Suasana di ruangan itu kembali hening karena tiba-tiba tidak ada yang berbicara di lokasi itu.Milla berdiri sendirian di atas panggung yang hening dan menatap Roger yang duduk di samping Alfie dengan tatapan dingin. Jika hari ini dia tidak tampil, sepertinya dia akan menjadi aib bagi penduduk Huari. Dia berpikir Alfie sengaja memerintahkan orang untuk memanggilnya dan membuat pertandingan tambahan ini sepertinya memang sudah direncanakan sejak awal.Namun, bagaimanapun juga, kata-kata Roger tadi memang sudah berhasil menyulut semangat Milla. Meskipun tahu itu adalah cara Roger, dia juga rela mengakui dia memang sudah terpancing. Dia maju mendekati mikrofon dan berkata, "Rekan-rekan yang tadi tampil sudah membuat persiapan yang matang, tapi aku tampil mendadak. Boleh beri aku sedikit waktu untuk mencari inspirasi dulu?""Tentu saja boleh," jawab Roger sambil tersenyum licik. Selama Milla setuju, itu saja sudah cukup. Jika hanya improvisasi, apa mungkin bisa menghasilkan sesuatu yang be
Roger menganggukkan kepala, lalu memuji sekaligus menyindir dengan halus. "Bagus. Aku sangat terkesan dengan peserta dari Melasa tadi. Dia bisa langsung menciptakan aroma yang berbeda hanya menggunakan bahan dasar parfum di lokasi, sehingga orang langsung teringat pada cita rasa makanan lokal Melasa. Menarik dan juga berbakat."Maksud dari perkataan Roger adalah pertunjukan dari peserta lain biasa-biasa saja.Setelah mengatakan itu, Roger sengaja menatap Alfie yang selalu diam sejak tadi dan bertanya, "Pak Alfie, bagaimana menurutmu?"Alfie tidak menjawab apa-apa, hanya menganggukkan kepala."Kedudukan Keluarga Yunanda di dunia parfum sudah tidak diragukan lagi. Banyak orang di luar sana bilang industri parfum di Melasa sudah dikuasai penduduk Huari, tapi tadi aku nggak melihat ada peserta dari Huari yang tampil. Apa mereka begitu rendah hati?" sindir Roger yang tetap merasa nggak puas.Alfie akhirnya menoleh dan menatap Roger dengan tatapan penuh wibawa. "Kamu mengadakan pesta dan kom
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Wilson yang tiba-tiba panik karena ini pertama kalinya dia ditarik seorang wanita ke dalam kamar mandi. Apalagi wanita ini pernah mengejeknya seperti anjing di depan umum, sehingga dia merasa lebih kesal."Sstt!"Joy yang lebih pendek dari Wilson langsung menempelkan telinganya di pintu untuk mendengar suara di luar, sama sekali tidak tahu Wilson mali karena marah. "Untung saja dia nggak sadar ....""Bu Joy, apa yang untung?" tanya Wilson sambil menepis tangan Joy yang menarik bajunya, lalu merapikan kembali bajunya.Joy mengangkat kepalanya dan menatap Wilson yang sedang kesal, lalu mulai tersenyum memelas. "Begini. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu, jadi terpaksa pakai cara ini. Di depan Milla, kita pura-pura pacaran dulu ya ....""Apa?" seru Wilson yang langsung kaget."Bukan pacaran juga ... lebih tepatnya pasangan nggak jelas," kata Joy sambil memohon."Bu Joy bersedia punya hubungan nggak jelas dengan anjing?" sindir Wilson."Hei?"Joy yang tida
"Nggak nggak nggak .... Kamu jangan salah paham ... orang itu bukan ...," kata Joy dengan hati yang berdebar dan berusaha memotong dugaan Milla.Namun, mata Milla malah tiba-tiba bersinar, lalu menunjuk Joy dan bertanya, "Jangan-jangan orang itu adalah Wilson?"Joy berusaha menahan keinginannya untuk tertawa, lalu tersenyum dengan canggung. "Ah hahaha."Kali ini, giliran Milla yang matanya membelalak. "Benaran dia? Bukankah kamu bilang dia bukan pahlawan? Jadi, apa yang kamu suka dari dia?""Dia ... punya kemampuan yang bagus," jawab Joy yang hanya bisa mengarang cerita."Kemampuan? Kalian sudah sampai tahap mana?" tanya Milla sambil mengernyitkan alis kanannya.Joy menjawab dengan canggung, "Ya, kemampuan bertarung. Dia bisa mengusir beberapa preman, berarti kemampuan bertarungnya memang bagus.""Baiklah. Kalian baru mulai bersama, aku nggak akan terlalu mendesakmu. Setelah hubungan kalian stabil, ajak aku makan bareng," kata Milla sambil menatap Joy dengan tersenyum dan matanya terli
Milla langsung masuk ke ruang ganti wanita, lalu berteriak di depan pintu, "Melihat kamu, aku jadi nggak nafsu makan."Begitu pintunya tertutup, Chris menghela napas. Setelah itu, dia menoleh dan memerintahkan Wilson sesuatuWilson pun langsung menjalankan perintah Chris.....Tak lama kemudian, Joy yang kakinya kesakitan pun langsung keluar untuk menjemput Milla di depan hotel dan mengantar Milla kembali ke kamar setelah menerima kabarnya. Mereka memesan beberapa hidangan dari restoran hotel untuk diantar ke kamar. Setelah makan beberapa suap, Milla baru merasa lebih pulih.Saat makan, ponsel Joy bergetar dan terlihat masuk pesan dari nomor tak dikenal. Dia awalnya tidak peduli dengan ponsel itu, tetapi matanya langsung fokus pada baris pertama pesan itu.[ Masalah ini ada hubungannya dengan nyawa Milla. Jangan bersuara. Segera telepon balik. ]Mata Joy langsung membelalak karena terkejut dan menggenggam ponselnya dengan erat."Kenapa?" tanya Milla secara refleks."Nggak ... apa-apa.
Chris langsung menutup teleponnya dengan tegas setelah mengatakan itu, lalu memerintah Wilson untuk langsung menuju kompetisi peracikan parfum.Di perjalanan, telepon Chris berdering lagi. Dia segera melihatnya dan ternyata itu adalah telepon dari Zeno. Melihat Zeno meneleponnya pada saat seperti ini, dia pun mengangkat telepon itu dengan kesal.Zeno dari seberang telepon berkata dengan nada dingin, "Orangmu masih sedang menyelidikiku, kapan berhentinya?""Kamu nggak tahu kenapa aku menyelidikimu? Atau kamu merasa bersalah?" tanya Chris balik."Selidiki saja, tapi jangan ganggu hidupku. Tapi, aku benar-benar nggak menyangka kamu akan seperti ini, mengejar seorang wanita sampai merendahkan diri dan bahkan ke luar negeri," balas Zeno dengan nada yang makin dingin."Sepertinya kamu tahu jelas apa yang sudah terjadi," kata Chris dengan tatapan yang menjadi muram.Zeno tertawa sinis dan berkata, "Kisah asmara Pak Chris, siapa di kalangan atas yang nggak tahu? Aku tebak, Milla pasti sudah ta