Mereka mengikat sebuah 'perjanjian'. Vinna menyuruh Zavy 'berpura-pura' sebagai orang kaya dan bakal menjadi suaminya untuk melepaskan semua problem yang melanda mereka berdua. Tak disangka, keluarga Vinna malah menerima kehadiran Zavy meski awalnya sempat ragu. Namun, bagaimana sikap dan langkah Zavy ketika pada akhirnya terungkap bahwa ternyata dia merupakan Sang Penerus yang selama ini hilang? Apakah cinta di antara mereka akan tumbuh dan tak akan terpisahkan? [Rock Series 03 : Zavy]
View More“Vinna, Ayah sudah menerima lamaran pernikahan dari Tuan Wayne Chad. Kau harus segera menjadi suaminya dalam waktu satu pekan ini karena kalau tidak, Keluarga Charlton akan sengsara!” Ferdy Charlton melepaskan amarah yang menggumpal di dadanya. Bagi sang ketua Keluarga Besar Charlton, itu adalah salah satu opsi terbaik supaya bisa keluar dari kurungan masalah yang menimpa Charlton Property Group.
Hampir satu bulan belakangan Vinna terus dipaksa oleh ayahnya dan juga keluarganya yang lain agar mau menuruti apa yang mereka inginkan. Namun, Vinna menolaknya mentah-mentah. “Ayah, dia adalah duda tua jelek dan berpenyakit. Aku tidak sudi menjadi istri darinya.” Vinna melengos dari tatapan tajam ayah, ibu, adik, dan kerabatnya yang lain di kediaman Ferdy.Vinna dipaksa agar menikah dengan Wayne Chad sang pemilik Bank Platinum di Gloriston agar perusahaan Keluarga Charlton mendapat kelonggaran pembayaran utang yang lama dan diberikan lagi utang baru guna menutupi krisis yang melanda saat ini. Jika tidak bersedia, posisi Presdir sekarang akan lepas dari Vinna dan diserahkan kepada keluarga atau kerabatnya yang lain.Utang lama seharusnya lunas tahun ini, namun karena manajemen perusahaan buruk dan adanya orang-orang korup, perusahaan tertatih-tatih dalam mengelola profit untuk mencicil utang ribawi yang menyebalkan. Salah satu cara agar perusahaan tidak pailit adalah menjadikan Wayne Chad sebagai bagian dari Charlton.Meski tidak terlalu populer di Gloriston karena masih berada dalam golongan keluarga kelas tiga, Wayne Chad tidak bisa dianggap remeh. Memiliki satu bank swasta dengan puluhan ribu hingga seratus ribuan nasabah tentu menjadikannya sebagai orang yang cukup disegani. Oleh karena itu, Charlton menaruh harapan besar atas kebaikan hati Wayne Chad agar mau menolong bisnis Keluarga Charlton yang berada di ujung tanduk.“Biar adik mu saja yang menggantikan posisi mu nantinya! Setelah itu, kau tidak akan kami berikan kesempatan bekerja di perusahaan keluarga lagi. Kau akan menderita!” cecar Ferdy berapi-api.Melda, istrinya Ferdy, juga berpikiran yang sama. “Jika nanti kau sudah menjadi suami Tuan Wayne Chad, bisnis kecil keluarga kita bisa bernapas lagi. Kau bisa menjadi pahlawan bagi keluarga kita.”Andrew Charlton, adik satu-satunya Vinna, tentu sepakat usulan kedua orang tuanya. “Kakak yang terhormat, usia mu hampir tiga puluh dan kau juga belum terlihat punya kekasih. Ayolah! Demi keluarga kita! Apa kau rela bisnis Charlton bangkrut total?”Tidak sampai di situ, Ferdy punya dua saudara kandung dan mereka sedang membawa keluarga mereka. Paman, bibi, dan sepupu Vinna lantas menyuarakan hal yang sama. Pada intinya adalah merelakan Vinna dipersunting oleh Tuan Wayne. Tidak ada opsi lain, hanya itu.Belasan Charlton menatapnya dengan pandangan gusar, memberikan rayuan dan godaan supaya Vinna segera menyutujui ide gila itu. Kenapa harus Vinna? Karena dia wanita tercantik dan satu-satunya