Home / Romansa / Dikontrak Cinta Dosen Duda / 18. Chapter 18 : Tidak Mau Ambil Pusing

Share

18. Chapter 18 : Tidak Mau Ambil Pusing

Author: Raynasha
last update Last Updated: 2025-03-20 08:00:07

Damar menelan ludah saat mendengar ucapan sang ibu. “Aku tidak janji, Bu—”

“Ya sudah, kalau begitu biar Ibu yang mendatangi Mega.”

“Bu—”

“Ibu sudah lelah Damar!” Bu Mustika memijit pelipisnya pelan. “Sudah berapa kali kamu bohongi Ibu? dan sekarang Ibu nggak mau kecolongan lagi. Sudah saatnya kamu menikah lagi.”

Setelah mengatakan itu, Bu Mustika langsung beranjak dan meninggalkan putranya.

Damar meraup wajahnya kasar. Padahal seharusnya ia tidak perlu  merasa pusing seperti sekarang. Toh, sekarang sudah ada Kinanti, yang bersedia untuk bersandiwara di depan keluarganya—terutama ibunya.

Tapi, kenapa Damar berat sekali untuk melakukan itu?

***

Keesokan harinya, Damar datang lebih awal ke kampus. Jika biasanya pria itu akan pergi ke kanto

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   19. Chapter 19 : Permintaan Damar

    Kening Kinanti berkerut saat membaca pesan dari Damar. Bahkan ia berkali-berkali memastikan nama si pengirim.Gadis itu hanya takut jika ia salah membaca atau mungkin dosen tampan itu salah kirim.“Ini salah kirim nggak, sih? masa iya, Beliau mau jemput gue?” gumam Kinanti.Kemudian datang lagi pesan lainnya dari Damar.[Bagaimana Kinanti?]“Ah, jadi dia beneran ngajak ketemu, ya?”Dan Kinanti pun mengirimkan pesan balasan untuk Damar.[Ada, Pak. Tapi kayaknya Bapak nggak perlu jemput saya nggak, sih? hehe][Saya jemput kamu]“Huft …” Kinanti membuang napas pelan. “Mau bahas apa ya, kira-kira?”Lalu Kinanti pun memilih untuk menyimpan semua pertanyaan yang ada dalam benaknya, dan gadis itu segera untuk bersiap.

    Last Updated : 2025-03-20
  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   20. Chapter 20 : Jawaban Kinanti

    “Bagaimana Kinanti?”Kinanti masih terdiam. Begitu banyak pertanyaan yang bersarang dalam benaknya. Terutama ketakutannya jika nanti keluarga Damar justru malah semakin mendesak mereka, untuk benar-benar segera menikah.“H-hari Minggu besok banget ya, Pak?” tanya Kinanti.“Ya,” jawab Damar. “Apa kamu keberatan?” tanyanya, karena melihat Kinanti yang nampak ragu.“Gimana ya, Pak? sebenarnya saya agak takut, sih …” aku Kinanti.Satu alis Damar terangkat. “Takut? apa yang kamu takutkan?”Kinanti menghela napas pelan, ia sendiri bingung dengan perasaannya yang mendadak ragu seperti sekarang.“Nanti kalau orang tua Bapak malah nyuruh kita nikah kita nikah beneran, gimana?” tanya Kinanti.Damar mengusap wajahnya menggunakan tangan kan

    Last Updated : 2025-03-21
  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   21. Chapter 21 : Persiapan Bertemu Keluarha Damar

    “Kenapa, Ki?” tanya Anggita, saat melihat perubahan ekspresi dari temannya itu.Kinanti mengeleng pelan, tapi tangannya menyerahkan ponselnya kepada temannya.Anggita menerima ponsel Kinanti, kemudian membaca pesan dari Damar. Dan menurut gadis itu itu, tidak ada yang aneh dengan isi pesan tersebut.“Menurut lo, Pak Damar berlebihan nggak sih, Git?” tanya Kinanti.“Enggak ah,” jawab Anggita. “Ini namanya gentleman. Beliau mau, lo itu proper pas ketemu sama keluarganya nanti.”Masa iya begitu?“Lagian, lo nggak usah mikir aneh-aneh deh, Ki. Yang dilakukan sama Pak Damar itu sangat wajar, as a gentleman,” ujar Anggita.“Masa sih? bukannya ini berlebihan, ya?” tanya Kinanti. “Maksud gue, hubungan kami kan nggak seserius itu, Git?”Anggita

