Saat Milla dan Bertrand baru saja sampai di tangga lantai dua, mereka bertemu dengan Chris yang sedang menaiki tangga.Setelah ketiga orang itu saling menatap dan terdiam beberapa detik, Bertrand yang berkata terlebih dahulu, "Pak Chris juga mau istirahat di lantai atas?"Tanpa menghiraukan nada bicara Bertrand yang aneh, Sean langsung menjawab dengan tegas, "Aku dengar Bu Milla sedang nggak enak badan, jadi aku datang untuk memeriksanya.""Sepertinya Pak Chris sangat perhatian pada Milla," kata Bertrand dengan nada dingin.Ekspresi Chris tetap tenang, tetapi dia hanya menatap Milla dengan tatapan ambigu. "Bu Chris adalah pasangan dansaku malam ini, mana mungkin aku nggak peduli."Bertrand hendak mengatakan sesuatu lagi, tetapi seorang pelayan tiba-tiba naik mencarinya. Dia segera berpamitan terlebih dahulu saat melihat sepertinya ada hal yang mendesak, lalu meninggalkan Milla dan Chris di tangga itu."Bagaimana?" tanya Chris sambil melangkah naik. Hanya dengan selisih satu anak tangga
Mendengar suara langkah kaki di pintu itu sangat pelan, kepala Shania langsung berdengung. Menjelang detik terakhir, dia yang sangat panik pun langsung membungkus dirinya ke dalam selimut dengan erat."Mana orangnya?"Saat tiba-tiba terdengar suara seorang wanita dari luar kamar, Shania yang masih meringkuk di dalam selimut langsung merasa bingung dan akhirnya mengintip keluar dari balik selimut. Dia melihat ada seorang wanita yang sudah berdiri di sisi tempat tidur dan menatapnya dengan tanpa ekspresi. Dia pun berseru dengan terkejut, "Milla?""Kamu kenal aku?" tanya Milla sambil mengernyitkan alisnya.Shania yang menyadari dirinya sudah keceplosan segera duduk dan merapikan rambutnya dengan panik, lalu berusaha mencari alasan. "Aku nggak enak badan karena tadi minum sedikit alkohol, jadi ke lantai atas untuk istirahat."Milla melangkah maju dengan tenang dan tersenyum ambigu. "Aku juga nggak tanya kenapa kamu di sini. Kamu siapa ya?""Namaku Shania," jawab Shania."Oh, aku ingat kamu
"Kartu ... akses kamar?" tanya Shania yang mulai cemas.Zeno yang berada di ujung telepon membentak, "Takut apa? Sejak hari pertama kamu menerima tugas ini, aku sudah bilang kamu harus siap tidur dengan Chris kapan pun dan bukan cuma sekali saja. Kenapa? Suruh kamu tidur dengan Chris, kamu masih merasa dirugikan?"Shania menjawab dengan terbata-bata, "Nggak ... bukan begitu .... Hanya saja, pacarnya juga ada di sini. Dia mana mungkin ... ikut denganku ....""Kamu hanya perlu menunggu di kamar saja, aku jamin Chris akan langsung kehilangan kendali begitu melihatmu. Yang lain bukan urusanmu. Nomor kamarnya tertulis di kartunya, jangan sampai salah kamar," instruksi Zeno, lalu langsung menutup teleponnya.Setelah menenangkan dirinya sejenak, Shania memberanikan dirinya untuk kembali ke dalam.....Satu lagu pun selesai.Milla yang merasa agak pusing pun secara refleks memegang lengan Chris untuk menstabilkan diri.Melihat itu, Chris bertanya, "Kenapa?""Nggak apa-apa, hanya agak pusing sa
Pesta hari ini sangat megah dan Bertrand yang sebagai tuan rumah pun sibuk melayani para tamu. Begitu musik dansa terdengar dan kerumunan orang mulai perlahan-lahan masuk ke lantai dansa, dia baru memiliki waktu untuk mencari Milla. "Maaf, aku sudah membiarkanmu.""Pak Bertrand terlalu sungkan," kata Milla sambil tersenyum dengan sopan."Kita sudah saling kenal, kelak panggil aku Bertrand saja," usul Bertrand."Aku masih belum terbiasa, tapi aku akan coba," balas Milla sambil menjaga jarak."Mau berdansa?" tanya Bertrand saat melihat lantai dansa makin ramai.Milla menganggukkan kepala dan berkata, "Ya. Kalau begitu, aku permisi dulu ...."Bertrand yang hendak mengajak Milla berdansa pun langsung tercekat dan menatap Milla berjalan sendirian ke lantai dansa dengan kebingungan. Khavin memberitahunya semalam Milla menginap di Grup Mahendra, tetapi tadi pagi Milla berlari keluar dari sana sambil menangis. Dia bertanya-tanya apakah terjadi sesuatu pada Milla semalam dan sekarang ingin mela
"Nggak mungkin." Seseorang segera membantah dugaan itu, "Kalaupun putri Keluarga Brawijaya belum meninggal, dia nggak mungkin masih terlihat seperti dulu. Dia dan Pak Chris seusia, jadi pasti sekarang sudah berusia 30-an tahun.""Benar juga." Orang-orang di sekitar berbisik penuh rasa ingin tahu, "Tapi, gadis itu memang mirip banget sama putri Keluarga Brawijaya.""Pak Chris benar-benar setia!"Di tengah keributan kecil itu, Chris menurunkan lengannya dan tangan Shania pun terlepas dengan sendirinya."Pak Chris? Mau ke mana?" tanya Shania.Chris tidak menjawab, langsung berbalik menyapa seseorang yang menghampirinya.Shania berdiri kaku dan canggung. Dia mengepalkan tangannya erat-erat, mengingat kembali pesan dari Zeno hari ini.Selama dirinya muncul di depan rumah Keluarga Yunanda, Chris pasti akan memintanya menjadi pasangan. Itu sebabnya, dia memberanikan diri menawarkan diri untuk mengantarkan kontrak. Atasannya tentu dengan senang hati menyetujui karena takut dimarahi.Tak disan
"Kak Milla? Kenapa kamu sendirian di sini?" Suara lembut seorang perempuan terdengar dari belakang. Milla menoleh, tidak terkejut saat melihat Candies berjalan mendekat."Kamu juga sendirian?" tanya Milla."Ayahku yang mengajakku ke sini," jawab Candies.Mata Milla berkedip pelan. Rupanya Khavin juga cukup dekat dengan Bertrand."Kamu habis nangis ya? Matamu terlihat agak bengkak," tanya Candies sambil mengamati wajah Milla."Semalam aku kurang tidur." Milla menjawab secara asal. Sepertinya penyamarannya berhasil. Kemudian, dia berpura-pura cemas, "Apa riasanku luntur? Maaf ya, aku ke kamar mandi dulu.""Aku temani deh," ucap Candies, ikut melangkah di belakangnya.....Sementara itu, Chris bertemu dengan Denny di gerbang rumah Keluarga Yunanda, seorang mitra baru yang baru saja menandatangani kerja sama dengan Grup Mahendra. Mereka sudah sepakat untuk bertemu malam ini di rumah Keluarga Yunanda guna meninjau draf awal kontrak, tetapi Wilson tidak membawa dokumen tersebut.Makanya, tad