Share

Awas Kamu Safir!

Author: Najma A
last update Last Updated: 2024-01-29 12:15:42

Safir terus terngiang perkataan dokter tadi. Ia melirik ke arah sang suami yang masih fokus menyetir. Namun, kembali ke arah lain saat menyadari Kei menoleh ke arahnya.

 

“Kenapa?” tanya Kei.

 

Safir menggeleng. Ia tidak ingin membahas apapun dengan suaminya. Tiba-tiba ia merasa malu. Jangan sampai, anaknya meminta hal aneh-aneh dan membuat dirinya mati kutu di depan Kei.

 

“Ya Allah, ngiler aku ngeliat rujak.” Safir menggigit bibirnya begitu melewati deretan penjual di pingir jalan. Dan yang menjadi fokus perhatiannya adalah penjual rujak.

“Kenapa berhenti?” tanya Safir begitu Kei menghentikan laju kendaraannya.

“Kamu pengen rujak?”

 

“Hah? sejak kapan? Nggak.” Safir berkilah, ia membuang wajah ke samping. 

 

“Kamu mau ngajarin anakmu pinter bohong huh?” pertanyaan tajam dan pedas itu mengusik Safir, ia menoleh dengan cepat ke arah Kei. 

 

“Ibu mana yang tega ngajarin anaknya yang nggak baik?” sentaknya dengan suara naik satu oktaf. Kei mengerti, sang istri mendadak emosi.

 

“Aku cuma tanya tadi. Ya sudah, kalau kamu mau, beli aja rujaknya.”

Safir tetap menggeleng, ia sudah kelewat gengsi karena tadi sudah menolak. Kalau mengiyakan, sama saja menjilat ludah sendiri. Dan semakin membuat Kei mudah mengejeknya.

 

Kei yang kesal akhirnya keluar dari mobil dan dengan berlari-lari kecil, ia mendekati penjual rujak. Ia memesan dua porsi sekaligus. Setahunya, wanita hamil biasanya tidak puas jika hanya sedikit. Ia mendapat pengetahuan itu dari Sam yang terkadang bisa mengeluh karena proses ngidam istrinya yang aneh-aneh.

 

“Nerima ini nggak bakal menurunkan harga dirimu,” ucap Kei dingin seraya menyerahkan satu buah plastik berisi dua porsi rujak. 

“Kalau masih ngeh dengan harga diri, kenapa juga mau ngelayanin dia,” sindir Kei yang kelewat geram karena Safir begitu jual mahal dan tetap kekeh dengan pendiriannya.

Safir jelas tersindir, hatinya sakit mendengarnya. Tapi, ia berusaha untuk tidak terlihat lemah lagi di hadapan Kei.

 

“Kamu pasti ngeliat aku nggak lebih dari seonggok sampah ‘kan Mas?” tanya Safir dengan nada dingin. Matanya menatap lurus ke depan.

“Kalau kamu anggapnya gitu, ya berarti begitu.”

“Kamu kejam.”

 

“Kamu yang nebak-nebak duluan.”

 

“Ck, aku memang wanita hina. Nggak pantas di muliakan. Bahkan, hijab yang aku kenakan jauh sekali dari akhlak aku.”

 

Kei menghela nafas pelan, ternyata ia harus memiliki stok sabar untuk menghadapi emosional istri hamil yang mudah berubah. “Nggak ada hubungan hijab dengan akhlak. Hijab itu kewajiban kamu, akhlak lain lagi. Akhlak bisa nyusul nanti, karena perubahan itu nggak harus langsung sempurna ‘kan?”

