Aku melajukan kendaraan keluar dari rumah baru Riana. Sialan! Dia beli rumah yang sangat mewah. Jauh sekali bandingannya dengan rumah yang lama. Aku mengumpat di dalam hati. Aku tidak menyangka sedikitpun Riana bisa menjadi keras kepala seperti ini.
Semua bujukanku sekarang tak mempan sedikitpun untuknya. Bahkan sekarang aku malah jadi pengangguran. Dengan mudahnya dia mendepakku dari kehidupannya.
Baru sebentar aku merasakan nikmatnya menjadi seorang direktur, sudah banyak keinginan yang terencanakan di benakku. Sekarang semuanya nihil. Aku memukul stir dengan perasaan dongkol.
"Apa maksud Riana dengan rahasia besar itu? Apa yang kamu rahasiakan darinya?" Ibu malah bertanya soal itu di saat pikiranku mumet.
"Aku tidak ingin membicarakan itu, Bu!" balasku enggan.
"Ayo ceritakan sama ibu. Mana tahu ibu punya solusi atas semua masalah ini?" bujuk Ibu padaku.
Aku melirik Ibu sekilas. Apa sebaiknya aku bicarakan itu pada Ibu?
"Bagaimana? Apa mereka suka dengan rumahnya?" tanyaku pada agen penjualan rumah itu."Suka, Pak. Hari ini juga mereka akan menyelesaikan pembayarannya!" ucapnya lagi."Baguslah, saya bisa ikut ke kantor untuk mengurus pembayarannya!" balasku."Maaf, Pak. Mbak Riana bilang, dia sendiri yang akan menerima pembayarannya. Dia berpesan untuk tidak berurusan dengan orang lain selain dirinya!" aku menjadi kesal dengan jawaban agen itu. Sialan Riana! Dia ingin memakan semua uang hasil penjualan rumah itu seorang diri.Aku segera merogoh handphone dari dalam saku celana. Aku segera menghubungi Riana."Maksudmu apa dengan melarangku ikut campur masalah penjualan rumah?" tanyaku marah sesaat setelah Riana menjawab panggilan telpon dariku."Aduh Mas...itu rumah atas nama pribadiku sendiri. Jadi suka-suka aku dong? Kamu juga sudah memberikan perempuan itu rumah yang sama bagusnya denganku. Kalau kamu butuh uang, jual saj
Semua urusan perceraian aku serahkan pada Mas Candra. Aku tak pernah menghadiri sekalipun sidang perceraian antara aku dan Mas Yoga.Saat kutanyakan pada Mas Candra bagaimana kelanjutan sidang, dia selalu menjawab semuanya baik-baik saja. Dia memintaku untuk tetap sabar. Sidang agak tegang karena Mas Yoga tetap kekeh tak mau bercerai.Aku memilih tak menghadiri persidangan karena aku tahu, Mas Yoga akan bersikap seperti itu. Karena dia akan sangat rugi jika bercerai denganku. Rumah dan mobil sudah aku jual. Uangnya aku simpan di rekening.Sekarang dia pasti tengah bingung. Karena tidak memiliki apapun lagi, yang dia miliki hanyalah perempuan itu saja. Dan aku yakin sekali, sebentar lagi perempuan itu akan meninggalkan Mas Yoga karena tidak ada lagi yang bisa dia harapkan dari Mas Yoga.Aku sedang merencanakan sesuatu untuk perempuan itu dan juga selingkuhannya. Mereka silau akan harta. Setelah mereka tahu aku kaya dan bergeli
Aku menunggu beberapa hari, tapi perempuan itu belum juga kembali menghubungiku. Apa dia sedang merencanakan sesuatu?Mas Candra sudah menemukan lima orang tukang pukul yang aku inginkan. Mereka hanya menunggu aba-aba dariku saja. Aku sudah tidak sabar lagi.Saat aku tengah makan siang, masuk pesan singkat dari perempuan itu. Dia mengatakan untuk membawa uang itu ke tempat dimana dia pernah menyerahkan aku pada Mas Yoga dulunya saat mereka menyekapku.Aku segera membalas pesannya. Dia berpesan agar aku jangan membawa siapapun. Aku menyanggupinya. Waktu pertemuan sudah di tentukan. Dia memintaku datang ke tempat itu jam 10 malam. Aku yakin mereka pasti merencanakan sesuatu padaku.Aku berusaha tenang dan menyanggupi apapun yang mereka minta. Kali ini mereka yang akan aku balas.Aku segera menghubungi Mas Candra, memintanya untuk mengumpulkan orang-orang itu. Aku akan pergi sendiri ke tempat itu, diikuti oleh
"Kamu perempuan berhati iblis! Aku sudah membantumu dengan memberikan diary itu tapi malah ini balasannya!" teriak perempuan itu tak terima di ikat seperti itu.Aku melepaskan pelukan Mas Candra lalu berjalan mendekatinya."Kamu yang berhati iblis! Setelah Mas Yoga tidak punya apa-apa lagi, lalu aku yang menjadi sasaranmu. Tidak bisa! Aku tidak akan mengabulkan keinginanmu!" teriakku tepat di telinganya."Riana, ini semua uang itu! Dan juga lihat ini", ucap Mas Yoga sambil meminta koper itu pada preman yang ku bayar."Apa Mas?" jawabku sambil mendekati Mas Yoga."Mereka sepertinya berencana untuk kabur setelah mendapatkan uang darimu! Selain koper uangmu, ada juga sebuah koper lain yang berisi uang dan perhiasan serta beberapa dokumen penting!" ucap Mas Yoga sambil membuka koper yang satunya lagi.Seketika aku kaget melihat isinya. Uang dalam jumlah yang mungkin lebih banyak dari ya
Sepanjang malam aku tidak bisa tidur. Kuulangi membaca halaman demi halaman diary milik Mas Yoga. Semakin bertambah hancur hatiku.Begitu licik dan penuh tipu muslihat dia mendekatiku. Dia merencanakan semuanya. Cara dia mengikutiku secara diam-diam, cara dia mulai pura-pura minta kenalan denganku. Ah, betapa bodohnya aku. Tidak curiga sedikitpun padanya.Bahkan aku begitu mempercayainya. Menerima lamarannya dengan senang hati. Bahkan aku sempat menentang Paman karena ingin menjodohkan aku dengan orang lain.Hampir delapan tahun aku hidup dalam kebohongan. Sakit sekali rasanya. Aku begitu malu pada mendiang kedua orang tuaku. Apa mereka sedih dengan apa yang sudah aku lakukan? Aku hanya mampu bergumam meminta maaf pada mendiang Ayah dan Ibu. Sekarang aku akan menuntut keadilan untuk mereka.Aku tak bisa tidur sampai pagi, saat azan subuh berkumandang aku segera sholat subuh. Berdoa untuk keselamatan mendiang kedua orang tuaku
"Kamu tidak punya perasaan, Mas! Hanya demi menghilangkan rasa bersalahmu, kamu tega membohongiku seperti ini?" isak tangisku semakin kencang. Aku sungguh tak terima semua kenyataan ini."Mas menikahi kamu juga karena mas mencintaimu, Riana! Bukan hanya karena rasa bersalah itu!" kilahnya."Kamu pembohong, Mas! Kamu memainkan semua ini dengan sebaik mungkin, apa kamu berencana selamanya untuk menutupi kebohongan itu?" tanyaku dengan suara penuh amarah."Sudah, kalian jangan bertengkar lagi! Semua sudah terjadi. Lupakan semuanya! Mulai hidup dari awal lagi!" ucap Ibu mertua berusaha menenangkanku."Tidak semudah itu melupakan semuanya, Bu! Aku tahu alasan Ibu menolak perceraian antara aku dan Mas Yoga, semua itu karena harta! Iyakan!" tatapku pada Ibu mertua.Perkataanku membuat wajah Ibu mertua merah padam. Yang ada dalam pikirannya hanyalah kekayaanku. Dia tidak pernah tulus menyayangiku sama seperti anaknya yang punya seribu muslihat di belakangk
Mas Yoga langsung di giring memasuki penjara oleh polisi tadi. Aku menatap Mas Yoga dengan perasaan campur aduk. Perasaan benci, sakit hati dan kecewa. Hampir delapan tahun aku hidup dalam kebohongan. Selama itu pula aku begitu mempercayai dan mencintainya.Tidak pernah terbersit sedikitpun dipikiranku jika dia bisa berlaku seperti ini padaku. Aku menyesali semua waktu yang pernah aku habiskan dengannya."Ayo, Riana. Polisi ingin mendengar penjelasan darimu!" ucap Mas Candra membuyarkan lamunanku.Aku mengikuti Mas Candra duduk di kursi di balik meja seorang polisi yang akan mencatat penjelasan dariku."Silahkan jelaskan semua tentang kesalahan suamimu itu!" perintah polisi itu padaku.Aku lalu menerangkan semua hal tentang kecelakaan yang dialami oleh mendiang kedua orang tuaku. Serta memperlihatkan bukti diary milik Mas Yoga."Aku ingin dia mempertanggung jawabkan semua perbuatannya pada mendiang kedua orang tuaku, Pak! Aku tidak ingin mem
Mobil Mas Candra menuju kantor polisi tempat dimana Mas Yoga di tahan. Sedangkan mobil Paman dan Bibi mengikuti dari belakang.Aku langsung turun sesaat setelah mobil Mas Candra parkir di halaman kantor polisi. Terlihat Paman dan Bibi juga ikutan keluar dari mobil mereka."Ayi kita masuk!" ajak Paman padaku dan Mas Candra. Sedangkan Bibi juga mengikuti langkah kaki Paman memasuki kantor polisi.Aku dan Bibi duduk di ruang tunggu, menanti Paman dan Mas Candra yang sedang menemui polisi untuk meminta izin agar bisa bertemu dengan Mas Yoga.Setelah menunggu cukup lama, akhirnya kami diperbolehkan bertemu dengan Mas Yoga. Itupun hanya sebentar saja. Kami memasuki ruangan yang khusus untuk menerima kunjungan.Wajah Paman masih terlihat sangat marah. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika dia bertemu dengan Mas Yoga nantinya.Mas Yoga keluar ditemani oleh seorang polisi. Melihat ada Paman dan Bibi wajah Mas Yoga langsung pucat pasi."Pam