yang diidam-idamkan oleh si tua bangka Wayne Chad. Vinna tertunduk, diam, dan menangis.Malam hari ini merupakan malam yang panjang dan berat bagi wanita cuek dan jutek itu. Karena kesal dan akhirnya frustasi akibat sikap buruk para keluarga dan kerabatnya, untuk kali pertama Vinna pergi ke klub malam, entah apa yang mau dia lakukan. Namun yang dia tahu, di sana merupakan ruang pelenyapan masalah meski hanya sesaat.Perdana, dia mencicipi wine dan whiski. Baru minum beberapa tegukan, dunia serasa berputar di kepalanya. Dia menghabiskan malam di klub seorang diri tanpa ditemani oleh siapa pun. Orang-orang di sekitarnya memperhatikan keanehan Vinna karena di antara para pengunjung, pakaian Vinna yang paling tertutup, dia mengenakan celana jeans panjang dan jaket bulu yang tebal. Sementara para pengunjung wanita lainnya, mereka mengenakan pakaian yang cenderung terbuka.Tiba-tiba ada dua orang pria tak dikenal yang mengampiri Vinna.“Apa kami boleh gabung?” tanya pria bertopi.“Kami lihat, sepertinya kau sendirian saja,” timpal pria berkaca mata.Vinna mengalihkan pandangannya ke arah lain, lalu seolah-olah ada kunang-kunang yang beterbangan di dunia pelangi. Suara musik juga mengganggu omongan dua pria tadi. Vinna tetap pada jiwa sejatinya yang apatis meskipun dalam kondisi setengah mabuk.Tanpa basa-basi, pria bertopi duduk pas di sebelah Vinna. “Kami baru kali ini melihat kau, Nona. Aneh kalau masuk ke sini tapi sendirian. Baiklah, akan kami temani kau minum.” Matanya sangat mesum. Liurnya sampai menetes dari bibirnya.“Hm, bagaimana kalau kita pindah ke room VIP? Akan jauh lebih asyik kalau kita bertiga bisa bersenang-senang di sana.” Pria berkaca mata tak bisa menahan gejolak nafsu yang menyerang dirinya, jika pulang tanpa bercumbu, tentu rugi baginya. Matanya begitu liar memandangi kecantikan dan keanggunan Vinna.Gelisah, akhirnya Vinna memutuskan untuk beranjak, lalu melenggang meninggalkan dua pria brengsek itu namun begitu setibanya di parkiran, mereka ternyata membuntuti Vinna dan tidak akan melepaskan si mangsa kabur begitu saja.Situasi di sana cukup sepi ketika waktu menunjukkan pas jam dua belas malam. Jalanan pun sepi. Di dalam gedung klub, orang-orang pada sibuk berpesta ria.Itu artinya, bahaya.Tidak hanya ingin memperkosa Vinna, dua pria tadi bermaksud ingin menculik, merampok, lalu membunuh Vinna, mengingat sepertinya Vinna merupakan orang kaya jika dilihat dari penampilan dan BMW yang dia kendarai.Dua pria itu saling tukar pandang dan ketika mereka rasa situasi sudah memungkinkan, mereka pun beraksi, kemudian dengan ganasnya mereka memasukkan Vinna ke dalam mobilnya sendiri. Satu dari mereka memegangi Vinna dan satunya lagi siap akan mengendarai mobil.“Lepaskan aku!” Vinna meronta, mengamuk, dan menjerit. Tapi tidak ada satu pun orang di sana yang bakal memberikan bantuan padanya.Kecuali satu, Zavy ......Zavy baru saja pulang sehabis lembur. Dia setengah berlari seraya berbicara keras. “Lepaskan dia! Kalau tidak, kalian berdua pasti akan menyesal!” gertak Zavy dengan sangat percaya diri.Mereka berdua tertawa saat melihat seragam barista masih melekat di tubuh Zavy.“Hahaha. Latte satu!”“Jangan manis-manis yah! Hahaha.”Menerima ledekan kecil itu, Zavy senyum dan menyeringai, lalu bergumam kecil. “Kalian berdua habis minum, artinya aku sama saja melawan dua anak kecil.”Benar saja, Zavy dapat melumpuhkan dua pria bengal itu dengan sangat enteng.Gedebak! Gedebuk!Dalam waktu kurang dari satu menit bibir, hidung, dan pelipis mereka berdarah.