    Last Updated : 2025-03-22
  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   22. Chapter 22 : Bertemu Keluarga Damar

    Kinanti hanya mampu memberikan sebuah senyuman canggung. Gadis itu benar-benar malu. Karena pasti setelah ini ada yang akan mengadukan kejadian ini pada ibunya.Selesai melakukan transaksi, Kinanti keluar bersama dengan Aidan yang berjalan di belakangnya.Begitu keluar dari bangunan itu, Kinanti menoleh ke belakang menghadap Aidan.“Bapak duluan saja, nanti saya pulang sendiri,” ujar gadis itu.Aidan tersenyum tipis. “Saya antar saja,No. Ini perintah Bapak.”Hampir saja Kinanti merotasi bola matanya, karena bosan sekali mendengar jawaban Aidan—yang menurutnya sangat template.Dan Kinanti tidak punya pilihan lain, selain menuruti Aidan.***Keesokan malamnya, Damar sudah siap untuk menjemput Kinanti. Pria itu mengenakan kemeja hitam dengan lengan yang digulung hingga ke siku.

    Last Updated : 2025-03-22
  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   23. Chapter 23 : Calon Istri

    Kinanti menatap satu per satu anggota keluarga Damar, secara bergantian. Tangannya masih betah mengamit lengan Damar, bahkan gadis itu tidak sadar.Ia melihat tatapan dari semua orang, yang nampak terkejut saat melihat kedatangannya dengan Damar.Mungkin akan berbeda ceritanya jika keluarga mereka tidak saling mengenal dengan baik. Tapi ini kedua orang tua Kinanti saja, mengenal dengan baik keluarga Damar.“Kinanti?”Bu Mustika menjadi orang yang pertama kali bersuara. Dan kalimat itu muncul begitu saja, seolah reflek mengikuti apa yang sedang ada dalam benak wanita itu.Gadis itu tersenyum canggung. “Tante …” lalu gadis itu melepas kemitan lengannya, dan menghampiri ibu Damar.Sementara Bu Mustika masih bigung, dan mencerna apa yang sedang terjadi, Ia melirik ke arah Damar, berharap putranya itu mau memberinya penjelasan.

    Last Updated : 2025-03-23
  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   24. chapter 24 : Tidak Setuju

    “Apa maksud Ibu?” tanya Damar, dengan kening yang berkerut.Bu Mustika menghela napas pelan. “Ibu nggak yakin, kamu bisa menikah sama dia,” ujarnya pelan.“Begini,” Bu Mustika menuntun Damar, untuk ikut duduk bersamanya di salah satu sofa yang ada di ruangan itu. “Dia itu anak bungsunya Mas Djiwo, yang kalau nggak salah juga dia temannya si Adrian.”Damar masih terdiam, menunggu ibunya kembali bersuara.“Kamu tahu apa artinya itu, Damar?” tanya Bu Mustika, dan Damar menggeleng. “Artinya, perbedaan kalian itu sangatlah jauh. Selisih usia kalian saja, 13 tahun. Apa kamu yakin, mau menikahi dia?”“Kenapa tidak, Bu?”Damar sendiri sebetulnya sudah menyangka, penolakan semacam ini akan terjadi. Terlebih lagi, keluarganya dengan keluarga Kinanti itu memang saling m

    Last Updated : 2025-03-24
  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   25. Chapter 25 : Kedekatan Kinanti dan Ola

    “Wait? jadi lo kemarin malam diajak ke rumahnya Mas Damar?” tanya Adrian saat sedang berada di kantin fakultas bersama dengan Kinanti dan Anggita.Kening Kinanti berkerut. “Tahu dari mana lo?”tanyanya. Gadis itu mengaduk minumannya dengan tidak bersemangat.“Ya elah, nggak usah heran,” balas Adrian. “Lo lupa, kalau gue ini adik sepupu dosen tercinta lo itu?”Dibilang seperti itu, Kinanti mendelik pada temannya itu.“Jadi beneran ya, Ki?” tanya Adrian lagi, ia ingin mendengar jawaban dari Kinanti langsung.Kinanti menyesap minumannya sedikit, kemudian gadis itu menghela napas pelan. “Ya, kayak yang lo dengar aja lah, Yan.”Kedua teman Kinanti itu, tidak bisa untuk tidak terkejut. Meski sudah menyangka hal seperti ini jelas akan terjadi, tapi tetap saja mereka masih terkejut.