Safir menoleh, mendapati tatapan mata Kei yang teduh. Dalam hati, ia menjadi bertanya-tanya, pria macam apa yang sebenarnya ia nikahi? Apakah diam-diam Kei adalah seorang ustadz? Tapi dari penampilannya lebih mirip seorang mafia. Jangan dikira, Kei itu wajahnya imut-imut seperti oppa korea. Walau keturunan Jepang, terlihat dari marga yang tertera di belakang namanya, tapi wajah pria itu begitu sangar. Matanya sipit, rahangnya tegas, garis wajahnya bercorak Eropa. Bulu-bulu jambang yang menghiasinya, membuatnya terlihat seperti pria-pria Turki yang maskulin dan keren.

 

Mata Safir beralih ke kresek yang terletak di atas Dashboard mobil. Sepertinya jika tidak ia rapatkan bibirnya, cairan saliva sudah menetes-netes dari ujung sana.

 

“E-em, ini bukan aku yang pengen. Tapi dia,” tunjuk Safir ke arah perutnya dengan tangan kanan. Tangan kirinya meriah kresek, lalu membukanya. Sekian detik, matanya berbinar. Kei hanya menggeleng melihat itu,

“Nak, kamu pasti nggak sabar ‘kan? Bentar ya,” ocehnya sendiri tanpa mempedulikan Kei yang meliriknya sambil menjalankan mobil.

Setelah kenyang dan sesuai perkiraan Kei, Safir menghabiskan semua rujaknya dan langsung tertidur pulas setelahnya. 

“Safir, bangun.” Kei menggoncang pelan lengan istrinya. Safir mengerjap pelan, ia melihat ke sekeliling, ternyata mobil sudah berada di halaman yang begitu luas tepat di depan rumah Kei.

 

“Maaf aku ketiduran,” ucap Safir sambil membetulkan kerudungnya. Lalu keluar dari dalam mobil. Ia tak melihat Kei melambaikan tangan atau apapun, laki-laki itu melenggang begitu saja.

 

Baru saja langkahnya sampai di ambang pintu yang besar itu. Seseorang sudah berkacak pinggang di sana. “Dari mana?” tanyanya. Emira pelakunya.

 

“Aku lebih tua dari kamu Em, sopan sedikit!” sindir Safir dan berjalan melalui Emira. Namun, bahunya tertarik, karena tangan gadis yang lebih muda umurnya dari Safir itu mencekalnya.

 

“Heh, ditanya malah nyelonong masuk. Dasar lonte!” 

 

“Ulangi?” Safir pura-pura tidak mendengar.

 

“Semakin berani ya kamu?!”

 

“Ngapain takut sama kamu. Siapa emang kamu huh? Benalu di hidup Kei ‘kan? Oh, tau nggak, kamu bakal di tendang dari rumah ini loh kalau berani macam-macam sama aku,” ancam Safir, sambil melepaskan cekalan tangan Emira. 

Lagi-lagi, ia hampir tersungkur karena kaki jenjang Emira menghalangi langkahnya. “Jangan pernah berharap, kamu bisa kuasain Mas Kei, ingat itu!” ancam Emira yang sebenarnya tidak berlaku bagi Safir. 

 

Ia melenggang pergi, malas berdebat dengan wanita gila harta itu. Tak lama, ia mendengar deru mesin mobil. Saat, sudah dikamar, Safir mengintip siapa yang datang. Ternyata seorang laki-laki. Dari interaksi mereka, ia sudah bisa menyimpulkan bahwa pria asing itu adalah pacar Emira. Tapi tunggu, itu bukannya Edward?

 

Edward, satu kampung dengan Safir dan laki-laki itu pula yang mengenalkannya dengan pria bernama Elan Yamamoto. Bagaimana bisa, Edward ternyata pacar Emira? Jika mengingat hidupnya ke belakang, ia merasa semuanya ulah Edward sehingga ia bisa terjatuh pada lubang kelam hari itu.

“Hallo Fika, siang ini bisa kah kita ketemu?”

 

“Bisa, tumben Fir.”

 

“Aku pengen ngobrol aja."

 

“Oke, ketemuan di café biasa ya?”

 

“Sip.”

 

Safir mengamati sekeliling, ia sebenarnya masih was-was jika tiba-tiba bertemu Elan. Siapa yang tahu, jika laki-laki itu sudah balik dari Skotlandia? Bagaimana Safir akan bersikap di depan pria bejat itu? di lubuk hatinya, ia mendendam pada Elan, tapi itu tidak mungkin. Siapa dia? Siapa Elan? Tapi yang ia khawatirkan Elan akan kembali melecehkannya.

“Safir,” panggil seseorang seraya menepuk bahu Safir pelan.

“Fika, wa’alaikumussalam.”

“Hehe, lupa. Assalamualaikum.” Fika cengengesan, ia sudah kebiasaan lupa salam. “Sekarang dah jadi IRT, jadi nggak sibuk lagi ya?”

“Ya begitulah. Tetep aja, aku nanti pengen kerja, biar nggak suntuk. Eh, kamu emang nggak kerja ya Fik?”

“Hari ini aku ambil off. Jadi, santai aja di apartemen.”

“Oh. Pesan minum dulu Fik.”

Wanita dengan syle rambut blonde warna merah itu manggut-manggut. Lalu memanggil seorang waiters dan menyampaikan pesanannnya.

“Fik, Edward itu bukannya lagi deket sama kamu?” tanya Safir yang sebenarnya sudah sangat penasaran dengan hubungan antara Fika dan Edward.

 

“Iya deket. Temen aja tapi.”

 

“Oh, dia punya pacar ya?”

 

“Kok tahu? Darimana?”

 

“Aku liat dia, sama keponakan suamiku.”

 

“Emira namanya.” Fika menjawab malas.

 

“Kamu kenal Emira juga?” tanya Safir.

 

“Ya kenal lah. Siapa yang nggak tau keponakan dirut Yamamoto Grup itu.”

 

“Seterkenal itu?”

 

“Dia juga putri kampus, banyak laki-laki yang tergila-gila. Eh, jatuhnya malah sama Edward, laki-laki dari kampung.” Fika tertawa, namun seketika berhenti saat melihat Safir terdiam. “Eh bukan ngejek kamu loh ya. Kalian ‘kan dari kampung yang sama ya?”

 

“Ya, tapi aku nggak terlalu kenal juga sama Edward. Dia kakak kelasku waktu SMA.”

 

“Kamu nggak merasa curiga dengan Edward yang tiba-tiba mendekati keponakan dari dirut Yamamoto?"

 

“Kenapa curiga?”

 

“Bukannya aneh, saat memacari keponakan dirut Yamamoto Grup? Apa nggak ada sangkut pautnya sama perusahaan? Bisa jadi Edward memanfaatkan Emira? Kamu 'kan udah aku ceritakan gimana Edward."

 

“Apanya yang aneh? Ya nggak ada hubungannya lah Fir, Kamu tuh lulusan SMA doang, ngerti apa sih soal perusahaan.” Fika berkata nyeblak, membuat Safir tersindir. Memang betul, dirinya siapa? Hanya seorang lulusan SMA yang sama sekali tidak paham dengan perusahaan. Tapi, ia mendengar pembicaraan Kei mengenai Alexander grup dan Yamamoto Grup yang tidak bersahabat. Ah, tidak seharusnya ia mencari tahu sejauh itu. Untuk apa? balas dendam kepada Edward? Atau berusaha menjatuhkan Alexander Grup karena kepemilikan paksa atas tanah sekian hektar milik neneknya yang ada di kampung?

 

Seorang waiters menyajikan pesanan di meja. Safir terdiam menikmati minumannya. Fika memang lebih berpengetahuan dari dirinya, sehingga gadis itu akan sangat mudah mengelak jika ia merasa aneh dengan hubungan Edward dan Emira.

 

“Gimana kandunganmu?” tanya Fika yang menyeruput Thai Tea miliknya. Matanya memicing ke arah perut Safir yang masih rata.

“Alhamdulillah sehat.”

 

“Kamu senang ‘kan dinikahi oleh dirut Yamamoto grup?” tanya Fika, matanya menelisik.

 

“Entah.”

 

“Aku penasaran, alasan dia nikahin kamu apa? masa cuma gara-gara anak itu? laki-laki normal mana yang mau menikahi wanita hamil yang jelas-jelas bukan dia pelaku yang menghamilinya.”

 

Safir kembali merasa sesak. Bahkan, temannya sendiri pun menganggapnya sehina itu. Apa tadi, laki-laki normal mana yang mau menikah dengan wanita hamil? Oh serendah itu kah dirinya sehingga tak pantas untuk dinikahi? 

 

“Sebenarnya apa yang terjadi sama kamu dan Mas Kei?” 

 

Pertanyaan mendadak dari Safir membuat Fika tersedak. Ia memijat tenggorokannya yang nyeri. “Bukannya suamimu itu emang nggak ramah sama orang? Wajarlah pertemuan kita pas di acara pernikahanmu itu nggak baik-baik aja.”

 

“Aneh aja, kalian ‘kan baru ketemu, kok udah saling menyindir. Terus, Mas Kei juga ngelarang aku ketemu kamu.”

“Dia ngelarang kamu ketemu aku?” beo Fika dengan mata memicing. Safir terlalu jujur padanya, sehingga ia bisa mengetahui fakta baru. Ternyata Kei diam-diam berusaha menjauhkannya dari Safir. 

 

“Iya, aku nggak tau penyebabnya.” Safir menghela nafas. “Kita juga temenan baru dua tahun terakhir, aku nggak tau ada apa dengan masa lalu kalian berdua.”

 

Fika meneguk lagi minumannya, lantas tertawa renyah entah apa yang membuatnya merasa lucu. “Nggak usah capek-capek nyari tau Fir. Intinya, suamimu ya memang gitu.”

“Kamu ‘kan dari Alexander grup, apa mungkin kalian?”

 

“Udah Fir, kamu itu nggak bakal ngerti persoalan perusahaan. Mungkin, perusahaan tempatku bekerja dan perusahaan suamimu memang bermusuhan, tapi ingat, di luar, kita tidak seperti itu. Pekerjaan ya pekerjaan, nggak usah di bawah ranah pribadi, begitu pula sebaliknya.”

 

Safir menghela nafas, pertemuannya dengan Fika pun tidak membuat perasaannya terpuaskan. Rasa penasaran itu masih ada. Semua kejadian seolah-olah mulai saling terhubung sejak kedatangan Elan ke kampungnya, dengan diperkenalkan oleh Edward yang ternyata partner Fika, temannya. Lalu, kejadian di hari pernikahannya dengan Kei, saat Kei menyindir Fika dengan dingin dan pedas.

 

“Ternyata ada jongosnya Alex di sini.” Saat itu, Kei dan Safir tengah berdiri menyambut tamu undangan. Dan Fika dengan senyuman memeluk Safir, namun harus melepaskan pelukannya saat terdengar suara baritone itu.

 

Fika tertawa pelan. “Selamat kepada dirut Yamamoto Grup atas pernikahan anda,” ucapnya, lalu menyeringai. “Dirumah sendiri terusik, untuk apa bertahan?”

 

Safir hanya saling memandang kedua orang itu bergantian. Ia bingung, mengapa Fika begitu berani kepada suaminya bahkan terkesan menantang. Tapi, ia menepis semua hal yang bermunculan di kepalanya saat Fika sekali lagi, menyalami tangannya lalu berpamitan pergi tanpa melihat lagi kepada Kei.

 

“Sebenarnya apa hubungan Fika dan Mas Kei? Edward, kenapa dia bisa berpacaran dengan Emira? Dan Elan, laki-laki itu, kenapa berada di pihak Alexander grup, bukannya seharusnya Yamamoto grup?” batin Safir bingung. 

 

Seperti malam sebelumnya, suasana terasa lebih mencekam. Hanya denting sendok yang beradu. Bi Suti menghidangkan segelas jamu kunyit asam dan menyodorkannya pada Safir.

“Non, diminum dulu jamunya.”

 

“Iya tuh, biar dedekmu kuat,” timpal Emira dengan jutek.

 

Safir menyeringai, Bi Suti entah terlalu polos, tidak tahu menahu atau memang di paksa menyuguhkan minuman jahannam di depannya ini. Ayolah, Safir tengah hamil muda, lalu disuruh meminum jamu itu? apa tidak berbahaya bagi janinnya? Jelas bahaya.

 

Prang!

 

“Safir!” bentak Sonia saat melihat wanita yang ia anggap hina itu melempar gelas. 

“Kalian mau meracuniku huh?” tanya Safir dengan mata memerah.

 

“Jangan nuduh sembarangan. Meracuni apa huh, jelas-jelas jamu itu Bi Suti yang buat, khusus untuk kamu!” jelas Sonia dengan mata berkilat.

 

“Tuh ‘kan dugaannku bener. Aku tadi nggak nyebut jamu. Aku cuma tanya ‘kalian mau meracuniku huh?’ dan aku udah tau jawabannya sekarang.”

 

Emira melotot, sedangkan Sonia kehabisan kata. Nania yang sedari tadi menyimak, diam-diam menahan tawa. Rencana jahat Ibu dan saudaranya secara langsung terbongkar karena mulut Ibunya sendiri yang tidak teliti dalam bicara.

 

Kei yang melihat kejadian itu hanya menatap datar. Safir bersitatap dengan suaminya sebentar, sebelum ia mendengar Sonia berteriak.

 

“Kei, lihatlah kelakuan istrimu, dia sudah mubazir, membuang-buang minuman,” adunya.

 

“Apa yang kamu lakukan Safir?” tanya Kei dan berjalan menghampiri istrinya dan mengabaikan curhatan Tantenya.

“Aku melempar gelas berisi jamu kunyit asam, itu nggak baik buat kesehatan janinku,” balas Safir sambil menunduk. Ia tidak kuat menatap mata Kei yang tajam.

 

“Bi Suti, lain kali, jangan sajikan minuman itu lagi ya. Nggak baik buat istri saya,” jelas Kei sambil menatap Bi Suti yang menunduk dengan wajah sesal. Dari ekspresi takut-takut yang ditujukan Bi Suti, jelas Kei dapat membaca bahwa pembantunya tengah di gertak, mungkin oleh Tantenya. Apakah Tantenya berusaha untuk membuat agar kandungan Safir keguguran? 

 

Tangan Sonia mengepal di bawah, tampak hidungnya kembang kempis menahan gejolak di dada. Lihat, pengaruh yang ditimbulkan akibat adanya wanita rendahan itu?! Bahkan Kei, yang biasanya lembut, bisa sangat dingin padanya.

 

 

"Awas kamu Safir, nggak akan aku biarkan hidup kamu tenang di sini!"

 

 

Pokoknya harus berlangganan yaa. Cek juga ceritaku dengan judul yanh lain bye..

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Akhir

    Negeri Jiran menjadi tempat yang kini dipilih oleh Kei dan juga Safir untuk melanjutkan hidup. Keduanya memilih meninggalkan segala kenangat pahit, walau ada juga diselingi kenangan indah disana, namun semuanya hanya ingin mereka kenang dan berharap tidak akan terulang lagi selamanya.Sejarah memang selalu terulang, tapi harapan keduanya adalah mengulangi sejarah yang indah. Terutama untuk keluarga mereka. Kei memulai bisnisnya kembali dari nol, ia sekarang bekerja di sebuah perusahaan di Malaysia dan mendapat posisi sebagai menejer.Safir juga hidup layak disebuah rumah yang tidak semewah rumah Kei terdahulu, namun ia merasa tenang dan tentram tanpa gangguan siapapun. Bahkan, kini ia sudah memiliki seorang putra yang tampan, mirip sekali dengan suaminya, Keiji. Putranya ia beri nama Anggara Putra Keiji. Nama yang juga sangat disukai suaminya.“Pekan depan Elan mau berkunjung ke rumah kita, katanya mau lihat keponakannya, gimana menurutmu sayang? apa aku n

