Baru saja Joy membuat heboh tanpa mempresentasikan apa pun soal kerja sama, sekarang Chris malah ingin pergi ke Grup Taruma untuk tanda tangan kontrak? Mata Wilson membelalak bingung.Chris selalu terkenal sebagai orang yang tegas. Bahkan kalau itu temannya Yoan atau permintaan pribadi dari Tessa, Chris tetap akan menilai secara objektif, tanpa memberi kelonggaran sedikit pun."Kamu nggak ngerti omonganku?" Chris bertanya dengan nada tidak senang."Ngerti." Wilson tak berani banyak bicara, langsung menyuruh staf menyiapkan kontrak dan ikut menemani Chris ke Grup Taruma.....Joy merasa puas karena telah melampiaskan emosinya di Grup Mahendra. Dalam perjalanan pulang ke kantornya, dia masih sempat mampir ke apotek untuk membelikan Milla obat demam. Saat dia kembali, Milla baru saja bangun tidur.Joy segera menyiapkan obat dan membawakannya. "Cepat diminum selagi hangat. Hari ini tetap istirahat di sini, kamu harus jaga kondisi tubuhmu yang lemah itu."Milla tersenyum lemah, lalu duduk d
"Aku capek. Malam ini aku mau tidur di tempatmu." Milla tidak banyak bicara, langsung masuk ke ruang dalam kantor Joy dan menyusup ke dalam selimut.Joy tak tega melihatnya sendirian. Akhirnya, dia juga ikut naik ke tempat tidur dan memeluknya. "Aku temani kamu tidur.""Kamu kerjain saja urusanmu, nggak usah urusin aku.""Urusan apaan? Semua rencana yang aku buat besok juga nggak guna lagi!" gerutu Joy dengan kesal.....Keesokan paginya, Milla terus bersin dan demam. Joy panik karena tahu Milla masuk angin akibat kehujanan semalam. Namun, dia tidak menemukan obat flu setelah mencari ke mana-mana."Tunggu ya, aku pergi beliin obat," ucap Joy."Nggak usah, aku mau tidur lagi. Kamu kerja saja," sahut Milla dengan suara mengantuk.Joy melihat jam. Acara tender Grup Mahendra sudah mulai. Melihat wajah Milla yang pucat pasi, Joy memutuskan untuk membuat Chris menyesal di depan semua orang hari ini!"Ya sudah, nanti aku balik bawa obat." Setelah itu, Joy keluar, merias wajah dengan penuh per
"Pak Yoan, tolong jangan pakai adegan drama murahan untuk menakut-nakuti Pak Chris." Wilson tak tahan lagi, jadi bangkit dan menyela. Milla hanya sedang sedih, tidak sampai kehilangan akal sehat dan bunuh diri, 'kan?Beberapa saat kemudian, Wilson menerima kabar lagi dan melapor, "Pak Chris, Bu Milla sudah selesai periksa jantung. Dia sudah keluar dari rumah sakit dan kembali ke pusat kota.""Kita pulang." Chris memberi perintah dengan dingin. Mobil segera melaju, meninggalkan Yoan berdiri di kegelapan malam sendirian, tampak lemah dan tak berdaya.....Namun, saat Chris tiba di Grand Amary, dia tidak melihat Milla. Setelah menunggu sebentar, dia menerima kabar bahwa mobil Milla tidak menuju rumah, tetapi malah berbelok ke arah Jalan Belo."Jalan Belo bukan arah rumah Keluarga Jauhari ...." Wilson bergumam pelan. Kemudian, dia mendengar Chris memerintah dengan suara tegas, "Cari tahu di mana rumah dan kantor Joy!"Tiga menit kemudian, Wilson buru-buru melapor, "Sudah ketemu, Pak. Arah
Milla berusaha menenangkan dirinya setelah masuk ke dalam mobil, tetapi emosinya masih tetap tidak terkendali. Dia secara refleks menyentuh sisi kiri dadanya, lalu tersenyum dingin saat merasakan detak jantung yang masih belum teratur.Dia berpikir apakah seleranya terhadap pria memang begitu buruk? Sebelumnya, dia mengira dia belum mengerti tentang cinta karena masih muda, sehingga bertemu dengan Ryan yang tukang selingkuh. Setelah menerima pelajaran pahit itu, dia tidak sengaja menikah dengan Chris.Dari yang awalnya waspada sampai akhirnya melewati begitu banyak hal bersama-sama, Milla akhirnya menemukan sisi Chris yang cerdas, tegas, dan penuh rasa keadilan. Dia juga melihat sisi lembut Chris yang tersembunyi, serta perasaan menghormati dan kagum yang tulus terhadapnya. Sejak saat itu, dia mulai menurunkan kewaspadaannya dan saling memahami serta mencintai dengan Chris.Namun, Milla tidak menyangka dirinya yang begitu sensitif malah tidak menyadari perasaan kagum dan hormat Chris t
"Kamu begitu pintar, harusnya sudah tahu siapa siswi itu, 'kan? Benar, siswi SMA itu adalah kamu, Nona Milla," kata Shania langsung dengan ekspresi sangat marah.Setelah terdiam sejenak, Shania melanjutkan, "Kamu bilang kamu nggak percaya ada kebetulan di dunia ini, tapi sekarang jantung yang berdetak di tubuhmu ini memang milik mantan kekasih Pak Chris yang sudah meninggal. Apa ini bukan kebetulan? Kamu masih berani bilang benar-benar nggak ada kebetulan di dunia ini?"Shania mulai melampiaskan amarahnya seperti sedang membalas dendam. "Mungkin aku memang nggak bisa mendapatkan apa-apa dari Pak Chris, tapi kamu juga nggak perlu terlalu bangga. Karena dari awal sampai akhir, Pak Chris nggak pernah benar-benar mencintaimu. Orang yang dicintainya hanya wanita yang sudah meninggal itu.""Bukan juga, dibilang nggak pernah mencintaimu juga nggak sepenuhnya benar. Karena dia mencintai jantungmu, jantung yang sama sekali bukan milikmu."Mendengar perkataan itu, Milla menelan ludah dengan susa
Zeno memerintah dan mengancam dengan nada dingin, "Masih ingat trik terakhir yang aku ajarkan padamu?""Ingat," jawab Shania dengan gemetar."Sebaiknya kamu hafal semua alasan yang akan kamu sampaikan pada Milla. Ini adalah kesempatan terakhirmu. Kalau kamu gagal lagi, sisa hidup keluargamu akan lebih sengsara sepuluh kali lipat dari sebelumnya," ancam Zeno, lalu langsung menutup teleponnya dengan kasar.Shania menggenggam ponselnya dengan perasaan yang tiba-tiba panik dan takut bercampur dengan marah. Apakah kehidupan keluarganya masih belum cukup sengsara? Sekarang masih harus sepuluh kali lipat lebih sengsara? Bukankah itu sama saja memaksa mereka mati?Dia sangat benci dengan kehidupan mereka saat ini yang tidak bisa makan dengan kenyang, pakaian hangat harus bergantung pada orang lain, dan sekarang juga diancam orang lain. Bukankah tugasnya hanya mengungkapkan kebenaran di depan Milla? Apa yang harus ditakutinya?Setelah memikirkan itu, Shania langsung berlari keluar dengan tanpa