Share

06. Anniversary

Penulis: mic.assekop
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-27 10:01:48

Seperti pada dua acara perayaan sebelumnya, di mana bisnis Keluarga Charlton masih terlunta-lunta, maka Tuan Luis Charlton terpaksa menyelenggarakan acara ini di sebuah mini ballroom hotel murah. tamu yang hadir pun tidak lebih dari seratus orang. Sebagian dihadiri oleh para anggota Keluarga Besar Charlton dan sebagian lagi dihadiri oleh teman dekat dan rekan bisnis.

Dulu, ketika Tuan Luis Charlton masih muda dan gagah, di hari Anniversary pertama, dia mengadakan acara di hotel bintang lima dan dihadiri lebih dari lima ratus orang, terdiri dari pejabat pemerintah, para konglomerat, artis, dan orang-orang besar lainnya. Namun, kini dia tidak sanggup mengundang mereka semua karena sejumlah alasan.

Alasan terbesarnya tentu saja perusahaan yang dia dirikan dua puluh lima tahun lalu ini nyaris bangkrut. Luis Charlton sangat malu. Kalau tahu begini, dia tidak asal menyerahkan tampuk kepemipinan kepada Ferdy. Hasilnya sangat kacau. Dan sekarang, dia pun tidak tahu kira-kira apakah Charlton Property Group bisa bertahan atau tidak.

Salah satu cucu Luis Charlton mengejek, “Kakek, teman sekolahku mengadakan acara ulang tahun di hotel bintang lima, dihadiri lebih dari dua ratus orang.”

Cucunya yang lain turut berkomentar, “Ya, mereka membawa kado mahal dan bagus.” Remaja itu mengedarkan pandangan, lalu mengerucutkan ujung bibirnya seraya mencibir, “Tamu di sini membawa kado murah dan kecil. Aku tidak melihat ada orang kaya di sini, Kakek.”

Cucu lainnya yang sudah cukup dewasa tak tinggal diam, sembari memutar hitam matanya dengan malas dia pun nyinyir, “Masih meriah acara reuni teman-teman SMA-ku. Hahaha.

Andrew berkacak pinggang seraya menggeleng-geleng. “Kakek, kapan acara kita selesai. Aku lebih suka nongkrong sama teman-temanku selama berjam-jam dari pada hadir di acara pesta receh ini walaupun hanya sepuluh menit.”

“Makanannya tidak enak ....”

“Ruangannya sangat sumpek ....”

“Lantainya kotor lagi. Huft!”

Kesal mendengar omelan para cucunya, lantas Luis Charlton memanggil tiga anak kandungnya, Ferdy, Shane, dan Edward.

Dulu, ketika perusahaan masih di bawah kendali Luis Charlton, dia tidak pernah mendapat ejekan dan tawaan dari siapa pun.

Jika cucunya saja berani mengejek, lantas bagaimana dengan orang lain? Asli, Luis Charlton malu, semalu-malunya.

Dia melampiaskan amarahnya kepada tiga anaknya yang tidak berguna. “Ferdy, Shane, Edward! Apa kalian tidak bisa mengajari sopan santun dan etika baik terhadap orang tua?”

Tiga pria tua itu menunduk dalam, menyesali ucapan dan perbuatan anak-anak mereka. Namun, seketika pandangan Shane dan Edward tertuju kepada sang putra sulung harapan keluarga, tapi gagal.

“Kenapa kalian berdua mengawasiku seperti itu?” gumam Ferdy, alisnya bertemu.

Luis Charlton mendongakkan kepala sembari merapikan posisi duduknya. Setelah menyuruh para cucunya pergi dari sini agar berhenti mengomel, barulah dia memarahi ketiga anaknya yang sangat tidak bisa diandalkan.

“Ferdy, aku sudah memberikan kepercayaan padamu, tetapi kenapa kau malah tidak becus. Pada saat aku melepas jabatan Presdir dan menyerahkannya padamu, waktu itu perusahaan sedang baik-baik saja. Anehnya, kenapa baru beberapa tahun saja kau memimpin, perusahaan jadi sangat kacau?”

Tidak mau jadi kambing hitam, Ferdy menuding kedua adiknya bahwa merosotnya valuasi perusahaan dan bahkan sekarang nyaris bangkrut, serta-merta bukan kesalahan dia semata. Ferdy membela diri.

“Ayah, tidak bisa begitu. Shane telah aku tunjuk sebagai dewan komisaris dan Edward aku jadikan sebagai salah satu direksi. Kinerja mereka juga kurang baik. Lagi pula, masih banyak pejabat dan karyawan lain yang pantas disalahkan.”