“Pergi dari sini!” bentak Zavy sambil membersihkan telapak tangannya yang berdebu.Mereka pun lari tunggang langgang menuju gedung klub lagi.“Cepat bawa mobil ini!” pekik Vinna yang hampir teler, tersandar lemas di dalam mobil.Zavy bingung. “Aku? Bawa mobil? Aku tidak bisa bawa mobil!” Dia lantas melangkah ke depan lalu masuk pula ke dalam. “Aku juga tidak punya SIM.”Vinna menepuk jidat. “Astaga!” Dia pun beringsut sedikit-sedikit, pindah ke kursi pengemudi. Meskipun dalam keadaan setengah mabuk, dia bisa melajukan mobilnya dengan sangat pelan.Di tengah perjalanan menuju rumah sewa Zavy, Vinna bicara blak-blakan dan tanpa berpikir jernih.“Zavy, aku minta tolong pada mu. Kau harus berpura-pura sebagai orang kaya raya dan menjadi calon suamiku!”Minggu pagi di Istana Rock!Hari di mana puncak dari segala kesuksesan dan kebahagiaan. Sukses dan bahagia karena Zavy sudah melewati banyak sekali ujian berat di dalam kehidupannya. Selama lebih dari dua puluh tahun lamanya dia hidup di dalam kemiskinan dan kemelaratan. Selama lebih dari dua dekade dia hidup tanpa kasih sayang orang tua, tidak punya kerabat, dan kerap termarginalkan karena statusnya yang tidak jelas. Dalam waktu tersebut, lebih banyak tragedi dari pada komedi, lebih sering berduka ketimbang bersuka, serta lebih banyak merasakan payah dari pada gembira.Zavy menganggap bahwa perjalanan panjang nan pahit dan getir itu jelas punya hikmah besar bagi dirinya. Jika saja dia hidup dari kecil dalam bergelimang harta, besar kemungkinan dia bakal jadi anak mama. Namun, karena dia besar di jalanan, nyalinya lebih tinggi dari pada sepuluh preman, dan kekuatannya lebih tangguh dari pada petarung profesional. Hidup yang sulit dan berat telah membentuknya jadi pribadi yang kokoh dan
Russel Winston punya dua saudara kandung, yakni Axel Winston dan Gennifer Winston.Russel dan Axel membawa semua keluarga mereka. Kini Russel sudah terang-terangan kepada keluarga dan kerabatnya tentang posisi Zavy di lingkungan mereka.Marvin Rock punya satu saudara kandung yang bernama Harven Rockwell. Dia juga membawa keluarganya ke sini.Tidak hanya itu, ada beberapa Rock dari luar negeri juga menyempatkan hadir di sini, sekalian mereka ingin menyaksikan hari penobatan Raja Glora di hari Minggu nanti.Saking ramai dan meriahnya, sampai-sampai Luis Charlton pun turun gunung. Meskipun sudah tua dan agak kesulitan berjalan, dia menggagahkan diri menyambut semua orang-orang besar itu. Ferdy, Shane, dan Edward sigap. Mereka tidak mau menyia-nyiakan momen paling mengesankan ini.Selama Keluarga Charlton mengadakan pesta, perjamuan, atau pertemuan, baru kali ini mereka bisa bergabung bersama dua nama besar, Rock dan Winston!Luis Charlton memberi hormat yang begitu spesial kepada semua
Vinna ingin ngakak tapi takut dosa lalu dia menjitak kepala Zavy tapi Zavy langsung mengelak dari serangan mendadak itu.Zavy tersenyum geli. “Maaf, Kek. Cuma bercanda kok. Mana mungkin Kakek suka Americano. Minuman itu ibarat obat pusing kepala dicampur arang. Pahit dan tiada arti. Hehe.”Tapi, spekulasi dari Zavy nyatanya meleset. Luis Charlton malah suka kopi pahit, secara dia sudah tua jadi tidak suka gula dan susu. “Aku pesan yang jumbo. Americano adalah kesukaanku.”Vinna membuang muka sambil menghembuskan napas panjang. “Aku baru saja mau bilang kalau Kakek suka kopi pahit. Eh, kau malah banyak oceh, Zavy!” ketus Vinna menyeringai tipis.Ops!Kalau saja bukan Zavy yang bergurau barusan, pastilah Luis Charlton berang, hanya saja yang bercanda barusan adalah Zavy!Sebagaimana orang tua yang sudah berumur, Luis Charlton tertawa seperti pohon beringin yang daun-daunnya bergoyang karena disapu angin, tetap tegar dan bersahaja. Begitu teduh, enak dipandang.Luis Charlton tidak marah