    Last Updated : 2025-03-24
  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   26. Chapter 26 : Mama

    Cepat-cepat Damar menggeleng,menyadari apa yang baru ia pikirkan. Tidak mungkin perasaan itu ada untuk perempuan lain. Pasti ada yang tidak beres dengan otaknya. Sementara itu, Kinanti yang tengah asik bercengkrama dengan Ola, sama sekali tidak peduli dengan apa yang kini dirasakan oleh pria itu. Kinanti yang notabene pencinta anak-anak, sangat senang saat bermain bersama Ola. Ia memang sejak dulu sangat menginginkan kehadiran seorang adik. “Tante, Tante!” panggil Ola. “Iya, Sayang?” balas Kinanti dengan tersenyum lembut. Kemudian gadis kecil itu membisikkan sesuatu di telinga Kinanti. Lalu setelahnya kedua perempuan berbeda generasi itu, tertawa bersama setelah Kinanti melakukan hal yang sama pada Ola. Hal itu tentu saja menarik perhatian Damar. Apa kiranya yang tengah dibicarakan oleh mereka? “Ekhem!” Damar berdehem untuk menginterupsi dua perempuan yang ada di sampingnya. “Kalian … sedang bicara apa? Kenapa harus bisik-bisik?” tanyanya—penasaran.Kinanti dan Ola saling bertu

    Last Updated : 2025-03-26

Latest chapter

  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   38. Chapter 38 : Ciuman Tiba-tiba

    Kinanti benar-benar menuruti keinginan Ola. Ia membawa gadis kecil itu, ke makam mendiang sang ibu.Dengan diantar oleh Damar, perempuan cantik itu setia membawa Ola dalam gendongan.Sambil terus berjalan menyusuri jalan setapak yang ada di komplek pemakaman itu, Damar terus memperhatikan Kinanti yang kini berada di depannya.Perasaannya benar-benar rumit sekarang. Ia tidak tahu, jika kedekatan Kinanti dengan putrinya, akan memberikan efek yang membuat Damar berada dalam sebuah dilema.Pria itu merasa perasaannya kepada Kinanti hanyalah rasa kagum saja—tidak lebih dari itu.Setidaknya itu yang Damar yakini saat ini—entah bagaimana nanti.“Nah, sudah sampai.”Suara Kinanti, membuat Damar tersadar dari lamunannya. Dan ternyata mereka telah tiba di depan pusara istri Damar.Sementara Kinanti dapat melihat buket bunga mawar merah dan putih yang begitu cantik, masih tersandar begitu saja di dipan bau nisan.Perempuan itu mengira jika bunga itu adalah pemberian Damar. Ia tersenyum samar, ad

  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   37. Chapter 37 : Tidak Ingin Jauh

    “Apa maksud kamu?”Damar menatap lekat adik sepupunya—Adrian. Pria itu tidak suka dengan apa yang baru saja dikatakan oleh adik sepupunya.Apa maksudnya?“Apa maksud kamu Restu Adrian Dwijaya?” tanya Damar lagi, kali ini dengan nada yang lebih mendesak.Adrian mendengus pelan. Perhatiannya tertuju pada bingkai foto, yang terletak dengan manis di atas meja Damar.Sudah bisa ditebak jika itu adalah bingkai foto Damar bersama mendiang istrinya.“Mas, hubungan kalian ini hanya pura-pura. Jadi Mas nggak perlu mendalami peran,” kata Adrian.“Apa maksud kamu?” Damar terus mencecar pertanyaan yang sama. “Apa kamu cemburu?” tembaknya.“Cemburu?” Adrian bahkan melongo saat mendapat tuduhan tak berdasar itu. “Kenapa Mas bisa ambil kesimpulan seperti itu?” tanyanya tak habis pikir.“Ya, apalagi?” Damar menaikkan satu alisnya. “Kamu terlalu ikut campur dengan urusan Mas dan Kinan,” ujarnya pelan.“Aku sahabat dia, kalau Mas lupa,” balas Adrian. “Aku kenal dia dari kecil, dan dia udah kayak saudara

