LOGINSetelah dua tahun menikah, Celyna tidak pernah sekalipun disentuh oleh sang suami. Pria yang kini menjadi pendamping hidupnya selalu memandangnya dengan tatapan jijik dan penuh benci. Sementara itu, keluarganya terus menekan dirinya karena belum juga hamil. Hingga suatu malam, Celyna mendapati pengkhianatan terbesar dalam pernikahannya—suaminya telah lama berselingkuh. Celyna yang sakit hati, malam itu pergi ke bar. Karena marah, malam itu, ia menghabiskan malam panas dengan pria terlarang. Pria itu, Caelan Raiden Kendrick, adik iparnya sendiri. Follow IG : Caramelly_lp
View MoreLingerie tipis warna hitam itu mengintip dari jubah satin yang membungkus tubuhnya, memperlihatkan siluet indah tubuhnya.
Celyna menatap pantulan dirinya di cermin dengan senyum getir. Ibunya datang jauh-jauh hanya untuk mendadaninya seperti ini, sekaligus memberikan ceramah panjang soal menggoda suami seakan-akan Celyna adalah istri bodoh yang tidak bisa hamil meski sudah dua tahun menikah.
Yang benar saja, yang jadi masalah bukan Celyna. Melainkan–
“Kamu pikir kamu bisa membuatku mau menyentuhmu dengan berpenampilan begitu?”
Celyna terkesiap. Sontak, ia berbalik dan mendapati Kaizen sedang menatapnya dengan wajah merah. Bukan tersipu melihat kulit polos Celyna mengintip di balik jubah malamnya, melainkan karena marah.
Buru-buru Celyna merapatkan pakaiannya.
“Bukan itu maksudku. Aku baru saja ingin mengganti pakaian,” bela Celyna. “Tadi Ibu datang, lalu beliau–”
Kaizen mengibaskan tangannya, menyuruh Celyna diam. Pria itu melonggarkan dasi lalu membuka kancing kemejanya. Ia sama sekali tidak melihat ke arah Celyna lagi, seakan-akan wanita itu tidak ada di sana.
“Kai.” Setelah beberapa saat berdiri dengan kikuk, Celyna berkata. “Tadi Ibu titip salam. Maaf tidak bisa tinggal lebih lama–”
“Ck. Toh kalaupun dia bertemu denganku, dia hanya akan membahas soal anak lagi.” Kaizen memotong Celyna dengan dingin. Ia mendengus. “Mendesakku untuk menghamilimu. Kenapa? Apa belum cukup sokongan dana dari perusahaan untuk ayahmu?”
Celyna menggigit bibirnya, tidak bisa membalas. Karena memang setiap kali berkunjung ataupun mengobrol di telepon, ibu Celyna akan menanyakan apakah Celyna sudah hamil atau belum. Keberadaan anak akan mengokohkan ikatan pernikahan bisnis antara keluarga Kaizen dan Celyna–dan memang itulah yang diharapkan oleh keluarga Celyna.
Bagi mereka, tidak cukup “menjual” Celyna sebagai istri Kaizen saja. Mereka butuh jaminan lain.
Celyna sendiri pusing. Ia tidak ingin meminta anak, tapi ia jengah mendapatkan tudingan-tudingan dari keluarga dan kalangan elit atas kehamilannya yang tidak kunjung datang.
Apalagi karena keberadaan wanita itu….
“Jadilah istri yang lebih berguna. Pokoknya aku tidak mau mendengar masalah anak lagi,” tandas Kaizen.
Celyna mendongak, menatap sang suami. “Tapi, Kai. Bukankah ini waktu yang tepat untuk mencobanya? Kita sudah cukup lama menikah, tapi–”
“Kalau memang kamu ingin hamil, tidur saja dengan pria lain! Jangan terus-terusan mendesakku!”
Sontak, hati Celyna merasa seperti diremas mendengar kalimat itu dari mulut suaminya sendiri. Ucapan itu terdengar tajam penuh kebencian.