Pada malam harinya di ZV Cafe.Zavy sudah mengganti nama cafe miliknya jadi ZV Cafe, gabungan inisial nama dia dan Vinna.Zavy menyuruh manager cafe untuk mengosongkan semua tempat dan menutup cafe pada jam tujuh malam. Khusus malam ini semua sisi tempat digunakan untuk berkumpulnya tiga keluarga besar. Dua nama sudah melambung tinggi : Rock dan Winston. Sekarang bakalan ada satu nama lagi yang bakalan melambung tinggi juga : Charlton!Sebenarnya ini bukanlah sebuah pesta ulang tahun atau perayaan sejenisnya, tetapi Zavy mengumpulkan keluarga dan kerabatnya untuk mempersatukan dan mempererat hubungan. Selain itu, mungkin rasa syukurnya kepada Tuhan setelah lepas dari ujian besar dan kini, dia bisa kembali menikmati hari-harinya bersama Vinna.Luis Charlton datang paling awal dan tidak mau terlambat meski hanya sebentar saja. Walaupun usianya paling tua, dia yang paling bersemangat untuk datang, mengalahkan semangat anak dan para cucunya yang masih juga belum nongol.Zavy yang berada d
Zavy dan Vinna berkeliling di sana, menikmati apa saja yang ada di lantai satu dan dua. Bagi Zavy, ini seperti momen nostalgia mengingat-ingat masa-masa dia susah sewaktu menjadi barista.Zavy terkekeh sendiri sebelum bergurau sama istrinya, “Pas ada orang yang pesan Americano ukuran jumbo, aku mikir, apa enaknya menikmati kopi pahit tanpa rasa itu dengan gelas besar?”Vinna yang suka manis tidak bisa menahan geli di perutnya. “Hehe. Hidup ini terlalu manis hanya untuk menikmati kopi semacam itu.”“Tapi, kopi kan tergantung selera masing-masing. Kita tidak bisa menyalahkan dan menyudutkan orang yang suka dengan jenis tertentu. Sama seperti musik, novel, olahraga, bahkan merek sepatu. Ini masalahnya tergantung selera. Selera sangat subjektif. Jadi terserah dia lah.”“Eh! Kau yang buka cerita ini tapi kau sendiri yang menutupnya seperti itu. Bagaimana kau ini, mantan Barista?!”Zavy dan Vinna lalu duduk berdua di lantai dua sembari menonton kendaraan yang hilir mudik di sana. Zavy men
Setelah dari kampus, Zavy dan Vinna kemudian menuju Cafe Ings, tempat di mana dulu Zavy bekerja sebagai barista.Sangat kebetulan, siang hari itu di sana ada Kevin Hamilton sedang asyik nongkrong bersama teman-temannya.Dulu Kevin adalah orang yang paling bersemangat menyerukan bahwa Zavy hanyalah pekerja cafe rendahan.Hugo, pemilik cafe, bergegas menuju bagian depan cafe setelah anak buahnya bilang kalau sekarang mereka kedatangan tamu luar biasa.Kevin sedang duduk dengan rokok melekat di sela jarinya. Sementara Hugo dalam posisi berdiri dan agak menundukkan kepala saat melihat Zavy.Zavy mengawasi dua orang itu kemudian berkata, “Kevin, kau benar, dulu kau pernah bilang kalau aku adalah pekerja cafe rendahan. Haha. Silakan tanya sendiri pada pemilik tempat ini. Benar kan, Hugo?”Hugo mengangguk takzim. “Benar. Tuan Zavy sempat pernah bekerja di sini.”Tuan Zavy?Ketika Kevin melihat Zavy, raut wajahnya langsung terlihat malas dan masam. Dia merasa kalah kalau sudah berhadapan deng
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments