LOGINHaii kesayangan otor di manapun berada. Mohon maaf sebelumnya tidak update selama beberapa hari. Otor lagi kurang sehat, jadi baru sempat update lagi. Terima kasih sudah setia menunggu. Selamat membaca. Jangan lupa komen sebanyak mungkin, apa bila kalian suka ceriatanya. Sehat-sehat kalian di sana, sekarang musim hujan. Jangan lupa makan yang banyak dan minum vitamin. Lvvv ❤️❤️
Kedua keluarga terkejut dengan sikap tegas Celyna.“Celyna, jaga bicaramu.” Maura akhirnya berbicara.Kaizen mencoba meraih tangan Celyna, tetapi Celyna menepisnya. “Jaga sikapmu. Selagi aku masih menghormati keluarga Kendrick, terutama Nenek.” Celyna menatap ke arah Nenek yang sendu.“Celyna, kita belum resmi bercerai. Aku masih sumimu,” kata Kaizen.Celyna tidak memedulikan ucap Kaizen. Maura akhirnya berbicara, untuk memecah kecanggungan.“Maafkan sikap putriku yang keras kepala ini. Dia masih terguncang, mari silakan duduk.”Sophia menahan napas, ia mencoba tenang. Demi menjaga martabatnya di mata ibu mertuanya, Celyna menghampiri Nenek yang kini sudah duduk di kursi. Celyna bersimpuh, meraih tangan nenek.“Maaf sudah membuat Nenek cemas.”Nenek menggelengkan kepala pelan, menyentuh wajahnya penuh kasih.“Yang penting kamu baik-baik saja. Itu sudah cukup.”Nenek begitu pengertian, berbeda, tidak seperti keluarganya. Caelan memandang Celyna, penuh kerinduan. Sophia dan Maura menang
Maura mengatupkan bibirnya.“Aku tidak akan sepertimu, meninggalkan Nenek tanpa perasaan." Celyna menghela napas. "Siksa aku, hancurkan kembali mentalku. Sampai kapan pun aku tidak akan tunduk pada kalian. Aku akan tetap bercerai dengan Kaizen. Hidupku, milikku, bukan milik kalian.”Maura menghela napas. “Aku malas berdebat denganmu. Jika kau tidak mau makan terserah, nanti mag mu kambuh.”Celyna tersenyum miring. “Sejak kapan Mama peduli pada hal sepele.” Celyna menatap tajam mata ibunya. “Aku tidak memiliki tenaga untuk berdebat dengan kalian. Jadi, keluar dari kamarku sekarang juga.”Maura akhirnya keluar, tetapi Bibi tidak langsung pergi.“Non, tolong dimakan. Kalau Non Celyna tidak makan, nanti sakit. Bibi tahu ini berat untuk Non Celyna, tetapi Non harus bertahan. Setidaknya Non minum, jangan menyiksa diri seperti ini. Makanan tidak salah.”Bibi keluar dari kamar Celyna. Setelah itu kepergian mereka, Celyna menghela napas. Ia melihat makanan di atas meja, air matanya menetes. I
“Habisi dia, Kaizen!” bisik Safira membuat Kaizen membelalak dan mendorong pelan Safira.“Apa kau sudah gila?”Safira merengek dan menangis. “Hanya itu yang dapat membuat kita bersama Kaizen. Kita tidak perlu turun tangan, hanya perlu membayar pembunuh bayaran. Setelah itu kita bisa bersama, apa kamu tidak ingin bersama denganku?”Kaizen meneguk salivanya. “Aku ingin bersamamu, tapi tidak seperti ini. Jika Davis tahu---““Dia tidak akan tahu. Kita bisa membuatnya seolah mengalami kecelakaan.”Kaizen menggeleng pelan, dia pergi menjauh dari Safira. Seperti ketakutan. “Aku tidak ingin terlibat dalam pembunuhan. Tidak mau ... pasti ada cara lain.”Kaizen berlari menuju lantai atas. Safira menatap Kaizen yang berlalu, lalu meneguk minuman yang tersisa di gelas yang belum lama ini digunakan oleh Kaizen. Senyuman samar tercipta di wajahnya.***Dua hari berlalu, Celyna masih terkurung di dalam kamarnya. Ia menolak makan dan minum, Adinda melihat kamar kakaknya. Matanya berkaca-kaca, sementa
