Chris memandang wanita cerdas di depannya, matanya yang sipit menyimpan senyuman. Jelas-jelas dia sedang diprovokasi, tetapi kenapa dia justru sangat menikmatinya?"Aku bukan asal bicara. Tim promosi perusahaan sudah lembur menyusun proposal. Besok pagi sudah selesai. Kamu bisa lihat kapan saja. Kalau ada syarat yang nggak cocok, kamu boleh ajukan," ujar Chris.Milla mengangkat alisnya dan tersenyum. "Baiklah. Besok jam 10 pagi, tolong bawa proposal ke perusahaan kami. Kita bahas bersama.""Nggak masalah." Chris langsung setuju, lalu menyuruh Wilson menambahkan jadwal itu ke agenda besok dan menandainya sebagai sangat penting.Melihat itu, Wilson refleks mendongak. Di depan istri, bosnya rela turun tangan sendiri seperti pekerja magang yang membawa proposal. Ini adalah pemandangan langka!Setelah marah dan melampiaskan emosinya, Milla merasa lega. Karena Chris masih harus lanjut bekerja, dia pun menyuruh sopir mengantar Milla pulang.Milla juga tidak memperpanjang urusan. Dia butuh tid
Milla menggigit bibirnya, tidak menanggapi.Chris melangkah, mengitari meja untuk lebih dekat dengannya. "Akhir-akhir ini aku sedang bekerja sama dengan Grup Domani untuk proyek besar. Kamu tahu sendiri, Khavin itu orangnya penuh tipu muslihat, jadi aku harus mengawasi sendiri. Pasti sedikit lebih sibuk."Milla mundur selangkah, menjaga jarak dengannya, tetap tidak berbicara."Kamu masih mau tahu apa lagi?" Chris menatap wajahnya, tak mau mengalihkan pandangan."Nggak ada," jawab Milla dengan keras kepala.Chris juga tidak mendesak. Tatapannya menjadi lebih santai saat berkata, "Tadi tim proyek dari Grup Domani membawa beberapa arsitek profesional bersama Candies. Mereka datang bersama.""Oh?" Milla mengangkat alis. Datang bersama, tetapi pulangnya tidak bersama?"Kamu nggak lihat mereka?" tanya Chris."Buat apa aku lihat mereka?" timpal Milla.Chris tersenyum tipis, tidak ingin membongkar kebohongannya. "Kelihatannya kamu masih marah. Mau aku habiskan sisa supnya biar amarahmu reda?"
Pintu samping kantor Chris terbuka, asisten buru-buru mengantar Candies pergi, seolah-olah takut ketahuan oleh Milla. Mereka bahkan sengaja mendekat ke sisi ruang tamu, menggunakan dua asisten lain untuk menutupi Candies.'Hmph.' Milla hanya bisa tertawa sinis dalam hati. Rapat? Yang bahkan diikuti Candies juga?Milla kembali melirik ponsel dan melihat menu yang dia pesan. Semuanya adalah makanan favorit Chris. Bibir Milla pun melengkung membentuk senyuman dingin.Matanya berkilat. Dia segera mengambil ponsel dan menghubungi nomor restoran yang tadi. "Halo, apa pesanan tadi sudah mulai dimasak?""Halo, Bu. Pesanan sudah siap dan sebentar lagi dikirim. Mungkin sekitar 10 hingga 15 menit lagi sampai," jawab pelayan dengan sopan."Kalau begitu, tolong bawakan juga beberapa paket bumbu tambahan," ucap Milla dengan nada datar."Baik, mau rasa apa, Bu?""Aku suka pedas, pedas gila," jawab Milla dengan tegas."Oh, baik. Aku akan tambahkan lebih banyak minyak cabai," jawab pelayan itu, terdeng
"Ada apa?" tanya Milla. "Ada yang aneh?""Ini benaran sepenuhnya buatan tangan?" Graham tak kuasa mendekatkan kantung wewangian itu ke hidungnya untuk mengendus lebih teliti."Sudah kubilang, 'kan? Kamu pasti akan tertarik! Saat aku pertama kali melihat kantong wewangian itu, reaksiku juga sama persis denganmu.""Di gunung itu cuma ada empat rumah dan satu halaman kecil. Kadang-kadang ada binatang buas berkeliaran. Nenek itu nggak punya alat-alat profesional. Yang dia punya mungkin hanya ketekunan dari hati. Kemampuan meraciknya mungkin nggak kalah dariku."Graham menghela napas. "Orang dengan bakat seperti itu malah hidup terpencil di pegunungan. Sungguh disayangkan.""Nggak juga." Milla tidak setuju dengan pendapatnya. "Dia menggunakan keterampilannya untuk menghidupi dua anak. Keluarga mereka hidup bahagia. Memiliki bakat nggak berarti harus selalu menjadi orang terkenal."Graham mengangguk, cukup setuju dengan pemikiran itu. "Sebelum pergi, aku sudah janji akan mengirimkan satu set
Waktu mandi terasa berjalan sangat cepat, tetapi juga sangat lambat, seolah-olah tak menentu.Kepala Milla terasa panas. Dia berulang kali mengingat percakapan mereka tadi. Ternyata pepatah memang benar, alkohol membuat orang menjadi berani ....Entah berapa lama, akhirnya Milla mengenakan jubah mandi, merapikan rambut basahnya, dan melangkah keluar dari kamar mandi.Dia melihat Chris sedang duduk santai di sofa, mengenakan jubah tidur bermotif gelap dengan bagian dada sedikit terbuka. Pria itu terlihat culas dan santai sambil menunggunya.Melihat Milla berdiri terpaku, Chris bangkit dan menghampirinya. Dengan lembut, dia membantu menyingkap rambut basah Milla ke belakang telinga, memperlihatkan garis samping wajahnya yang lembut dan memesona.Jakunnya bergerak naik turun. Dia tak kuasa mendekatkan diri ke telinga mungil Milla. Napas hangatnya mengalir di atas kepala dan di sekitar telinga Milla, membuat aliran listrik berkecepatan tinggi mengalir dari dalam dada Milla dan tubuhnya pun
