Share

Wanita Jalang

Author: Najma A
last update Last Updated: 2024-01-29 12:14:42

Sonia berjalan mondar-mandir dengan bibir merahnya yang ia gigit. Wajahnya seperti menahan sesuatu. Sesekali kakinya ia hentakkan ke lantai.

 

“Setan apa yang merasuki keponakanku, sampai dia mengatakan hal seperti tadi?” tanyanya geram.

 

“Safir, awas saja wanita jalang itu, nggak akan aku biarkan hidup bahagia di sini.”

 

Sonia mengambil ponselnya di atas nakas, tangannya bergulir mencari kontak seseorang. Dengan cepat, ia menekan tombol Calling, hingga terdengar suara dari seberang.

 

“Cepet ke kamar Ibu!” titahnya. Ternyata Sonia menelpon anaknya sendiri. Ia terlalu malas untuk memanggil langsung ke kamar putrinya yang berada di lantai dua paling ujung itu.

 

“Apa sih Bu? Aku udah ngantuk ini, mau tidur,” keluh Emira yang sudah memakai piyama tidurnya. Wajahnya putih seperti tepung karena masker wajah yang ia kenakan.

“Kei mengusir Ibu.”

 

“Hah? Mas Kei, ngusir Ibu? Gimana bisa?” Emira memelototkan matanya. 

 

“Gara-gara jalang itu. Dia pasti ngadu sama Kei.”

 

“Astaga Bu, kita nggak bisa biarin dia terus di sini.”

 

“Kamu bener, kita harus buat rencana agar dia minggat. Kamu bilang, dia hamil anak El?”

 

“Iya, aku dengar percakapan dia sama Mas Kei. Pasti, itu alasan Mas Kei menikahinya.”

 

“Ck, dasar murahan. Kita singkirkan aja kandungannya, gimana?”

 

“Gimana caranya Bu?”

 

Sonia menyeringai, tentu sangat mudah untuk menghilangkan janin yang ada di rahim Safir. Bahkan ide berlian itu sudah terbesit dalam benaknya saat ini. 

 

Di tempat lain. Seorang pria dengan jaket hitam dan wajah datarnya berjalan ke arah ruangan kerjanya. Sesekali, ia memijat pelipisnya pelan dan langsung mendudukkan diri di kursi kebanggaan bagi sebagian orang sepertinya. Karena dirinya merasa biasa saja jika duduk disana.

 

Ia membaca beberapa dokumen, lantas tangannya mencoret-coretnya. Kembali  beralih ke dokumen lain dan melakukan hal yang sama.

 

Tidak lama, seorang pria berjas hitam dengan rambut gaya udercut masuk ke ruangannya. Wajahnya telihat kuyu, namun garis wajahnya menujukkan bahwa ia tengah memikirkan sesuatu yang berat.

 

“Sean di bunuh, tapi seolah-olah dibuat bunuh diri.”

 

“Sudah aku duga.” Kei menyandarkan punggungnya. Ia lelah dengan semua kerumitan ini, tapi mau tidak mau ia harus menuntaskan semuanya.

 

“Berkas-berkas itu, hilang tanpa jejak. Tapi, dari cctv yang ada, dua orang pria bertubuh besar mengambil alih dokumen itu dari Sean. Dan, kita kehilangan jejaknya.”

 

Habis sudah jalan terakhir untuk membongkar kejahatan dari salah satu kompetitor perusahaannya. Apalagi, musuhnya itu selalu melakukan banyak cara untuk menjatuhkan perusahaan Yamamoto Grup, milik keluraga Yamamoto, Kakeknya Kei.

 

Berkas penting itu, padahal ia dapatkan dengan susah payah dari salah satu perusahaan yang nasibnya sudah di ujung tanduk. Meminta batuan kepada Yamamoto Grup untuk menolong perusahaan mereka yang hampir gulung tikar, namun dengan syarat harus menyerahkan kartu As Alexander Grup. Tapi nyatanya, hal tersebut tidak berjalan lancar. Alexander Grup, memang sudah lama mengincar dokumen itu, namun tidak kunjung mendapatkannya. Hingga, mungkin saja rencana Kei terendus oleh orang-orang mereka dan akhirnya, orang kepercayaan Kei yang harus menanggung kehilangan nyawa.