PLAK!Untuk pertama kalinya Celyna mendapatkan tamparan dari Davis. Ada raut puas di wajah Diyah. Sementara Maura menahan napas.“Hanya aku yang berhak menentukan masa depanmu. Jika berani bercerai, aku akan membuat nenekmu---““Lakukan!” tantang Celyna matanya berbinar.Mereka hampir tidak pernah berbicara. Sekalinya suara keluar dari mulut Davis, hanyalah ancaman yang harus Celyna terima.“Jika sampai terjadi sesuatu pada Nenek. Kamu akan menyesal, PAPA!”“Dasar anak tidak tahu diri. Masih beruntung kamu lahir ke dunia ini, sebagai keluarga Diwangkara.” Diyah berdiri menunjuk Celyna.Celyna melotot. Ia tidak ingin lagi ditindas dan ketakutan seperti di masa lalu. Diyah membelalak melihat amarah di wajah Celyna.“Jika aku bisa meminta kepada Tuhan, maka aku akan meminta untuk tidak dilahirkan di keluarga Diwangkara.” Suara Celyna lantang dan tegas. “Jika sampai kau menyentuh Nenek, aku pastikan semua dunia tahu kalau kau ayah yang paling buruk di dunia ini. Dan tidak pantas memimpin
Celyna yang sudah duduk di hadapannya membelalak.“Berlibur katamu. Tidak Cae, aku harus segera mengurus perceraianku dengan Kaizen. Aku akan menghadapi media.”“Wanita itu masih ada di rumah kalian.”“Aku tidak peduli. Yang aku herankan sampai hari ini dia tidak takut dengan kariernya, padahal ia seorang pelukis terkenal.”Caelan hanya menatapnya dan tidak memberikan komentar.“Kenapa, aku selalu merasa kamu selalu menyembunyikan sesuatu dariku.”“Itu yang kamu rasakan?”Caelan memakan rujak buahnya, ia tidak mengatakan apapun. Hal itu membuat Celyna kembali bertanya-tanya.“Kamu tidak ingin memberitahuku?” Celyna menatapnya semakin dalam.“Rujaknya sangat enak, kamu pasti suka.” Caelan mengalihkan pembicaraan.Celyna menghela napas, ia memakan rujak. Rujak itu memang sangat enak, dapat menenangkan sakit kepalanya. Caelan tersenyum.“Benarkan, kamu akan menyukainya.”Celyna hanya menatap dan mencocol kembali mangga dan jamu ke gulanya, pedas, manis dan sedikit asin bercampur menjadi
Keduanya saling memeluk. “Aku juga, Cae.”Di seberang sana, Kaizen sedang berada di kediamannya. Ia duduk di sofa seraya menonton ulang kembali konferensi pers beberapa jam yang lalu. Kaizen menatap tabnya tersenyum, sementara Reyhan duduk di seberangnya.“Bagaimana menurutmu, aktingku sangat bagus bukan?”Reyhan memberikan dua jempolnya kepada Kaizen. Tidak lama, Safira muncul. Kaizen mengalihkan pandangan matanya melirik kepada Reyhan memberikan isyarat agar Reyhan pergi. Reyhan pun berdiri, tanpa berbicara dia membungkuk dan pergi.Reyhan dan Safira melakukan kontak mata, hanya sesaat. Sebelum akhirnya Safira naik pangkuan Kaizen.“Kamu yakin ingin berpisah denganku?”Kaizen menyentuh wajah Safira, tatapan matanya penuh dengan nafsu. Ia menciumnya dengan cepat, yang dibalas oleh Safira menggoyangkan pinggulnya di atas pangkuan Kaizen.“Aku tidak pernah mau berpisah denganmu, Kaizen. Aku rela menjadi istri keduamu,” ucap Safira usai melepaskan ciuman panasnya.Jemari tangan Kaizen m







