Share

Menemui Maria

"Kau mau ke mana? Aku ada perlu denganmu." 

Suara wanita tua yang Arga kenal sebagai tante dari Tuan Askara menghentikan langkah Arga yang hendak pulang ke kontrakannya.

Dahlia perlahan berjalan mendekat ke arahnya.

Merasa ada hal penting, Arga pun membalikkan tubuhnya lalu menatap wanita yang bahkan tak pernah meliriknya sama sekali–selama ini.

"Sa–saya mau pulang Nyonya," ucap Arga gugup. 

'Mau apa dia mendekatiku?' batin Arga bertanya saat wanita paruh baya itu semakin mendekat ke arahnya. 

Melihat wajah Dahlia yang terlihat tidak bersahabat, Arga merasa inilah wanita dengan peran antagonis nomor satu yang pernah ditemuinya.

“Aku tidak menyangka. Orang miskin sepertimu bisa memiliki wajah tampan yang begitu mempesona,” ucap Dahlia, setelah berada di depan Arga, “makanya, kau bisa menikahi keponakanku, hmm?” 

Ucapan wanita itu menjatuhkan harga diri Arga. Dia merasakan terhina begitu luar biasa.

Kalau saja Arga boleh memilih, dia pun tidak mau berada di posisi ini. 

Ia yakin pujian Dahlia hanya kalimat sarkasme belaka.

"Maaf Nyonya, saya harus segera pulang." Arga kini mencoba menghindar.

Pria itu pun yang hendak pergi.

Namun, Dahlia berhasil mencekal tangannya, hingga Arga terpaksa menghentikan niatnya.

"Ikut aku ke kamarku,” perintahnya, “aku membutuhkan bantuanmu."

Wanita itu tersenyum licik menatap ke arah Arga, hingga membuatnya merinding.

Pria itu tahu jelas bahwa Dahlia paling benci dengan orang miskin. Bahkan, tak ada satu pelayan pun di rumah ini yang diperlakukan baik olehnya.

Maka dari itu, Arga selalu menghindari untuk berkomunikasi dengan wanita ini.

"Tapi, Nyonya-" ucap Arga yang tentu saja dihadiahi tatapan tajam. 

Tak memiliki pilihan lain, Arga mengikuti wanita tua itu masuk ke dalam kamarnya.

"Apalagi maunya dia?" gumam Arga di dalam hati.

Brak!

Setelah tiba di dalam kamar itu, Dahlia menutup pintu kamarnya–membuat Arga semakin bingung. 

Apa kira-kira yang akan dilakukan wanita ini terhadapnya?

“Aku sangat mengerti, ini adalah pilihan yang sulit. Tapi, kalau kau lelaki yang punya harga diri, kau pasti akan menolak permintaan keponakanku. Atau jangan-jangan, kau sengaja melakukan ini, agar bisa menikahi Maria, ya?” ucap Dahlia mendadak, “padahal, kau tahu sendiri Maria mengalami gangguan mental.” 

Arga menatap wanita tua itu dengan bingung. 

Dahlia sepertinya berpikir hanya orang bodoh yang mau menikahi Maria. Jika Arga mau menerima tawaran dari keponakannya, pastilah hanya karena harta yang dimiliki keluarga ini.

Dahlia tampak tidak ikhlas harta kekayaan keluarga Askara akan jatuh ke keturunan pria miskin, seperti sopir pribadi sang keponakan.

"Maksud Anda apa Nyonya? Saya tidak mengerti," ucap Arga pada akhirnya.

Namun, Dahlia justru tertawa melihat Arga.

Pria itu bahkan sampai salah tingkah dibuatnya.

"Aku sudah tak bisa mengelak lagi dan menolak permintaan keponakanku untuk menikahkanmu dengan Maria! Tapi asal kamu tahu saja, aku pun sangat menginginkanmu menolak perintah itu," ucap Dahlia kasar. 

Hal ini tentu membuat Arga menjadi semakin salah tingkah. Apa wanita ini tak tahu kalau saja bisa, Arga pastilah menghindar.

Tapi, nyatanya Arga pun sudah terjebak dalam permainan atasannya. 

Mobil mewah pria itu sudah rusak akibat ulah Arga, dan ia diminta untuk mempertanggungjawabkannya.

"Apa maksud Anda, Nyonya?" tanya Arga–lagi.

“Jangan pura-pura bodoh di hadapanku, aku sungguh muak mendengarnya,” ucap Dahlia, semakin membuat perasaan Arga menjadi tak karuan.

Secara tiba-tiba, wanita itu mencengkram keras leher baju Arga. 

Pria itu jelas dapat melepaskan diri. Hanya saja, dia khawatir dapat melukai wanita tua di hadapannya ini.

"Nyonya saya mohon tolong hentikan ini!" ucap Arga sampai terbatuk karena lehernya perlahan tercekik.