 

“Aku yakin, berkasnya udah berpindah ke tangan Alexander grup,” lirih Kei. Ia menatap sekretaisnya yang tampak lesu walau berusaha untuk tetap berdiri tegak.

 

“Kamu udah makan malam Sam?” tanya Kei membuat pria yang bernama lengkap Samsuri itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia malu karena tertangkap basah dengan wajah yang telrihat sekali kelaparan. Bagaimana tidak, seharian ini ia menyelidiki seseorang sekaligus harus mengurus jenazah orang kepercayaannya.

 

“Sudah Pak,” balas Sam lirih. “Kemarin,” lanjutnya dengan jujur, membuat Kei menggelengkan kepala.

 

“Sebelum saya izinkan kamu pergi, gimana penyelidikan kamu tentang El?”

 

“Pak El sedang berada di Skotlandia Pak.”

 

“Sedang apa dia di sana?”

 

“Lagi menangani proyek terbaru dengan Alexander grup.” 

 

“Ya udah, kamu boleh pergi.”

 

Pukul dua belas malam, Kei kembali ke tempat kediamannya. Ruang keluarga sudah sepi, semua jendela pun sudah tertutup. Langkahnya pasti menuju kamar miliknya. Saat ia masuk ke dalam, tentu ia mendapati istrinya yang ternyata sudah tertidur tapi dalam posisi tengkurap di bantal. Rambut wanita itu acak-acakan.

 

“Ya, hanya sampai anak ini lahir,” ucap Kei lirih sambil membenarkan posisi kepala sang istri. Setelahnya, ia melepas jaket lalu memposisikan dirinya berbaring di samping wanita yang sebelumnya ia pun tidak pernah terpikirkan untuk mempersuntinnya. Apalagi, wanita itu telah ternoda, oleh saudaranya sendiri.

 

Sebelum subuh tiba, Safir sudah terbangun dari tidurnya. Ia mnengucek pelan matanya dan mendapati sang suami tertidur membelakanginya. Ia menatap punggung itu lama, lalu beralih kepada janin yang kini tumbuh di rahimnya. Air matanya mengalir deras.

 

“Gimana kalau kamu lahir? Siapa Bapakmu Nak?” tanyanya. “Bahkan warisan suamiku saat ini nggak akan pernah jatuh ke tanganmu.”

 

“Jadi, kamu pengen anak itu dapat warisan dariku?” suara berat dan serak itu terdengar. Safir berjengit sesaat.

 

“E-e bukan itu maksudku Mas. Aku hanya—“

 

“Nggak usah naif, semua manusia cinta harta, apalagi wanita sepertimu.”

 

“Mas, jangan samakan aku dengan Tantemu.” Nada suara Safir terdengar tidak terima dengan tuduhan Kei.

 

“Kamu ada masalah apa dengan Tanteku tadi malam?” Tanpa menanggapi perkataan Safir, Kei justru bertanya.

 

“Dia menghinaku.”

 

“Lawan.”

 

"E-eh?"

 

Safir terdiam, ia tidak menyangka jawaban itu keluar dari mulut Kei. Ia kira, suaminya akan memarahi dan membela Tantenya yang bermulut pedas dan gila harta itu.

 

“Kamu nggak marah Mas?”

 

“Untuk apa?”

 

“Aku udah membuat Tantenmu marah-marah.”

“Aku hanya bakal marah, kalau kamu gugurin kandunganmu.”

 

Kei berbalik, netranya menatap Safir dengan tajam, membuat si empu yang ditatap segera membuang wajah. Ia selalu merasa terintimidasi ketika Kei menatapnya begitu. Dengan cepat, ia beranjak dan langsung ke kamar mandi untuk berwudhu. 

 

Ketika basuhan air suci itu sampai ke wajahnya, ia kembali mengingat kejadian malam itu bersama El. Air matanya kembali jatuh, sungguh ia telah menjadi wanita bodoh sampai kapanpun. Menggadaikan ketaatan pada Tuhan untuk menuruti nafsu pria bejat model Elan. Wajarlah, jika Kei pun memandang rendah dirinya. Ya, wanita murahan itulah julukan yang cocok bagi dirinya. 

