Mamah Eva mengizinkan Claudia mengantikan pembantu di rumah Risma, dengan syarat jam kerja jam 08.00 pagi sampai jam 03.00 sebelum Rayhan pulang kantor. Risma menyetujui syarat dari Eva, karena dia tidak serius hanya iseng saja. Beliau sengaja meminjam Claudia setelah melihat raut wajah Claudia seperti tertekan. Selesai makan, Risma mengantarkan Eva pulang. Kebetulan taksi yang dinaiki Claudia juga baru sampai, Eva tersenyum karena Claudia sudah datang. Claudia membawa belanjaan Eva dibantu oleh supir taksi itu, ia tidak bisa membawa belanjaan yang berat dalam jumlah banyak. "Claudia, cepat bawa masuk!" bentak Eva. Dari kejauhan Risma masih memperhatikan Claudia, dan merasa kasihan. Ingin rasanya ia turun dari mobil dan membantunya mengangkat barang-barang itu masuk ke dalam rumah. "Pak, ayo kita jalan," pinta Risma kepada sang sopir. "Baik, Nyonya," sahut sopir Risma. ***Eva sama sekali tidak membantu Claudia, menata barang-barang itu. Claudia memasukkan bahan makanan ke kul
Risma tidak mengizinkan Claudia pulang, dia masih membutuhkan teman untuk bercerita. Berhubung Sean terus menggoda Claudia, Risma turun tangan. Ia meminta agar Sean pergi ke tempat temannya, kalau sampai menolak jatah bulanan Sean akan dipotong. uang "Mamah, lupa kalau Sean punya penghasilan sendiri," kata Sean. "Claudia pulang saja, Bu. Kapan-kapan lagi kita bertemu," sahut Claudia merasa tidak nyaman. Risma sangat kecewa dengan keputusan Claudia, yang memilih untuk pulang. Beliau juga marah dengan Sean, yang seenaknya menggoda orang. "Claudia, ini upah kamu hari ini," kata Bu Risma sambil memberikan beberapa lembar uang ratusan ribu. Claudia menolak dengan halus, dia menemani Bu Risma dengan tulus. Tanpa mengharapkan imbalan apapun.Risma meminta Pak Slamet mengantarkan Claudia pulang, Risma tidak tega melihat Claudia pulang sendiri. Apalagi seorang wanita, takutnya terjadi apa-apa di jalan. "Mah, kenapa Claudia pulang? Aku belum selesai bercanda dengannya, dia cantik sekali ya,
Kedua insan yang sudah selesai mandi bersama itu, kini sudah rapi dengan pakaian rumahan. Claudia menuju ke dapur untuk menyiapkan makan malam, karena Mamah mertuanya belum juga menyiapkan. "Claudia, rambutmu sudah basah lagi! Kamu masih minum obat itu kan? Awas saja kalau sampai hamil," cetus Eva menatap sengit menantunya. "Mah, Claudia ingin mempunyai keturunan dari orang yang paling Claudia sayang," ungkap Claudia. "Mulai berani kamu menentang!" marah Eva. "Salah Claudia apa, Mah? Semua orang yang berkeluarga pasti menginginkan keturunan, keinginan Mas Rayhan juga sama," jelas Claudia. "Salah kamu miskin! Jangan berlagak kamu!" tegas Eva. Hampir setiap hari Claudia dicaci, dimaki, dihina. Kali ini ia merasa sudah lelah, ingin rasanya menyerah dan meninggalkan semuanya. Claudia menyelesaikan pekerjaannya sambil menitihkan air mata. Saat makan malam Claudia hanya diam, dia masih merasa sakit hati dengan Mamah mertuanya. "Sayang, makan yang banyak. Jangan cuma dilihat," ujar R
Papah Andi mengusir Tania dengan cara yang halus, agar wanita itu tidak tersinggung. Beliau melakukan semua ini demi Claudia, agar tidak terganggu dalam menjaga Rayhan. Seandainya Tania tidak mempunyai perasaan terhadap putranya, beliau tidak akan mengusir. "Claudia, kamu dari tadi belum makan. Ayo makan dulu, biar Aruna dan Mamah yang jaga Rayhan," ajak Papah Andi. "Claudia ingin makan nanti, Pah. Nunggu Mas Rayhan sadar, biar kita bisa makan berdua," tolak Claudia. "Nanti kalau kamu sakit, gak bisa jaga Rayhan. Kesehatan kamu juga penting," bujuk Papah Andi. "Halah, entar kalau lapar juga makan!" cibir Eva. Dalam situasi seperti ini Mamah Eva, masih saja mencibir Claudia. Membuat menantunya meneteskan air mata kembali. Sekarang gantian Aruna yang membujuk Claudia, ia mulai sadar setelah melihat Claudia yang begitu cinta dengan Rayhan. Aruna tidak bisa membayangkan kalau nanti sudah menikah, dan diperlakukan seperti Claudia. Dokter memanggil Claudia, untuk masuk ke dalam ruang