"Hentikan?" ulang wanita itu. "Diamlah, Arga! Kau sudah dengan sengaja memanfaatkan keadaan, kau pikir aku akan membiarkanmu memanfaatkan keponakanku huh?" tanya Dahlia kejam.

Wanita itu lalu menekan milik Arga dengan keras, sampai Arga menjerit kesakitan. 

Dirinya terasa terbelah.

"Awwwww, sakit Nyonya,” rintihnya, “hentikan." 

Mata Arga sudah berkaca-kaca karena merasakan sakit yang luar biasa akibat serangan mendadak pada miliknya.

Dahlia tersenyum licik. “Kau mau berteriak? Kau mau bilang apa? Bahwa aku menyakitimu huh?” 

“Coba saja, kalau berani. Mana yang akan orang percaya, kata-kata pria miskin sepertimu, atau kata-kata tante dari pemilik di rumah ini? Aku bisa berteriak lebih kencang, dan hidupmu bisa berakhir saat ini juga!” ancam wanita itu.

Arga hanya dapat diam menahan sakit, hingga suara kencang Tuan Askara mengalihkan fokus keduanya.

“Di mana sopir itu!?” seru Tuan Askara dari depan kamar Dahlia.

Wanita itu lantas langsung menjauhi Arga. 

“Aku pastikan hidupmu hancur bila kau benar-benar menikahi keponakanku!” ancamnya lalu melepaskan Arga.

Arga tidak membalas ucapan Dahlia. 

Saat ini, pria itu hanya ingin cepat keluar dari dalam kamar sang nenek sihir segera.

*****

"Apa Anda memanggil saya Tuan?" tanya Arga begitu menghadap majikannya.

Tuan Askara segera memicingkan matanya–menatap ke arah Arga penuh curiga.

"Ngapain kau di dalam kamar tanteku, huh?" 

Pertanyaan Tuan Askara membuat Arga salah tingkah. Untungnya, Tuan Askara tidak sadar karena pria itu tiba-tiba memerintahnya, "Temui Maria sekarang, katakan padanya kau akan segera menikahinya." 

"Baik Tuan," jawab Arga cepat meski wajahnya sudah pucat pasi. 

Dari siksaan Dahlia, kini ia harus menemui Maria. Calon istrinya itu lagi-lagi mengurung diri di dalam perpustakaan.

Arga pun melangkah gontai menuju ke sana.

Tok Tok Tok!

Dia mengetuk pintu di perpustakaan tersebut. Lalu, tanpa menunggu jawaban dari dalam, Arga membuka pintu dan masuk lebih jauh ke dalam perpustakaan.

Dan benar saja, Maria sedang sibuk membaca buku di sana. 

Wanita itu hanya melirik sekilas ke arah Arga, lalu kembali fokus pada buku bacaannya.

"Selamat sore, Nona Maria. Maaf kalau saya mengganggu. Saya diperintahkan oleh Tuan Askara untuk menemui Anda,” ucap Arga.

“Saya minta maaf karena saya sama sekali tidak bisa menolak keinginan beliau. Saya sudah melakukan kesalahan dengan menabrakkan mobil mewah beliau, hingga menimbulkan kerugian. Oleh karena itu, saya diminta untuk membayar kerugiannya dengan cara menikahi Anda. Saya minta maaf kalau dengan keputusan ini membuat Anda menjadi terganggu." 

Panjang lebar Arga menjelaskan permintaan maafnya pada Maria.

Namun, tak sedikit pun ia mendapat respon dari wanita itu.

"Astaga, aku seperti berbicara dengan patung, tapi aku tidak boleh menyerah," ucap Arga di dalam hati.

Namun, ia kembali teringat perintah atasannya.

Arga pun berkata, "Dua hari lagi saya akan menikahi anda Nona. Saya harap Anda tidak keberatan karena saya yakin Tuan Askara pasti sudah menceritakan semuanya pada Anda."

Lagi, Arga tidak mendapatkan respon apa pun.

"Sialan! Bagaimana mungkin aku bisa memiliki anak dari wanita ini? Aku seperti sedang berbicara dengan tembok." Hatinya berujar demikian.

Cukup lama, keduanya terdiam, hingga Arga benar-benar menyerah.

Perlahan, ia pun melangkah mundur. 

"Saya permisi dulu Nona," pamit Arga.

Arga lantas membalikkan tubuhnya berniat untuk keluar dari perpustakaan tersebut. 

Namun, suara Maria untuk pertama kalinya Arga dengar. 

Meski hanya satu kata, entah mengapa sudah membuat jantung Arga menjadi tidak karuan.

"Tunggu."

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Samsul Haris
penasaran tapi poin hbis
goodnovel comment avatar
MN Rohmadi
novel yang sangat bagus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status