 

Meja makan itu penuh dengan menu sarapan berbagai jenis roti dan selai yang bervariasi. Tertata begitu rapi bersama deretan gelas susu baik yang putih maupun yang cokelat. Safir sebenarnya tidak ingin satu meja lagi bersama Tante Kei dan anak-anaknya tapi Kei menyuruhnya untuk ikut sarapan bersama.

 

“Apa ada kabar dari El Kei?” tanya Sonia sambil tangannya mengambil seiris roti tawar lalu menabur selai keju di atasnya.

 

“Dia lagi di Skotlandia.”

 

“Benarkah kamu ingin menjual lagi salah satu cabang Yamamoto Grup Kei?”

 

Kei yang sedang menikmati rotinya mendongak menatap Sonia. Ia paling tidak suka membicarakan bisnis di meja makan. Menurutnya, hanya mengganggu rasa dan suasana. Mendadak ia mual.

 

“Nanti kita bicarakan Tante.” 

 

Kei memang menempatkan posisi Sonia di perusahaan sebagai salah satu petinggi di divisi Personalia. Sehingga, tantenya itu selalu ingin tahu perkembangan hubungan antar Yamamoto Grup dengan perusahaan lain atau keadaan cabang-cabang perusahaan Yamamoto yang selama satu dekade, sudah dua yang lepas. Dan, itu ulah dirinya. Betapa murkanya sang Kakek waktu itu saat mengetahui dirinya telah merugikan banyak pihak. Bukan karena apa, Kei melakukan itu tentu ada alasannya.

 

“Kamu belum berangkat ke kantor Mas?” tanya Safir karena setelah sarapan, Kei justru kembali ke kamar.

 

“Jadwal cek kandunganmu kapan?”

 

“Hari ini Mas.”

 

“Siap-siaplah, aku antar.”

 

“Aku bisa sendiri Mas.” 

 

Kei yang tadi menghadap ke kaca lemari berbalik, lalu menatap tajam wanita yang kini tengah menatap ke arahnya juga. “Percayalah, aku nggak bakal hilangin dia,” ucap Safir dan melihat ke arah perutnya. Sebenarnya, ia menolak tawaran Kei karena ingin berkunjung lebih dulu ke rumah temannya yang entah dengan alasan apa, Kei tidak menyukai Fika saat mereka bertemu di acara pernikahan.

Kei berjalan mendekat, membuat Safir memundurkan langkahnya. “Tolong, pakaiakan ini,” katanya sambil menjulukan dasi pada sang istri. 

 

Safir dibuat terkejut, ia kira Kei bakal marah atau memukulnya, ternyata tidak. Hanya meminta tolong memakaikan dasi. “Sudah berapa lama kamu kerja di perusahaan Mas? Masa makai dasi aja nggak bisa.”

 

“Jangan bawel.”

 

“Aku sendiri aja ya Mas.”

 

“Nggak terima bantahan apapun.”

 

“Mas Kei!”

 

“Kenapa? Kamu mau menemui seseorang?”

Safir menghentikan kegiatannya melilit dasi, karena mendadak kesal, ia menarik kasar hingga Kei mengerang karena tercekik. “Kamu mau coba bunuh aku?” sindir Kei tajam.

 

“Aku nggak sengaja, tadi reflek.”

 

Kei menyentl pelan dahi istrinya. “Reflek.” 

Safir hanya mengaduh, lalu mendelik menatap suaminya, tapi ekspresi datar Kei mampu membuatnya hanya diam tak membalas lagi. Sepertinya, jika dilanjut akan panjang urusannya.

 

Rencana bertemu Fika akhirnya gagal. Kei menemani Safir hingga ke rumah sakit untuk chek up kondisi kandungan istrinya yang sudah menginjak dua minggu.

 

“Ada keluhan lain Bu?” tanya dokter saat Safir hanya mengatakan dirinya sering mual di pagi hari. Dan ia sangat benci rasanya melihat nasi yang tersaji di piring. Entah karena makan bersama tante Sonia, atau pengaruh dari janinnya. Tapi, mendengar pernyataan dokter bahwa hal itu adalah salah satu bagian dari syndrom ibu hamil, akhirnya ia hanya bisa pasrah.