“Kamu gila?” Celyna berbisik lirih, meloloskan pertanyaan itu.
Kaizen terkekeh. "Lalu, kau berharap aku akan menyentuhmu malam ini? Jangan mimpi. Memang kapan aku pernah menunjukkan bahwa aku tertarik menidurimu?”
Kelopak mata Celyna bergetar hebat, tetapi ia berusaha untuk tetap tenang.
“Aku tahu, kita menikah tanpa cinta. Tapi aku adalah istri yang kamu nikahi secara sah di mata hukum.” Celyna berucap pelan. “Tapi kamu rela istrimu tidur dengan pria lain? Aku masih punya harga diri, Kaizen!”
Kaizen menatap Celyna dingin dan tajam. Ia tersenyum sinis, tatapannya seolah merendahkan Celyna.
“Jangan membuatku tertawa. Kamu kira selama menikah aku menganggapmu istriku?” cemooh Kaizen. “Lagipula, aku tidak peduli, kamu punya kekasih di luar sana, atau tidur dengan mereka. Terserah!”
Air mata yang selama ini dia tahan akhirnya tumpah. Hatinya terasa tercekik, dan seperti disayat-sayat oleh belati. Celyna tercekat menunduk.
“Menangis!? Menangis terus, dasar cengeng!” Kaizen mendengus. “Ah, sial. Kamu merusak suasana saja.”
Usai mengatakan itu, Kaizen keluar dari kamar. Suara pintu ditutup begitu keras.
Tubuh Celyna ambruk di lantai, dia meraba dadanya yang tidak hanya sekedar sesak. Air matanya semakin deras. Selama dua tahun Celyna bersabar menghadapi suaminya, yang tidak pernah luput dari ucapan kasar dan menyakitkan.
“Apa aku sehina itu di matamu—Kaizen?” lirihnya menunduk bersama air mata yang semakin deras.
***
Malam itu Celyna dan Kaizen datang ke kediaman Kendrick, untuk makan malam bersama. Hari ini adalah ulang tahun nenek. Nenek tidak ingin dirayakan secara mewah, tapi beliau tetap menginginkan anggota keluarganya berkumpul bersama.
Kaizen melangkah masuk ke rumah lebih dulu, tidak menunggui istrinya. Pria itu membiarkan Celyna berjalan perlahan di belakangnya usai mereka turun dari mobil.
Celyna tidak berkomentar. Wanita itu hanya menghela napas dan berusaha mengontrol dirinya.
Tiba-tiba Kaizen menghentikan langkah kakinya dia menoleh seraya memprotes.
“Lambat sekali!”
Celyna diam saja dan segera menyusul Kaizen.
“Ingat ucapanku kemarin,” bisik Kaizen. “Jangan sampai aku mendengar ibumu bertanya soal anak lagi kepadaku.”
Usai mengatakan itu, Kaizen membawa Celyna masuk ke ruang makan.
Di meja makan sudah ada mertua dan kedua orang tuanya, tatapan Celyna sempat bertemu dengan mata sang ibu yang dingin, sebelum akhirnya Celyna menyapa nenek.
“Kalian sudah datang,” sapa Nenek.
Kaizen tidak menjawab. Sedangkan Celyna memeluk nenek. “Nenek, selamat ulang tahun. Sehat selalu.”
Nenek tersenyum seraya memegang tangan Celyna. “Terima kasih, cucuku.”
“Ini hadiah dari kami,” kata Celyna.
Nenek tersenyum sangat bahagia. Ia mengambilnya. “Kamu memang paling mengerti aku yang tua ini.”
Sementara itu, ibu mertuanya memutar matanya, tidak senang.
“Ma, sudah waktunya makan malam.” Ibu mertua Celyna akhirnya angkat bicara.
“Tolong panggilkan Tuan muda untuk segera turun,” ucap Nenek kepada seorang pelayan.
