Share

05.Sang Penerus

Author: mic.assekop
last update Last Updated: 2023-11-23 10:50:31

“Aku suka gaya bertarungmu, Anak muda!” puji Marvin Rock.

Mengejutkan, Zavy tercengang saat melihat pria terkaya itu telah berdiri pas di sampingnya. Zavy tahu sosok Marvin Rock. Siapa yang tidak tahu dengan pendiri dan pemilik The Rock Holding Company itu?

Zavy cuma bisa tersenyum kaku saat mendapatkan pujian dari sang idola dan panutannya. “Aku bukan siapa-siapa, Tuan. Tidak ada yang spesial dariku.”

‘Kau juga tidak suka pujian. Aku yakin, kau adalah orangnya’. Marvin Rock menatap Zavy cukup lama, memperhatikan setiap detail wajah Zavy. Hidungnya yang mancung, bibirnya yang tipis, alisnya yang cukup tebal dan agak melengkung, dagunya yang belah, dan tirus. ‘Aku seperti melihat diriku pas masih muda’

Di usianya yang sangat dewasa, wajah Marvin Rock tak tampak muda lagi, tampak kerutan halus menggelayut di sekitar wajahnya. Dia terlalu banyak melewati masalah berat dan pelik, serta satu problem besar yang hingga saat ini masih juga belum terpecahkan. Lebih dari dua puluh tahun lamanya dia belum bisa lepas dari misteri itu.

“Siapa nama mu?” tanya Marvin seraya tersenyum hangat, matanya perlahan berbinar bahagia.

“Zavy, Tuan. Hanya Zavy. Aku tidak punya nama belakang.”

“Aku pikir, kau sering ikut kontes bela diri, seperti tinju, MMA, dan sebagainya."

Zavy menggeleng kecil seraya menjawab, “Aku hanya belajar dari beberapa teman yang punya keahlian bela diri, mempelajarinya secara kilat, selebihnya aku sering bertarung di jalanan.”

Petarung jalanan? Ya, Mike Tyson bisa menjadi Legend karena tak lepas dari pengalamannya dalam berkelahi di jalanan, setidaknya dia bertarung tiga kali dalam sehari. Karakter dan mental bakal terbentuk dari keseharian, tentu saja.

“Kau orang Gloriston? Atau dari luar?”

“Aku asli orang Gloriston. Sejak kecil aku tinggal di Gloriston.” Zavy malu berbicara dengan sosok hebat semacam Marvin Rock. “Aku pernah bermimpi bekerja di The Rock Holding Company. Setelah lulus nanti, aku akan coba melamar di sana. Tidak lama lagi aku lulus, Tuan.”

Marvin Rock mengangguk. “Dengan senang hati. Kau bisa bertemu denganku langsung nantinya, Zavy. Aku menjamin kau pasti bekerja di sana. Rock Electra, Rockxill, atau perusahaan lainnya?”

Zavy malah bingung ketika dicecar pertanyaan demikian. Dia tahu tidak mudah bisa masuk bekerja di salah satu perusahaan milik The Rock Holding Company. Rockxill merupakan salah satunya sebab Rockxill merupakan perusahaan migas terbesar di negeri ini, jadi tentu sebuah kebanggaan tersendiri kalau bisa bekerja di sana.

“Kau minat di bidang apa, Zavy?”

“Sains, energi, teknologi. Tuan, selama kuliah, aku mempelajari unsur kimia Glorisium yang pernah kau temukan. Aku sangat mengagumi mu sebagai ilmuwan dan pebisnis.”

Namun, Marvin Rock tidak suka pujian. “Masih banyak ilmuwan dan pebisnis yang jauh lebih pintar dan hebat dari pada aku, Zavy.”

“Tuan, aku juga suka dengan caramu bertarung. Aku pikir, kau petarung MMA, tapi rupanya aku salah.” Zavy mengusap kepala bagian belakangnya dan tersenyum lebar.

Dia tidak pernah terpikir kalau bisa bertemu dengan Marvin Rock sebab dia tahu bahwa tidak sembarang orang bisa bertemu dan mengobrol dengan Marvin Rock. Beberapa saat Zavy mengerling ke sekitaran, lalu terhera-heran.