Dari luar jendela mobil terdengar deru keras mesin. Kenrick dan Milla sama-sama menoleh ke luar, bertanya-tanya siapa yang telah mereka singgung?Sopir segera memutar setir dengan waspada, menginjak gas sedalam mungkin, mencari celah untuk membelokkan mobil ke jalan lain. Mobil mereka melesat secepat kilat.Akan tetapi, mobil di belakang yang sempat tertinggal, tidak mau kalah. Dengan cepat, mobil itu mengejar lagi, bahkan menunjukkan tanda-tanda ingin menyalip.Milla menggenggam erat pegangan di atas kepalanya, menajamkan mata, dan akhirnya melihat dengan jelas. Itu mobil Chris!Dia buru-buru berkata kepada sopir, "Berhenti saja, aku kenal mobil itu."Sopir menghela napas lega dan memperlambat laju mobil. Mobil di belakang segera memanfaatkan kesempatan untuk menyalip dan memotong jalur di depan mereka.Pintu mobil terbuka dengan cepat. Chris keluar dan langsung berjalan ke arah mobil mereka. Agar tidak menimbulkan kecurigaan di depan Kenrick dan sopir, Milla pun segera turun dan berj
Saat mendorong pintu ruang privat, angin dingin menerpa, membuat pikiran Milla semakin jernih. Dia tiba-tiba menyadari sesuatu.Khavin tidak mungkin mengundang dirinya dan Kenrick hanya untuk menjadi "nyamuk" dalam acara ini tanpa alasan. Mungkin, dia sudah menyadari ada sesuatu yang tidak biasa antara dirinya dan Chris, jadi sengaja mengatur ini untuk menguji mereka?Perayaan 100 tahun Keluarga Yunanda, arena balap Gunung Caman .... Setiap kali di tempat yang menjadi perhatian Khavin, selalu ada Chris yang diam-diam melindungi Milla. Jika dipikir-pikir, kemungkinan besar Khavin punya tujuan seperti itu.Jika Khavin benar-benar menemukan adanya hubungan istimewa antara dirinya dan Chris, dia mungkin akan menyusun rencana lain. Jika Khavin bersikeras ingin menikahkan putrinya dengan Chris, bisa saja dia mulai diam-diam mengincar Milla.Begitu Milla memahami ini, hatinya langsung terasa lebih lega. Dia bersandar sebentar di luar pintu untuk menenangkan diri, lalu berbalik untuk kembali k
"Pak Chris?" Kenrick yang pertama kali bersuara dengan nada terkejut.Chris masuk ke ruangan, langkahnya sempat terhenti saat melihat Milla di dalam. Akan tetapi, pandangannya segera melewati wajahnya. Dia mengangguk singkat ke arah Kenrick dan kembali mengangkat pandangan. "Pak Khavin, maaf aku kelamaan.""Pak Chris ini orang sibuk. Kamu bersedia menyempatkan waktu ke acara ini saja sudah merupakan penghormatan besar bagi kami!" Khavin berdiri sambil mengulurkan tangan. Chris maju dan menjabatnya.Dua sosok dengan perbedaan tinggi badan yang mencolok itu tampak lucu saat berjabat tangan, tetapi sebenarnya aura mereka sama-sama kuat."Lihat!" Setelah Chris duduk, Khavin menoleh ke Milla dan Kenrick sambil berkata, "Aku bilang kalian semua saling kenal, 'kan? Belum lama ini, kalian bahkan sama-sama berjuang di arena balap!""Benar." Kenrick mengangguk."Omong-omong soal balap, aku baru saja mengucapkan terima kasih pada Bu Milla dan Pak Kenrick. Aku juga ingin berterima kasih langsung p
"Sekarang?" Milla bertanya, merasa agak terkejut."Tentu saja, kalau kamu sedang senggang. Mobil kami sudah menunggu di bawah gedung Grup Jauhari. Selain kamu, kami juga mengundang Pak Kenrick."Milla mengiakan. Dia berkemas sebentar, lalu keluar dan langsung bertemu Kenrick yang baru saja keluar dari ruangan. Keduanya pun naik ke mobil asisten Khavin.Saat pintu dibuka, di dalam ruang privat mewah itu sudah duduk Khavin bersama seorang gadis muda yang tampak centil.Gadis itu mengenakan perhiasan berkilauan dengan emas yang mencolok, tampak sedikit tidak seimbang dengan usianya yang kira-kira baru 20-an tahun.Milla dan Kenrick saling bertukar pandang, sama-sama heran. Ini putri Khavin atau simpanannya?"Silakan duduk, Bu Milla, Pak Kenrick." Khavin berdiri dengan ramah.Milla dan Kenrick membalas dengan sopan, mempersilakan Khavin duduk duluan."Jangan sungkan, hari ini cuma makan santai." Khavin tersenyum dan duduk kembali, diikuti Milla dan Kenrick.Tak ingin basa-basi berlebihan,