 

“Nggak ada dok,” ucapnya. Beda dengan Kei yang sedari tadi terdiam, akhirnya membuka suara.

 

“Udah dua malam dia gelisah terus Dok. Miring kiri, miring kana, terletang dan segala macamnya, sampai saya nggak bisa tidur.”

Safir terlonjak di tempatnya, benarkah dirinya demikian? Tapi, memang ia merasakan juga tidurnya kurang nyaman. 

 

Dokter dengan jambang tidak terlalu lebat itu tersenyum simpul. “Tandanya pengen di belai anaknya Pak.”

 

Safir melotot, sepertinya diagnosa dokter salah. Siapa yang ingin di belai? Anaknya? Oleh siapa? Kei?

 

Kei mengangguk paham dengan wajah biasa aja. “Baik Dok.”

 

Jangan lupa berlangganan ceritanya yaa, komen2 juga hihi

Oh ya pembaca Hijrah Cinta Bryan, cek bab baru tuh, udh aku up

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Akhir

    Negeri Jiran menjadi tempat yang kini dipilih oleh Kei dan juga Safir untuk melanjutkan hidup. Keduanya memilih meninggalkan segala kenangat pahit, walau ada juga diselingi kenangan indah disana, namun semuanya hanya ingin mereka kenang dan berharap tidak akan terulang lagi selamanya.Sejarah memang selalu terulang, tapi harapan keduanya adalah mengulangi sejarah yang indah. Terutama untuk keluarga mereka. Kei memulai bisnisnya kembali dari nol, ia sekarang bekerja di sebuah perusahaan di Malaysia dan mendapat posisi sebagai menejer.Safir juga hidup layak disebuah rumah yang tidak semewah rumah Kei terdahulu, namun ia merasa tenang dan tentram tanpa gangguan siapapun. Bahkan, kini ia sudah memiliki seorang putra yang tampan, mirip sekali dengan suaminya, Keiji. Putranya ia beri nama Anggara Putra Keiji. Nama yang juga sangat disukai suaminya.“Pekan depan Elan mau berkunjung ke rumah kita, katanya mau lihat keponakannya, gimana menurutmu sayang? apa aku n

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Keluarga

    “Insyaa allah, Evan kuat Mas, dia pasti akan bertahan untuk berbaikan sama kamu lagi, kembali seperti dulu,” ujar Safir lembut ia duduk tepat disamping suaminya yang menutup wajahnya dengan tangan dan sikunya yang terpangku dikedua lututnya. Ini bukan kali pertama Kei merasa kehilangan, setelah Ayah, kemudian disusul Ibunya dan kini adiknya.Ia kira dengan mengikuti semua titah dari Kakeknya dan dengan berkuasanya ia di dalam perusahaan, kejadian seperti ini tidak akan terjadi lagi. Namun tetap saja, semua terjadi dan inilah takdir untuk keluarganya. Elan adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki.Aoshi berdiri tidak jauh dari dua orang suami istri itu. Ia menatap prihatin kearah Kei, ia juga turut sedih karena tindakan Elan yang bebahaya dan membahayakan nyawa, ia bahkan tidak menduga pria bajingan itu akan memberikan nyawanya untuk melindungi Kei. Padahal, setahunya hubungan Elan dan Kei sedang tidak baik-baik saja.“Safir, dia keluar

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Terbunuh

    “Seorang Alexander tidak benar-benar mempercayaimu Edward, mereka akan membunuhmu perlahan. Seharusnya yang kau hancurkan adalah mereka,” ucap Elan berjalan mendekat ke arah Edward agar pria itu mengurunkan niatnya dan tidak buta karena ambisi pribadinya. Sementara pria dengan jas hitam dan bergaya rambut top knot itu terkekeh, bahkan meringis senang karena bisa mengubah posisi antara dirinya dan atasannya dimasa lampau. Dunia memang berputar, ia sudah percaya dari sejak lama pepatah itu, hanya saja ia perlu sabar dan terus berusaha.“Apa kamu tahu Elan, kakakmu bukan hanya pembunuh berdarah dingin, tapi dia binatang yang tidak seharusnya hidup di dunia ini. Dia telah membunuh banyak orang dengan tangannya. Sekarang, apa kamu membelanya karena Alex sudah tidak percaya padamu lagi Elan?” sindir Edward dengan nada meremehkan. Matanya menyalang dengan kaca-kaca, ia merasakan betapa pahitnya kehidupannya selama ini dikejar-kejar rentenir, dikejar polisi pu