Luis Charlton mulai berang. Darah tingginya mulai kumat kalau terbawa emosi, jadi sebisa mungkin dia meredam amarahnya. Namun, sulit meredamnya. “Kau adalah putra tertua, Ferdy! Kau adalah Presiden Direktur waktu itu! Jadi, kau adalah orang yang paling bertanggung jawab atas semua masalah yang terjadi. Begitu juga di lingkungan keluarga. Kau harus mengawasi saudara-saudaramu, keponakanmu, dan semuanya. Kau ketua di keluarga ini.”

Luis Charlton menderita sakit komplikasi, namun Tuhan masih sayang dengan dia. Karena itulah dia menunjuk Ferdy untuk mengatur urusan keluarga dan juga bisnis. Namun, Ferdy ternyata orang yang payah dan tidak bisaa diandalkan.

“Untung ada Vinna, cucu kesayanganku,” lalu Luis Charlton menghembuskan napas panjang, menenangkan dirinya agar tidak semakin emosi. “Cepat panggilkan Vinna ke sini. Sebelum acara dimulai, aku mau berbicara, penting.”

Ferdy membalik badan, lalu berjalan mencari keberadaan Vinna. Saat ini, Vinna sedang berada di luar hotel, menunggu kehadiran Zavy. Dia ditarik ayahnya agar segera masuk. Ketika dia tahu bahwa kakeknya yang memanggil, dia patuh dan tidak menolak sedikit pun.

Di sebuah meja bundar spesial milik tuan rumah, Luis Charlton membuka pembicaraan. “Kalian bilang, akan ada jalan terang yang bakal kita ambil untuk menyelamatkan perusahaan ini.”

Ferdy berdiri dan mengedarkan pandangan. “Wayne Chad belum datang, Ayah. Mungkin sebentar lagi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dikira Suami Melarat, Ternyata Penerus Hebat   200. Ending

    Minggu pagi di Istana Rock!Hari di mana puncak dari segala kesuksesan dan kebahagiaan. Sukses dan bahagia karena Zavy sudah melewati banyak sekali ujian berat di dalam kehidupannya. Selama lebih dari dua puluh tahun lamanya dia hidup di dalam kemiskinan dan kemelaratan. Selama lebih dari dua dekade dia hidup tanpa kasih sayang orang tua, tidak punya kerabat, dan kerap termarginalkan karena statusnya yang tidak jelas. Dalam waktu tersebut, lebih banyak tragedi dari pada komedi, lebih sering berduka ketimbang bersuka, serta lebih banyak merasakan payah dari pada gembira.Zavy menganggap bahwa perjalanan panjang nan pahit dan getir itu jelas punya hikmah besar bagi dirinya. Jika saja dia hidup dari kecil dalam bergelimang harta, besar kemungkinan dia bakal jadi anak mama. Namun, karena dia besar di jalanan, nyalinya lebih tinggi dari pada sepuluh preman, dan kekuatannya lebih tangguh dari pada petarung profesional. Hidup yang sulit dan berat telah membentuknya jadi pribadi yang kokoh dan

  • Dikira Suami Melarat, Ternyata Penerus Hebat   199. Ternyata Penerus Hebat

    Russel Winston punya dua saudara kandung, yakni Axel Winston dan Gennifer Winston.Russel dan Axel membawa semua keluarga mereka. Kini Russel sudah terang-terangan kepada keluarga dan kerabatnya tentang posisi Zavy di lingkungan mereka.Marvin Rock punya satu saudara kandung yang bernama Harven Rockwell. Dia juga membawa keluarganya ke sini.Tidak hanya itu, ada beberapa Rock dari luar negeri juga menyempatkan hadir di sini, sekalian mereka ingin menyaksikan hari penobatan Raja Glora di hari Minggu nanti.Saking ramai dan meriahnya, sampai-sampai Luis Charlton pun turun gunung. Meskipun sudah tua dan agak kesulitan berjalan, dia menggagahkan diri menyambut semua orang-orang besar itu. Ferdy, Shane, dan Edward sigap. Mereka tidak mau menyia-nyiakan momen paling mengesankan ini.Selama Keluarga Charlton mengadakan pesta, perjamuan, atau pertemuan, baru kali ini mereka bisa bergabung bersama dua nama besar, Rock dan Winston!Luis Charlton memberi hormat yang begitu spesial kepada semua

  • Dikira Suami Melarat, Ternyata Penerus Hebat   198. Kebersamaan, kehangatan

    Vinna ingin ngakak tapi takut dosa lalu dia menjitak kepala Zavy tapi Zavy langsung mengelak dari serangan mendadak itu.Zavy tersenyum geli. “Maaf, Kek. Cuma bercanda kok. Mana mungkin Kakek suka Americano. Minuman itu ibarat obat pusing kepala dicampur arang. Pahit dan tiada arti. Hehe.”Tapi, spekulasi dari Zavy nyatanya meleset. Luis Charlton malah suka kopi pahit, secara dia sudah tua jadi tidak suka gula dan susu. “Aku pesan yang jumbo. Americano adalah kesukaanku.”Vinna membuang muka sambil menghembuskan napas panjang. “Aku baru saja mau bilang kalau Kakek suka kopi pahit. Eh, kau malah banyak oceh, Zavy!” ketus Vinna menyeringai tipis.Ops!Kalau saja bukan Zavy yang bergurau barusan, pastilah Luis Charlton berang, hanya saja yang bercanda barusan adalah Zavy!Sebagaimana orang tua yang sudah berumur, Luis Charlton tertawa seperti pohon beringin yang daun-daunnya bergoyang karena disapu angin, tetap tegar dan bersahaja. Begitu teduh, enak dipandang.Luis Charlton tidak marah

  • Dikira Suami Melarat, Ternyata Penerus Hebat   197. Americano jumbo

    Pada malam harinya di ZV Cafe.Zavy sudah mengganti nama cafe miliknya jadi ZV Cafe, gabungan inisial nama dia dan Vinna.Zavy menyuruh manager cafe untuk mengosongkan semua tempat dan menutup cafe pada jam tujuh malam. Khusus malam ini semua sisi tempat digunakan untuk berkumpulnya tiga keluarga besar. Dua nama sudah melambung tinggi : Rock dan Winston. Sekarang bakalan ada satu nama lagi yang bakalan melambung tinggi juga : Charlton!Sebenarnya ini bukanlah sebuah pesta ulang tahun atau perayaan sejenisnya, tetapi Zavy mengumpulkan keluarga dan kerabatnya untuk mempersatukan dan mempererat hubungan. Selain itu, mungkin rasa syukurnya kepada Tuhan setelah lepas dari ujian besar dan kini, dia bisa kembali menikmati hari-harinya bersama Vinna.Luis Charlton datang paling awal dan tidak mau terlambat meski hanya sebentar saja. Walaupun usianya paling tua, dia yang paling bersemangat untuk datang, mengalahkan semangat anak dan para cucunya yang masih juga belum nongol.Zavy yang berada d

  • Dikira Suami Melarat, Ternyata Penerus Hebat   196. Nikmatnya kopi

    Zavy dan Vinna berkeliling di sana, menikmati apa saja yang ada di lantai satu dan dua. Bagi Zavy, ini seperti momen nostalgia mengingat-ingat masa-masa dia susah sewaktu menjadi barista.Zavy terkekeh sendiri sebelum bergurau sama istrinya, “Pas ada orang yang pesan Americano ukuran jumbo, aku mikir, apa enaknya menikmati kopi pahit tanpa rasa itu dengan gelas besar?”Vinna yang suka manis tidak bisa menahan geli di perutnya. “Hehe. Hidup ini terlalu manis hanya untuk menikmati kopi semacam itu.”“Tapi, kopi kan tergantung selera masing-masing. Kita tidak bisa menyalahkan dan menyudutkan orang yang suka dengan jenis tertentu. Sama seperti musik, novel, olahraga, bahkan merek sepatu. Ini masalahnya tergantung selera. Selera sangat subjektif. Jadi terserah dia lah.”“Eh! Kau yang buka cerita ini tapi kau sendiri yang menutupnya seperti itu. Bagaimana kau ini, mantan Barista?!”Zavy dan Vinna lalu duduk berdua di lantai dua sembari menonton kendaraan yang hilir mudik di sana. Zavy men

  • Dikira Suami Melarat, Ternyata Penerus Hebat   195. Perkara di tempat bekerja

    Setelah dari kampus, Zavy dan Vinna kemudian menuju Cafe Ings, tempat di mana dulu Zavy bekerja sebagai barista.Sangat kebetulan, siang hari itu di sana ada Kevin Hamilton sedang asyik nongkrong bersama teman-temannya.Dulu Kevin adalah orang yang paling bersemangat menyerukan bahwa Zavy hanyalah pekerja cafe rendahan.Hugo, pemilik cafe, bergegas menuju bagian depan cafe setelah anak buahnya bilang kalau sekarang mereka kedatangan tamu luar biasa.Kevin sedang duduk dengan rokok melekat di sela jarinya. Sementara Hugo dalam posisi berdiri dan agak menundukkan kepala saat melihat Zavy.Zavy mengawasi dua orang itu kemudian berkata, “Kevin, kau benar, dulu kau pernah bilang kalau aku adalah pekerja cafe rendahan. Haha. Silakan tanya sendiri pada pemilik tempat ini. Benar kan, Hugo?”Hugo mengangguk takzim. “Benar. Tuan Zavy sempat pernah bekerja di sini.”Tuan Zavy?Ketika Kevin melihat Zavy, raut wajahnya langsung terlihat malas dan masam. Dia merasa kalah kalau sudah berhadapan deng

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status