawan menjelaskan, Felys kembali menggeleng, ayahnya sudah tidak waras lagi. Demi harta rela melenyapkan satu nyawa yang sama sekali tidak berdosa. ***"Papa jangan pernah bermimpi untuk menguasai harta mama, karena sampai kapanpun itu tidak akan pernah terjadi. Kalau, Papa ingin hidup mewah, seharusnya berjuang bukan memanfaatkan harta istrinya. Apa lagi istri yang sudah tiada," ungkap Felys, mendengar hal itu membuat Gunawan naik pitam. "Beraninya kamu .... " Gunawan hendak melayangkan tamparannya, tetapi niatnya terhenti saat suara seorang perempuan menghentikannya. "Berani kamu menyentuh Felys, maka kamu akan merasakan sendiri akibatnya." Dewi berdiri di samping Felys. Entah kebetulan atau apa, tiba-tiba saja Dewi datang, adik dari Almira. "Kamu tidak perlu ikut campur urusanku, Felys itu anakku," ujar Gunawan dengan nada cukup tinggi. Bahkan sor

  • Dikeluarkan Dari Grup Whatsapp Keluarga Suami   Permintaan Gila Gunawan

    "Siapa sih, masih pagi juga." Felys membuka pintu rumahnya, seketika matanya melotot saat melihat seseorang yang sangat ia kenal sudah berdiri di depan pintu.***"Jadi yang dikatakan Vino itu benar, kalau papa masih hidup. Lalu yang dikubur lima tahun yang lalu itu siapa." Felys membatin. Rasanya sangat sulit untuk dipercaya, tetapi kehadiran ayahnya membuat Felys merasa yakin. "Papa, bagaimana mungkin. Bukankah .... ""Kamu tidak perlu kaget seperti itu, apa kamu tidak suka melihat papa kembali." Gunawan memotong ucapan putrinya. Seketika Felys terdiam, sosok lelaki yang berdiri di hadapannya benar-benar ayahnya. "Kalau anda benar-benar, Papa. Lalu yang dikubur lima tahun siapa?" tanya Felys. Tidak mungkin orang yang sudah meninggal hidup kembali, dan saat proses pemakaman Felys melihat dengan mata kepalanya sendiri. "Ceritanya panjang, oya apa papa boleh masuk," ujar Gunawan. Seketika Felys tersentak, setelah itu ia mengajak ayahnya untuk masuk ke dalam. Gunawan berjalan lebih d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status