Celyna yang mendengar itu, menatap nenek penasaran. Lalu teringat kalau di dalam rumah ini ada dua tuan muda. Satunya lagi tinggal di luar negeri dan jarang kembali ke Indonesia.
‘Sepertinya adik Kaizen sudah kembali.’
Tidak lama, kepala pelayan di rumah itu memberitahukan kedatangannya.
“Tuan muda sudah datang.”
Langkah kaki terdengar semakin dekat, di waktu yang sama Celyna menaikkan pandangannya. Dilihatnya sosok itu berjalan mendekat meja makan. Celyna tercekat, ia membelalak.
“Dia?” gumamnya pelan nyaris tidak terdengar.
Pria itu bernama Caelan Kendrick, tuan muda kedua di keluarga Kendrick. Adik dari Kaizen.
Sekaligus mantan kekasihnya di masa lalu.
“Kalian?”Suara Laras terdengar berat, Celyna menatap neneknya dengan mata yang mulai berembun. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan gemetar di suaranya.“Nenek…,” ucapnya pelan, “aku tidak ingin berbohong lagi. Iya, kami… kami memang sudah saling mengenal sejak di London.”Laras membeku. Sorot matanya perlahan meredup, seperti seseorang yang baru saja menyingkap tirai masa lalu dan menemukan sesuatu yang terlambat ia sadari.“Jadi,” bisiknya nyaris tak terdengar, “pria ini kekasihmu yang pernah ingin kamu kenalkan padaku di masa lalu?”“Ya, itu saya,” sela Caelan lembut. “Satu lagi, maaf karena saya menyamar sebagai Kaizen saat itu. Saya tidak bermaksud menipu Anda, atau siapa pun. Tapi saya ingin melihat Celyna tanpa tekanan, tanpa semua kebohongan yang mengelilingi hidupnya.”Ruangan itu mendadak hening. Celyna menunduk, air mata jatuh lagi.“Kenapa kalian tidak mengatakan ini sejak dulu?” suara Laras terdengar lirih, namun menusuk. “Kenapa harus sekarang, setelah semuanya
“Jadi benar dia di sana?” tanya Maura masih terkejut.“Ya,” jawab Davis pelan, sorot matanya memiliki makna tersembunyi. “Aku akan membawanya pulang bersama dengan ibumu.”Maura menggeleng pelan. “Tapi kamu tidak perlu ke sana sekarang. Belum saatnya.”“Belum saatnya?” Davis menatap tajam. “Sudah berapa kali kamu bilang begitu, Maura? Sampai kapan kita akan diam, sementara semuanya diatur tanpa kendali? Ibumu di sana, Celyna juga, dan kamu hanya bilang belum waktunya?”Maura menghela napas panjang. “Kamu tahu sendiri keadaan sekarang sedang rumit. Aku tidak ingin kalau kehadiranmu justru membuat keadaan tambah kacau. Ibu sedang tidak sehat, dan aku yakin Celyna pun belum siap bertemu.”Davis tersenyum miring. “Sejak kapan kamu peduli pada ibu dan anakmu, Maura?”Ucapan Davis menusuk hati Maura, membungkam mulutnya. Davis yang berdiri, tangannya mengepal erat.“Jika ibumu ada di sini, maka Celyna akan mengikutinya. Maura sadarlah, bukankah itu keinginan kita. Apa kamu sudah lupa? Denga
Celyna terpaku. Kata-kata neneknya menggema di kepalanya, membuat napasnya tercekat. “Aku sudah tahu semuanya…” kalimat itu terus berulang seperti gema yang tidak mau berhenti. Bersama detak jantungnya terus berpacu cukup kuat.“Nenek, maksud Nenek apa?” suara Celyna parau. Ia menggenggam tangan neneknya lebih erat, seolah takut kehilangan sesuatu yang tidak bisa ia pahami. Walaupun Celyna sudah mulai menebak kemana arahnya.Laras menghela napas panjang, matanya masih menatap keluar rumah sakit. Namun, sorot matanya merah seolah menahan tangis. “Celyna, kamu tidak perlu berpura-pura bahagia hanya untuk membuatku tenang. Aku sudah tahu, pernikahanmu dengan Kaizen telah berakhir. Aku juga tahu siapa yang kini bersamamu.”Tubuh Celyna menegang. Matanya membulat, dan seketika jantungnya berdetak semakin tak beraturan. Tubuhnya mendadak lemas. Hampir saja, napasnya seakan berhenti bersama dunia yang membeku.Mata Celyna memerah, menahan air mata.“Bagaimana Nenek tahu?” ucapnya lirih. “Ti
Celyba tertegun, di bawah langit yang penuh bintang, di antara suara ombak yang datang dan pergi seperti. Celyna menarik napas pelan. Celyna memutar matanya menatap laut dan langit secara bergantian, matanya mulai basah. Namun, apa yang dirasakan Caelan sama dengannya. Ia juga sudah lama tidak sebahagia ini.“Cae…” suaranya lirih, hampir tenggelam dalam angin.Caelan yang duduk di sebelahnya, terus menatap wajah perempuan yang selalu dicintai, dirindukan olehnya. Perempuan yang selalu berusaha kuat, walaupun hati kecilnya terkadang rapuh.“Aku ingin kamu bahagia,” ucap Celyna tiba-tiba, suaranya bergetar, “Aku tidak ingin kamu menderita lagi karenaku. Aku ingin melihat kamu bahagia, tanpa dendam.”Caelan menatapnya lama, ia tidak langsung menjawab. Tapi ketika satu tetes air mata jatuh di pipi Celyna, ia segera menggenggam tangannya erat.“Jangan bicara begitu,” katanya pelan.Namun Celyna menggeleng, menatapnya dengan mata lembap yang menyimpan terlalu banyak luka dan cinta yang men
Pagi itu, suasana di ruang makan keluarga Diwangkara tampak sepi. Davis duduk seraya menatap tab di tangannya scroll berita tentangnya, dan berita tentang Celyna sudah tenggelam. Sementara Maura baru saja menaruh cangkir teh di hadapannya. Setelah Davis meletakan tab di meja sebelahnya, ia menatap istrinya.“Bagaimana dengan ibumu, apa dia sudah setuju?”“Tidak,” jawab Maura singkat.“Maura, aku sudah bilang. Lebih baik ibumu dibawa ke sini,” suara Davis tenang tapi tajam. “Aku ingin memastikan semuanya terkendali. Termasuk Celyna.”Maura menatapnya tanpa ekspresi. “Davis, dia lebih nyaman di sana. Dokternya tahu kondisinya. Ia sudah tahu mengenai perceraian Celyna, ia sudah cukup terguncang. Membawa Ibu ke sini hanya akan membuat kondisinya semakin buruk.”“Aku tidak peduli,” sahut Davis cepat. “Justru itu tujuanku, aku ingin memastikan dia tidak berbuat macam-macam. Kalau neneknya di sini, dia tidak akan sebebas itu. Dia tidak akan menentangku lagi.”Maura mendesah, menunduk. “Kamu
Celyna menatap wajah Caelan lama, seolah mencari sesuatu di matanya. Ia bisa melihat dengan jelas, ada keyakinan atau mungkin keberanian yang belum sepenuhnya ia punya. Tapi bibirnya hanya bergerak pelan tanpa suara.Ia tahu, tidak ada janji yang mudah kali ini. Di balik setiap kata ‘bersama’ yang diucapkan Caelan, ada risiko yang bisa mengubah segalanya. Celyna menunduk, memejamkan mata, menahan napas yang terasa sesak. Ia tidak ingin Davis menggunakan kelemahan Caelan untuk menjadikan dirinya sebagai alat transaksi.Ia tahu Davis sangat serakah. Celyna bahkan baru tahu baru-baru ini kalau keluarga Diwangkara dan Kendrick begitu






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments