Jayla mengernyit dengan kuat. "Mantan kekasih?"Dia tidak tahu apa sebenarnya rencana Sean. Dengan alis berkerut, dia berkata, "Kalau begitu, kita sepakat. Kamu bantu aku menyelesaikan urusan ibu tiriku, aku bantu kalian mengatur pernikahan Miska dengan kakakku."Setelah berkata begitu, Jayla berbalik dan menyelipkan dua kartu bank yang tadi diberikan Miska ke tangan Miska kembali. "Ini, ambil kembali. Sementara ini aku masih bisa bertahan dengan uangku.""Uangmu simpan untuk persiapan pernikahan. Meskipun kakakku koma, pernikahannya nggak boleh kalah megah dari siapa pun!"Selesai bicara, Jayla naik ke tempat tidur dan berbaring. Kepalanya sengaja membelakangi Sean dan Tiffany."Kalian sudah boleh pergi. Aku sudah setuju dengan kesepakatan ini. Kalau nggak ada urusan lain, jangan ganggu aku lagi!"Miska masih berdiri di tempat, memegang dua kartu itu dengan bingung. "Kalau begitu, aku ....""Kamu tetap tinggal dan jaga tunanganmu!" Jayla mencebik. Suaranya tetap dingin seperti biasa,
Sebenarnya, Jayla bukan tidak bisa melihat betapa serius dan tulusnya Miska kepada Xavier.Hanya saja, sebagai adik perempuan Xavier, dia tidak bisa merestui Miska menikah dengan kakaknya.Karena dokter bilang, tidak tahu kapan Xavier akan siuman. Jika Miska menikah dengan Xavier, itu berarti dia akan hidup seperti janda dan harus merawat seseorang yang entah kapan akan bangun dari koma.Jayla merasa Miska bisa mendapatkan seseorang yang jauh lebih baik. Itulah alasan dia memaksa Miska untuk pergi.Namun, sekarang Miska kembali dengan keras kepala, bahkan membawa Tiffany dan Sean sebagai juru bicara. Mungkin, perasaan Miska terhadap Xavier jauh lebih dalam dari yang dia kira.Memikirkan hal itu, Jayla menoleh lagi dan melirik tajam ke arah Tiffany. Semuanya salah Tiffany! Kalau bukan karena dia, kakaknya tidak akan menjadi seperti ini. Dia sendiri juga tidak akan diusir dari Keluarga Rimbawan dan Miska tidak akan begitu menyedihkan!Tiffany merasa bingung dengan tatapan tajam Jayla. Di
Jayla tertegun, lalu menoleh dan mengatakan sesuatu kepada dokter. Dokter itu mengangguk, lalu masuk ke ruang rawat."Kemarilah." Jayla berdeham pelan, lalu memimpin jalan. Dia membawa Tiffany, Sean, dan Miska ke sebuah kamar rawat di sebelah kamar tempat Xavier dirawat.Ruangan itu tidak besar, tetapi sangat bersih dan rapi. Dari tampilan, bisa dilihat bahwa penghuninya adalah seorang gadis yang sangat menjaga kebersihan.Jayla duduk di ranjang, lalu menatap Sean dan Tiffany sekilas dengan ekspresi datar. "Kalian pasti nggak nyangka ini adalah kamar tempat aku tinggal beberapa hari terakhir. Ke depannya, aku juga akan terus tinggal di sini untuk merawat kakakku."Saat menyebut nama Xavier, wajah gadis itu langsung muram. "Dulu selalu ada Kakak, jadi aku nggak pernah menyadari betapa buruknya keadaanku. Sekarang, akhirnya aku sadar."Setelah mengatakan itu, dia menatap ke atas dan tersenyum getir. Matanya perlahan beralih ke Tiffany, seolah-olah tatapannya bisa menembus Tiffany dan mem
Tiffany menarik napas dalam-dalam, menahan amarahnya, lalu mengangkat kepala dan menatap Jayla dengan dingin. "Kamu memang sengaja cari masalah. Kamu sengaja bikin ribut."Jayla menoleh. Wajah yang biasanya selalu dihiasi riasan sempurna, kini penuh dengan kelelahan dan kesedihan.Dia menatap Tiffany, mengucapkan beberapa patah kata dengan susah payah, "Biar anggota Keluarga Rimbawan yang menyelesaikan masalah sendiri. Orang luar nggak perlu ikut campur.""Kakakku memang koma, tapi aku bisa merawatnya sendiri. Kalian nggak perlu repot-repot, apalagi soal pernikahan untuk membawa keberuntungan. Aku nggak mau dengar omong kosong seperti itu lagi."Setelah berkata demikian, dia menoleh dan menatap Miska dengan tatapan dingin. "Aku sudah bilang, aku nggak akan membiarkanmu bertemu kakakku lagi. Aku selalu menepati perkataanku."Sesudahnya, Jayla pergi tanpa menoleh sedikit pun.Tiffany mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Menghadapi tatapan tegas dan sikap Jayla yang begitu keras, dia seketik
Genta berkemudi dengan sangat cepat. Tak lama kemudian, mereka sudah sampai di Rumah Sakit Pusat Kota Zimbab. Begitu mobil berhenti, Tiffany langsung menarik tangan Miska dan bergegas masuk.Kamar rawat yang Jayla siapkan untuk Xavier berada di lantai paling atas. Meskipun Jayla cukup menyebalkan, harus diakui bahwa dia yang paling peduli dan menyayangi Xavier di Keluarga Rimbawan.Tentu saja, jika nanti Miska menikah dengan Xavier, orang yang paling peduli pada Xavier akan berganti menjadi Miska.Saat Tiffany menarik Miska ke lantai atas, Jayla sedang berdiri di lorong, berbicara dengan dokter utama yang menangani Xavier. Saat berbicara, Jayla terus-menerus menyeka air matanya.Dari kejauhan, Tiffany sudah bisa melihat mata Jayla yang merah. Amarah yang selama ini menggelegak di dadanya karena Jayla telah mengusir Miska sontak berkurang setengahnya.Bagaimanapun, Jayla jauh lebih baik daripada para anggota Keluarga Rimbawan yang hanya peduli pada uang."Kamu datang ke sini untuk apa?"
"Bisakah kamu membantuku?" tanya Miska.Tiffany langsung tertegun karena semua yang dikatakan Miska benar-benar di luar kendalinya. Dia menggigit bibirnya, lalu bertanya, "Jadi, kamu tetap bersikeras ingin menikah dengan Xavier?"Miska menganggukkan kepalanya dengan serius. "Ya. Benar-benar dia yang melamarku dulu, bukan aku yang memaksanya. Aku sudah mempersiapkan diri. Kalau dia nggak sadar selamanya, aku tetap akan menemaninya. Dulu, aku hanya bisa melihatnya dari jauh, sekarang aku akhirnya bisa mendekatinya. Meskipun dia koma, aku juga nggak ingin melewatkan kesempatan ini."Setelah mengatakan itu, Miska bahkan sengaja mengeluarkan ponselnya dan memutar sebuah rekaman yang berisi suaranya dan Xavier."Kak Xavier! Aku senang sekali! Aku ... boleh nggak rekam omonganmu tadi?""Boleh. Aku langsung bilang ya?""Iya ....""Oke.""Miska, hari ini aku, Xavier, melamarmu. Aku harap kamu mau menikah denganku, menemaniku melewati sisa hidupku. Apa kamu bersedia?""Aku bersedia! Aku bersedia
Setelah terdiam beberapa saat, Miska yang berada di ujung telepon berkata, "Apa ... yang sebenarnya terjadi padaku dan Xavier?""Kalian benar-benar bertunangan?" tanya Tiffany yang mengungkapkan keraguannya selama ini setelah menarik napas dalam-dalam.Meskipun Miska mengaku sebagai tunangan Xavier dan Xavier juga berkata akan membawa tunangannya ke Kota Aven, Tiffany merasa sikap Miska sama sekali tidak seperti seorang tunangan. Seperti saat di bandara sebelumnya, Miska juga tidak berniat untuk membantah saat menghadapi hinaan Jayla. Sekarang Jayla juga langsung mengusir Miska.Suara Miska terdengar lemah. "Aku .... Kami tentu saja ...."Tiffany menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan tenang, "Miska, kamu harus jujur padaku, aku baru bisa membantumu. Kalau aku tahu kamu berbohong padaku, aku nggak akan membantumu."Setelah terdiam cukup lama, Miska akhirnya menghela napas. "Kak Tiffany, kamu di mana? Aku akan pergi menemuimu."....Di kafe di lantai bawah hotel.Miska duduk di
Meskipun ikan rebus adalah makanan yang disukai Tiffany, dia tidak mungkin membiarkan Sean hanya menontonnya makan."Nggak apa-apa."Sean mengelus kepala Tiffany dengan lembut, lalu memesan makanan yang sesuai dengan selera Tiffany dan bertanya, "Apa ada hidangan kecil yang nggak pedas di restoranmu?"Pelayan itu tertegun sejenak, lalu segera menganggukkan kepala. "Ada ....""Kalau begitu, berikan aku satu piring nasi dan hidangan kecil yang nggak pedas ini saja."Setelah mengatakan itu, Sean tersenyum dan menyerahkan menu itu ke pelayan. "Tolong cepat, istriku sangat lapar."Pelayan itu sudah tahu Sean tidak bisa makan makanan pedas dari percakapan Tiffany tadi, sehingga dia merasa terharu. "Nyonya ini benar-benar sangat beruntung."Istrinya suka makan makanan pedas, sehingga suaminya rela hanya makan nasi putih dan sayuran asin.Sean tersenyum dan melambaikan tangannya. "Cepat pergi. Kalau nanti istriku berubah pikiran, kalian nggak akan bisa mendapat uangku lagi."Begitu Sean selesa
Mata Tiffany langsung membelalak dan meletakkan ponselnya dengan penuh semangat, lalu menatap Sean dan bertanya, "Benarkah? Apa yang terjadi?"Sean menarik napas dalam-dalam, lalu menggenggam tangan Tiffany dan menceritakan semua yang tadi dikatakan Venus.Tiffany pun mengernyitkan alisnya. "Kenapa kamu tahu orang itu hanya samaran dan bukan ayahmu sendiri?"Sean tersenyum dan berkata dengan tenang, "Karena cara berjalannya. Saat tadi melihat punggungku, Nyonya Venus bilang cara berjalanku tergesa-gesa sama seperti ayahku. Tapi, saat ayahku berusia puluhan tahun, kaki kirinya sebenarnya pernah terluka dan cara jalannya pun jadi pincang. Untuk menutupi kekurangannya, dia selalu berjalan dengan sangat pelan.""Tapi, meskipun jalannya sangat pelan, tetap bisa terlihat pincangnya kalau diperhatikan baik-baik. Jadi, ayahku nggak mungkin berjalan dengan tergesa-gesa."Mendengar penjelasan itu, Tiffany menatap Sean dengan kaget. Ini pertama kalinya dia mendengar Sean menceritakan detail tenta