"Sayang, kenapa wajahmu memerah?" tanya Rayhan sambil mengelus lembut wajah sang istri. "Gak papa, Mas. Mungkin tadi kepanasan di jalan," bohong Claudia. Rayhan meminta air es kepada perawat yang kebetulan mengecek infusnya, untuk mengompres wajah Claudia. Claudia tetap kekeh menolak, dan mengatakan kalau tidak sakit. Padahal ia menahan rasa perih dan sakit hatinya, lebih baik menahan demi keutuhan rumah tangganya. Perawat itu sangat baik, bukannya memberikan air es beliau justru memberikan salep untuk luka memar. "Sayang, istirahatlah! Sepertinya kamu lelah sekali," ujar Rayhan merasa sangat kasihan dengan sang istri. Claudia sangat telaten menjaga Rayhan sendiri, malam ini Mamah Eva, Papah Andi, dan Aruna tidur di rumah. Setiap dua jam sekali, ia terbangun untuk melihat keadaan suaminya. Rayhan sangat beruntung mempunyai seorang istri seperti Claudia, mandiri dan cekatan dalam melakukan sesuatu. ***Tiga hari kemudian. Rayhan sudah diperbolehkan pulang ke rumah, tapi harus t
Rayhan saat ini kembali bekerja, keadaannya sudah pulih kembali. Namun, Claudia yang sering tidak enak badan, mual, dan sering kecapean. Ia masih seperti biasa, mengerjakan pekerjaan rumah. Mamah Eva akhir-akhir ini juga sibuk, sering keluar rumah. Sedangkan Aruna semakin sibuk kuliah, pulang ke rumah juga sudah sore. "Claudia, Mamah mau pergi arisan. Jaga rumah dengan baik, ingat kamu numpang di sini," kata Eva. "Iya, Mah," sahutnya. Claudia sudah paham dengan maksud Mamah Eva, walaupun berada di rumah dia tidak bisa santai. Pekerjaan rumah seperti mengepel, menyapu, seakan-akan sudah menjadi tanggung jawabnya. Tapi, Claudia tidak pernah mengeluh karena sudah terbiasa dengan semuanya. Tiba-tiba padangan mata Claudia kabur, ia menghentikan aktivitasnya dan duduk dengan bersandar kan tembok. "Kenapa aku menjadi sering pusing," ucapnya sembari memegang kepalanya. Setelah merasa baikan ia baru melanjutkan aktivitasnya kembali, dan mengerjakan sampai selesai. Tok ... tok ... tok ...
"Kak, mana uang ganti bunganya tadi," pinta Aruna dengan menengadahkan tangannya ke arah Claudia. Rayhan tidak jadi marah dengan istrinya, mendengar perkataan Aruna membuatnya tenang. Ia lalu mengambil uang selembar seratus ribuan, dan diberikan kepada adiknya. Claudia sangat bersyukur, untung saja Aruna datang. Dia sangat tidak menyangka, Aruna akan menjadi penyelamat untuk dirinya. "Runa, terimakasih ya," ungkap Claudia. "Ini tidak gratis, Kakak ipar! Besok jangan lupa, traktir Aruna beli bakso," ujar Aruna. Rayhan mengacak-acak rambut adiknya itu, hingga menjadi sangat berantakan. Kemudian Aruna meminta Claudia untuk menyisir rambutnya, agar menjadi rapi kembali. "Runa, pokoknya terimakasih banyak ya," bisik Claudia. "Aku melakukan semua ini demi Sean," kata Aruna. Claudia salah menduga, ia mengira Aruna membela dirinya karena sudah mau menerima sebagai kakak iparnya. Sean juga bilang kalau mereka bersahabat, tentu saja akan membela Sean dibanding dirinya. Tok ... tok ...
Kini, Rayhan harus berpikir keras bagaimana agar istrinya merasakan nyaman saat berada di rumah. Ia baru tersadar kalau selama ini tidak begitu memperhatikan istrinya.Karena sudah larut malam, ia mengajak pulang Claudia dengan naik taksi online. Perjalanan menuju ke rumah, terbilang lancar karena sudah sepi pengendara. Biasanya mereka terjebak dalam kemacetan panjang, dengan padatnya kendaraan di kota itu. "Mas, kok tiba-tiba aku lapar ya," ucap Claudia, memegang perutnya yang tidak buncit. "Nanti sampai rumah makan lagi, Sayang," ujar Rayhan. Claudia ingin makan nasi goreng buatan suaminya, membuat Rayhan mengerutkan dahinya karena tidak bisa memasak. Setelah sampai di rumah Claudia menagihnya, merengek minta segera dibuatkan. Mereka berdua saat ini sudah berada di dapur, Claudia menyiapkan semua bahannya tinggal Rayhan yang memasaknya. "Sayang, ini gimana caranya?" tanya Rayhan, sama sekali tidak pernah memasak nasi goreng. "Masa sih Mas, gak bisa? Usaha dong," balas Claudia