  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   36. Chapter 36 : Naif

    Kinanti merasa senang sekali saat berbincang dengan Alif dan juga neneknya. Sepasang nenek dan juga cucunya, yang kebetulan tengah beristirahat di depan ruko fotocopy yang ada di dekat kampus Kinanti.“Terus, setelah ini Nenek sama Alif mau ke mana lagi?” tanya Kinanti dengan senyum cerah yang tak pernah luntur sejak tadi.“Ya pulang,” jawab si nenek. “Nanti si Alif juga sebentar lagi dijemput sama ayahnya,” lanjutnya.Kinanti mengangguk-angguk paham. Kemudian pandangan gadis itu tidak sengaja menangkap sebuah mobil, yang sangat familiar untuknya. Kening perempuan cantik itu mengernyit samar. Rasanya sangat tidak mungkin, jika itu adalah mobil Damar. ‘Ngapain?’ tanya Kinanti dalam hati. Kalaupun memang benar itu adalah Damar, lalu kenapa pria itu hanya diam di sana? Bukannya masuk ke dalam kampus. Kinanti menggelengkan kepalanya, tidak mau memikirkan hal yang berat-berat. “Kamu kenapa?” tanya si nenek. “Eh?” Kinanti sedikit terkesiap. “Nggak apa-apa kok, Nek. Aku nggak apa-apa,”

  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   35. Chapter 35 : Sisi Lain Kinanti

    Sementara di dalam ruang kerjanya, Damar sedang serius memperhatikan layar ponselnya , yang menunjukkan ruang pesannya bersama Kinanti.Ini aneh. Dan Damar sadar itu, jika sikapnya akhir-akhir ini memang sangat aneh.“Sebenarnya apa yang sedang aku lakukan?” gumam pria tampan itu.Ia sendiri bingung dengan apa yang sedang dilakukannya. Akhir-akhir ini dirinya kerap memikirkan Kinanti, tanpa sebab.Atau mungkin ini karena dirinya ikut terbawa perasaan saja, saat melihat interaksi Kinanti dan juga putrinya.Pria tampan itu mengangguk pelan. “Iya, pasti karena itu,” ucapnya seolah menjawab pertanyaan yang sejak tadi ada dalam benaknya.Tapi … apa hanya itu?Bukan karena yang lain?Dan tatapan Damar tertuju pada bingkai foto, yang terpajang manis di atas meja kerjanya. Tanpa sadar pria itu tersenyum lembut saat menatap sosok yang ada dalam foto itu.Tangan Damar terulur untuk mengambil bingkai foto itu. Ia mengusap dengan lembut wajah cantik yang tengah tersenyum, menghadap kamera.Itu ad

  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   34. Chapter 34 : Bingung

    “Ini enak banget sih,” kata Anggita saat menyantap nasi pecel pemberian Kinanti. “Tahu aja lo, kalau gue belum sarapan.”Ya, pada akhirnya Kinanti memutuskan untuk membawa nasi pecel itu ke kampus, lalu diberikannya kepada si sahabat.Karena Kinanti benar-benar kekenyangan sekarang. Makanan yang diberikan oleh Damar, habis tak bersisa—kecuali hanya meninggalkan kotak makan, yang emang tidak bisa dimakan.“Lo udah sarapan emang, Ki?” tanya Anggita.“Udah,” jawab Kinanti pendek.Anggita mengangguk-angguk. “Iya sih, karena nggak mungkin kalau lo belum sarapan, tapi malah kasih gue sarapan,” ujarnya. “Kenapa nggak mungkin?”“Ya, aneh aja nggak, sih? Lo belum sarapan, tapi malah kasih gue sarapan.”Dan tepat saat itu Anggita mendapat sebuah sentilan di dahinya. Gadis itu mengaduh pelan, kemudian meringis saat melihat wajah kesal Kinanti. “Kita temenan bukan sehari dua hari, ya! gue slengkat kaki lo, kalau ngomong begitu lagi!”“Iya, iya. Bercanda gue,” kata Anggita.Lalu tak lama setelah

  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   33. Chapter 33 : Denial

    “Ini buat saya, Pak?”Kinanti benar-benar bingung, saat tiba-tiba mendapati Damar berada di depan kosnya.Damar mengangguk. “Sebagai tanda terimakasih saya, untuk yang kemarin.”Ah, itu lagi.“Tapi saya rasa ini nggak perlu, Pak,” kata Kinanti.Damar menggeleng pelan, tapi wajahnya mengulas senyum tipis. “Nggak apa-apa. Kamu memang pantas mendapatkan itu.”Meskipun masih dilanda rasa bingung, tapi Kinanti tetap tersenyum dan mengucapkan terimakasih kepada dosennya itu.Ya, perempuan manapun pasti akan senang saat mendapatkan hadiah—termasuk Kinanti.“Terimakasih sekali lagi, Pak,” ujar Kinanti.“Sama-sama Kinanti,” jawab Damar.Ah, Kinanti benar-benar tidak biasa dengan Damar yang terlihat begitu baik dan manis. Karena selama ini yang ia kenal adalah, Damar yang dingin, dan juga selalu melemparkan kalimat pedas.Sementara jantung gadis itu sudah berulah sejak tadi. Karena benar-benar tidak ada yang memberitahunya jika, Damar bisa setampan ini saat sedang tersenyum.Dan Kinanti takut,

  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   32. Chapter 32 : Perasaan Yang TakAsing

    Kinanti mengerjap lambat, tapi tatapannya masih tertuju pada pria yang duduk di belakang kemudi.“Kinanti?”Dan aras panggilan itu Kinanti kembali tersadar dari lamunan. Perempuan cantik itu sedikit terkesiap saat tersadar.“I—ya, Pak?”“Kamu melamun?” tanya Damar dengan kening yang berkerut.“Huh? E—nggak, saya nggak melamun, kok!” jawab Kinanti. “Bapak tadi bilang apa?” tanyanya kemudian.Damar menghela napas pelan. “Saya tadi bilang terimakasih,” ujarnya pelan.“Terimakasih untuk—-apa?”Damar menyandarkan punggungnya pada kursi, pria itu meraup udara sebanyak yang ia mampu. Ada sesak yang tidak bisa dijelaskan saat kembali mengingat kejadian tadi.“Pak Damar?” panggil Kinanti dengan hati-hati. “Terimakasih untuk yang tadi,” jawab Damar pelan. “Tidak perlu—”“Perlu!” sahut Damar cepat. Kemudian pria itu menoleh menatap Kinanti. “Saya perlu ucapkan itu, Kinanti. Karena berkat kamu, saya dapat melihat senyuman Ola yang sudah lama hilang.”Kinanti kembali mengerjap lambat, entah kenap

  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   31. Chapter 31 : Kinanti Dan Ola

    Damar berderap cepat, begitu ia tiba di rumah. Kunci mobil langsung ia serahkan pada salah satu pelayan, sementara dirinya sudah ingin cepat masuk ke dalam. Dan saat ia tiba di ruang makan, ada perasaan lain yang tiba-tiba menelusup ke dalam dada. Apalagi setelah melihat pemandangan yang ada di hadapannya. Di hadapannya kini terlihat putrinya sedang asik bermain bersama dengan Kinanti. Gadis cilik itu rupanya ingin dibacakan sebuah dongeng oleh Kinanti. “Dan pada akhirnya, mereka hidup dengan bahagia. Tamat!” ujar Kinanti, seraya menutup buku cerita yang ada di tangannya. “Wah, pasti senang sekali ya, kalau punya Mama dan Papa?” ujar Ola dengan polosnya. Kinanti tersenyum, tangannya terulur untuk mengusap lembut pipi kanan gadis cilik itu. “Kenapa ngomong begitu, Sayang?” tanyanya dengan lembut. “Ola capek, Tante. Tiap hari di sekolah selalu diledek sama teman-teman,” gadis kecil itu sedikit menggembungkan pipinya. “Mereka selalu bilang, katanya Ola itu kasihan nggak punya Mama.

  • Dikontrak Cinta Dosen Duda   30. Chapter 30 : Makan Malam

    Damar tahu, jika saat ini ibunya sudah mulai menyukai Kinanti. Dan itu artinya, dirinya sudah tidak lagi khawatir, akan kembali didesak untuk menikahi adik iparnya—Mega.Rencananya tidak sia-sia. Kendati tak didesak untuk menikahi sang adik ipar, tetap saja ada desakan untuk Damar segera menikahi Kinanti. Dan itu tentu saja kembali membuat pria itu kembali pusing. Waktunya dengan Kinanti memang masih lumayan panjang. Tapi itu tidak menutup kemungkinan, jika ibunya akan terus mendesaknya. “M—menikah?” cicit Damar. Bu Mustika mengangguk. “Iya lah. Memangnya mau apa lagi? Kamu itu sudah terlalu tua, Damar. Sedangkan Kinanti? Dia masih sangat muda, pasti banyak laki-laki yang menyukai dia.”“Dia masih kuliah, Bu.”“Hampir selesai, kan? Tahun depan?” sahut Bu Mustika. “Minimal tunangan dulu, jadi kalian benar-benar ada ikatan. Biar nanti setelah lulus, kalian bisa langsung menikah.”Damar terdiam, tidak menyahuti. Hingga ibunya itu kembali bersuara. “Atau kalian langsung menikah saja

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status