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Pelabuhan

    “Jadi, kamu benar mau menipuku Safir?” Edward menyeringai, dalam sedetik ia sudah menyudutkan Safir ke dinding dan menatapnya tajam.“Kenapa kamu berubah pikiran hah? apa kini kamu sudah mencintai suamimu yang jahat itu? atau kini kamu sudah bermimpi untuk menguasai hartanya?” geram Edward. Tangan pria itu merembet untuk mencekik Safir.Brak!Pintu besar yang terbuat dari kayu itu terbuka, Elan berada disana dan langsung mengeluarkan tinjunya kearah Edward.“Bos, kenapa kamu disini?” Edward terkejut.“Safir, pergilah.” Elan menatap Safir menyuruh wanita itu pergi. Sedangkan Safir yang masih terkejut menggeleng tidak percaya, bagaimana bisa Elan berada disini dan malah memihak padanya?“Safir! tunggu apa lagi, cepat bawa dokumen-dokumen itu dan pergi dari sini!” teriak Elan menggema diruangan kedap suara itu. Edward yang hendak menarik tangan Safir, tidak mampu karena Elan mendorongn

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Pertemuan Safir dan Edward

    "Kei kamu mau pergi?" Mata Sonia berkaca-kaca, tangannya mengelus lengan keponakannya yang selama ini telah menampungnya.Kei mengangguk, "iya, aku minta maaf jika selama ini, belum bisa menjadi anak yang baik bagimu. Belum bisa menjadi Kakak yang baik untuk Emira dan Nania."Sonia menatap lekat-lekat wajah Kei, tangannya kini menangkup wajah pria itu. Laki-laki kecil yang dulu pernah ia rawat setelah kepergian saudaranya. Kini ternyata sudah menjelma menjadi pria dewasa. Namun, kehidupannya tidak berjalan selalu mulus. Sonia sangat tahu, Kei selalu berurusan dengan dunia hitam yang tidak tahu kapan akan berakhir.Sedari awal, ia mendukung semua apapun yang dilakukan Kei. Selama dirinya bisa mendapat perlindungan dan tumpangan. Ia tidak ingin bernasib sama dengan Ayah maupun Ibu Kei yang menentang Kakeknya, Sugi Yamamoto. Ia ingin hidup kaya dan bahagia. Wajar, jika dirinya selama ini, sangat tidak suka dengan kedatangan Safir yang bisa jadi merebut harta yang selama ini ia idamkan da

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Saudara Sedarah

    Safir yang sudah terbebas dari Edward, menghela nafas lega. Bukti yang kini di tangannya ia apit kuat-kuat, jangan sampai ada yang mengambil, karena ia takut justru akan berakibat fatal nantinya.Baru saja keluar dari kantor polisi, saat ia hendak mencari taksi, tangannya ada yang mecekal tiba-tiba. Bahunya dipeluk dari belakang, sebuah lengan kekar, melingkar di lehernya. "Jangan banyak gerak, ikuti aja kemana aku membawamu.""Siapa kamu?!" sentak Safir, berusaha melepaskan diri. Namun, kungkingan pria itu terlalu kuat. Akhirnya dengan jantung berdegup, ia pasrah saja."Berani berteriak, aku akan memenggal lehermu disini," ancamnya. Safir mengangguk, mencari aman sementara, juga ia ingin tau siapa pria yang kini menyeretnya ke dalam mobil."Kamu..." Safir kehabisan kata. Pria itu, adalah pria bertopi coboi yang pernah menemuinya di atas balkon. Kei sudah menceritakan padanya, jika pria bermata tajam dan berkulit vampir itu bernama Aoshi, tema

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status