“Tuan, kenapa Tuan tidak pergi bersama bodyguard? Biasanya Tuan ke mana-mana pasti ditemani oleh para penjaga.”

Marvin Rock menepuk-nepuk pundak Zavy penuh keakraban, seakan-akan mereka sudah mengenal dalam waktu yang lama. “Sudah beberapa bulan ini aku pergi ke mana-mana seorang diri. Aku kurang nyaman kalau pergi terus berada dalam kawalan.” Marvin Rock menghembuskan napas panjang, begitu menikmati detik-detik sekarang.

Ketika melihat motor matic listrik butut di samping Zavy, lantas Marvin Rock cukup kaget. “Zavy, apa kau nantinya mau pergi ke mana-mana pakai mobil mahal?” Lalu Marvin Rock melemparkan arah telunjuknya Volkswagen seharga jutaan dollar di sana. “Apa kau mau punya Volkswagen, Ferarri, Audi, dan lainnya?”

Zavy sangat miskin, meskipun takdir enak belum pernah menghampiri dirinya, setidaknya dia juga punya sikap idealis, di mana dia masih punya impian dan harapan, suatu saat tentu bisa sukses dan hidup penuh kebahagiaan.

“Siapa saja pasti mau punya mobil mewah dan bagus, Tuan.” Tetapi, Zavy tidak memasang hal demikian sebagai target pertamanya. Lagi pula, butuh waktu berapa lama dia bekerja hanya untuk punya satu Volkswagen seharga jutaan dollar? Baginya, punya pekerjaan layak dengan bayaran lebih dari seribu dollar per bulan sudah membuatnya sangat bersyukur. Pelajaran lain yang berharga setelah dia melewati hari-harinya yang gelap dan menyedihkan, membuatnya gampang bersyukur.

“Jika kau bertekad kuat dan diiringi dengan upaya yang sungguh-sungguh, kau akan mendapatkannya, Zavy!”

“Tuan, apakah kesuksesan seseorang tergantung dari kerja keras semata? Masalahnya, banyak orang di dunia ini yang bekerja dengan sangat keras, menggunakan otak dan otot, tapi tidak lebih dari satu persen mereka yang bisa meraih kesuksesan sejati.”

Heran, kagum, takjub, semua rasa itu bercampur aduk di hati Marvin Rock. Marvin membangun kesuksesan besarnya semenjak muda. Jika ditanya apakah Marvin bisa sukses murni karena kerja keras semata, tanpa pengaruh lainnya? Jawabannya tentu tidak.

Meskipun Marvin sangat cerdas terutama mengelola bisnis besar, bukan berarti dia tidak punya keberuntungan dalam hidupnya. Ya, Keluarga Rock di Gloriston mendadak kaya raya setelah Marvin menemukan harta karun terpendam di bawah tanah milik keluarganya

Glorisium yang mereka kelola selama puluhan tahun telah memberikan keuntungan yang sangat besar sehingga mereka berhasil menjadi keluarga terkaya dan sangat terpandang di negeri ini. Triliunan dollar, tak terhitung lagi. Marvin Rock tidak hanya kaya raya, dia juga bangsawan dan penakluk mafia.

Marvin berusaha menjawab pertanyaan tersebut sesuai dengan apa yang terlintas di kepalanya. “Zavy, aku pernah mendengar seseorang berkata, ‘Jika kesuksesan itu berasal dari kerja keras, banyak orang di luar sana yang kerjanya sudah sangat keras tetapi tetap tidak bisa sukses,’ Lalu orang itu pun berkata, ‘Kebetulan, orang bisa sukses bukan dari kerja keras, melainkan kebetulan’. Ada benarnya tetapi aku tidak sependapat. Kau lihatlah orang sukses, selain bekerja cerdas dan keras, mereka juga terkadang mendapatkan keberuntungan. Zavy, jika kau pikir kau sulit sukses meskipun telah bekerja sangat keras, kau harus mengharapkan keberuntungan dan takdir baik. Percayalah terhadap takdir, sebab ada orang yang tidak percaya takdir tapi mereka tidak bisa mengubah keadaan, bagiku itu ironis.”

Zavy mengangguk paham. “Takdir baik dan keberuntungan,” Zavy bergumam pelan mengulangi omongan Marvin, lalu membenamkan omongan bijak itu ke dalam ingatannya. “Tuan, aku permisi, soalnya aku sedang buru-buru.”

“Kau mau pergi ke mana?”

“Acara Anniversary ke-25 Charlton Property Group. Acaranya dimulai sore ini. Aku harus siap-siap.” Zavy menyalakan mesin motor matic murahannya. “Sampai jumpa, Tuan.”

“Baiklah, sampai berjumpa lagi, Zavy.” Marvin berjalan seraya mengawasi punggung Zavy yang kian menjauh, sambil bergumam dalam hati, 'Kau adalah sang penerus!'

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dikira Suami Melarat, Ternyata Penerus Hebat   200. Ending

    Minggu pagi di Istana Rock!Hari di mana puncak dari segala kesuksesan dan kebahagiaan. Sukses dan bahagia karena Zavy sudah melewati banyak sekali ujian berat di dalam kehidupannya. Selama lebih dari dua puluh tahun lamanya dia hidup di dalam kemiskinan dan kemelaratan. Selama lebih dari dua dekade dia hidup tanpa kasih sayang orang tua, tidak punya kerabat, dan kerap termarginalkan karena statusnya yang tidak jelas. Dalam waktu tersebut, lebih banyak tragedi dari pada komedi, lebih sering berduka ketimbang bersuka, serta lebih banyak merasakan payah dari pada gembira.Zavy menganggap bahwa perjalanan panjang nan pahit dan getir itu jelas punya hikmah besar bagi dirinya. Jika saja dia hidup dari kecil dalam bergelimang harta, besar kemungkinan dia bakal jadi anak mama. Namun, karena dia besar di jalanan, nyalinya lebih tinggi dari pada sepuluh preman, dan kekuatannya lebih tangguh dari pada petarung profesional. Hidup yang sulit dan berat telah membentuknya jadi pribadi yang kokoh dan

  • Dikira Suami Melarat, Ternyata Penerus Hebat   199. Ternyata Penerus Hebat

    Russel Winston punya dua saudara kandung, yakni Axel Winston dan Gennifer Winston.Russel dan Axel membawa semua keluarga mereka. Kini Russel sudah terang-terangan kepada keluarga dan kerabatnya tentang posisi Zavy di lingkungan mereka.Marvin Rock punya satu saudara kandung yang bernama Harven Rockwell. Dia juga membawa keluarganya ke sini.Tidak hanya itu, ada beberapa Rock dari luar negeri juga menyempatkan hadir di sini, sekalian mereka ingin menyaksikan hari penobatan Raja Glora di hari Minggu nanti.Saking ramai dan meriahnya, sampai-sampai Luis Charlton pun turun gunung. Meskipun sudah tua dan agak kesulitan berjalan, dia menggagahkan diri menyambut semua orang-orang besar itu. Ferdy, Shane, dan Edward sigap. Mereka tidak mau menyia-nyiakan momen paling mengesankan ini.Selama Keluarga Charlton mengadakan pesta, perjamuan, atau pertemuan, baru kali ini mereka bisa bergabung bersama dua nama besar, Rock dan Winston!Luis Charlton memberi hormat yang begitu spesial kepada semua

  • Dikira Suami Melarat, Ternyata Penerus Hebat   198. Kebersamaan, kehangatan

    Vinna ingin ngakak tapi takut dosa lalu dia menjitak kepala Zavy tapi Zavy langsung mengelak dari serangan mendadak itu.Zavy tersenyum geli. “Maaf, Kek. Cuma bercanda kok. Mana mungkin Kakek suka Americano. Minuman itu ibarat obat pusing kepala dicampur arang. Pahit dan tiada arti. Hehe.”Tapi, spekulasi dari Zavy nyatanya meleset. Luis Charlton malah suka kopi pahit, secara dia sudah tua jadi tidak suka gula dan susu. “Aku pesan yang jumbo. Americano adalah kesukaanku.”Vinna membuang muka sambil menghembuskan napas panjang. “Aku baru saja mau bilang kalau Kakek suka kopi pahit. Eh, kau malah banyak oceh, Zavy!” ketus Vinna menyeringai tipis.Ops!Kalau saja bukan Zavy yang bergurau barusan, pastilah Luis Charlton berang, hanya saja yang bercanda barusan adalah Zavy!Sebagaimana orang tua yang sudah berumur, Luis Charlton tertawa seperti pohon beringin yang daun-daunnya bergoyang karena disapu angin, tetap tegar dan bersahaja. Begitu teduh, enak dipandang.Luis Charlton tidak marah

  • Dikira Suami Melarat, Ternyata Penerus Hebat   197. Americano jumbo

    Pada malam harinya di ZV Cafe.Zavy sudah mengganti nama cafe miliknya jadi ZV Cafe, gabungan inisial nama dia dan Vinna.Zavy menyuruh manager cafe untuk mengosongkan semua tempat dan menutup cafe pada jam tujuh malam. Khusus malam ini semua sisi tempat digunakan untuk berkumpulnya tiga keluarga besar. Dua nama sudah melambung tinggi : Rock dan Winston. Sekarang bakalan ada satu nama lagi yang bakalan melambung tinggi juga : Charlton!Sebenarnya ini bukanlah sebuah pesta ulang tahun atau perayaan sejenisnya, tetapi Zavy mengumpulkan keluarga dan kerabatnya untuk mempersatukan dan mempererat hubungan. Selain itu, mungkin rasa syukurnya kepada Tuhan setelah lepas dari ujian besar dan kini, dia bisa kembali menikmati hari-harinya bersama Vinna.Luis Charlton datang paling awal dan tidak mau terlambat meski hanya sebentar saja. Walaupun usianya paling tua, dia yang paling bersemangat untuk datang, mengalahkan semangat anak dan para cucunya yang masih juga belum nongol.Zavy yang berada d

  • Dikira Suami Melarat, Ternyata Penerus Hebat   196. Nikmatnya kopi

    Zavy dan Vinna berkeliling di sana, menikmati apa saja yang ada di lantai satu dan dua. Bagi Zavy, ini seperti momen nostalgia mengingat-ingat masa-masa dia susah sewaktu menjadi barista.Zavy terkekeh sendiri sebelum bergurau sama istrinya, “Pas ada orang yang pesan Americano ukuran jumbo, aku mikir, apa enaknya menikmati kopi pahit tanpa rasa itu dengan gelas besar?”Vinna yang suka manis tidak bisa menahan geli di perutnya. “Hehe. Hidup ini terlalu manis hanya untuk menikmati kopi semacam itu.”“Tapi, kopi kan tergantung selera masing-masing. Kita tidak bisa menyalahkan dan menyudutkan orang yang suka dengan jenis tertentu. Sama seperti musik, novel, olahraga, bahkan merek sepatu. Ini masalahnya tergantung selera. Selera sangat subjektif. Jadi terserah dia lah.”“Eh! Kau yang buka cerita ini tapi kau sendiri yang menutupnya seperti itu. Bagaimana kau ini, mantan Barista?!”Zavy dan Vinna lalu duduk berdua di lantai dua sembari menonton kendaraan yang hilir mudik di sana. Zavy men

  • Dikira Suami Melarat, Ternyata Penerus Hebat   195. Perkara di tempat bekerja

    Setelah dari kampus, Zavy dan Vinna kemudian menuju Cafe Ings, tempat di mana dulu Zavy bekerja sebagai barista.Sangat kebetulan, siang hari itu di sana ada Kevin Hamilton sedang asyik nongkrong bersama teman-temannya.Dulu Kevin adalah orang yang paling bersemangat menyerukan bahwa Zavy hanyalah pekerja cafe rendahan.Hugo, pemilik cafe, bergegas menuju bagian depan cafe setelah anak buahnya bilang kalau sekarang mereka kedatangan tamu luar biasa.Kevin sedang duduk dengan rokok melekat di sela jarinya. Sementara Hugo dalam posisi berdiri dan agak menundukkan kepala saat melihat Zavy.Zavy mengawasi dua orang itu kemudian berkata, “Kevin, kau benar, dulu kau pernah bilang kalau aku adalah pekerja cafe rendahan. Haha. Silakan tanya sendiri pada pemilik tempat ini. Benar kan, Hugo?”Hugo mengangguk takzim. “Benar. Tuan Zavy sempat pernah bekerja di sini.”Tuan Zavy?Ketika Kevin melihat Zavy, raut wajahnya langsung terlihat malas dan masam. Dia merasa kalah kalau sudah berhadapan deng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status