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Keluarga

    “Insyaa allah, Evan kuat Mas, dia pasti akan bertahan untuk berbaikan sama kamu lagi, kembali seperti dulu,” ujar Safir lembut ia duduk tepat disamping suaminya yang menutup wajahnya dengan tangan dan sikunya yang terpangku dikedua lututnya. Ini bukan kali pertama Kei merasa kehilangan, setelah Ayah, kemudian disusul Ibunya dan kini adiknya.Ia kira dengan mengikuti semua titah dari Kakeknya dan dengan berkuasanya ia di dalam perusahaan, kejadian seperti ini tidak akan terjadi lagi. Namun tetap saja, semua terjadi dan inilah takdir untuk keluarganya. Elan adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki.Aoshi berdiri tidak jauh dari dua orang suami istri itu. Ia menatap prihatin kearah Kei, ia juga turut sedih karena tindakan Elan yang bebahaya dan membahayakan nyawa, ia bahkan tidak menduga pria bajingan itu akan memberikan nyawanya untuk melindungi Kei. Padahal, setahunya hubungan Elan dan Kei sedang tidak baik-baik saja.“Safir, dia keluar

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Terbunuh

    “Seorang Alexander tidak benar-benar mempercayaimu Edward, mereka akan membunuhmu perlahan. Seharusnya yang kau hancurkan adalah mereka,” ucap Elan berjalan mendekat ke arah Edward agar pria itu mengurunkan niatnya dan tidak buta karena ambisi pribadinya. Sementara pria dengan jas hitam dan bergaya rambut top knot itu terkekeh, bahkan meringis senang karena bisa mengubah posisi antara dirinya dan atasannya dimasa lampau. Dunia memang berputar, ia sudah percaya dari sejak lama pepatah itu, hanya saja ia perlu sabar dan terus berusaha.“Apa kamu tahu Elan, kakakmu bukan hanya pembunuh berdarah dingin, tapi dia binatang yang tidak seharusnya hidup di dunia ini. Dia telah membunuh banyak orang dengan tangannya. Sekarang, apa kamu membelanya karena Alex sudah tidak percaya padamu lagi Elan?” sindir Edward dengan nada meremehkan. Matanya menyalang dengan kaca-kaca, ia merasakan betapa pahitnya kehidupannya selama ini dikejar-kejar rentenir, dikejar polisi pu

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Pelabuhan

    “Jadi, kamu benar mau menipuku Safir?” Edward menyeringai, dalam sedetik ia sudah menyudutkan Safir ke dinding dan menatapnya tajam.“Kenapa kamu berubah pikiran hah? apa kini kamu sudah mencintai suamimu yang jahat itu? atau kini kamu sudah bermimpi untuk menguasai hartanya?” geram Edward. Tangan pria itu merembet untuk mencekik Safir.Brak!Pintu besar yang terbuat dari kayu itu terbuka, Elan berada disana dan langsung mengeluarkan tinjunya kearah Edward.“Bos, kenapa kamu disini?” Edward terkejut.“Safir, pergilah.” Elan menatap Safir menyuruh wanita itu pergi. Sedangkan Safir yang masih terkejut menggeleng tidak percaya, bagaimana bisa Elan berada disini dan malah memihak padanya?“Safir! tunggu apa lagi, cepat bawa dokumen-dokumen itu dan pergi dari sini!” teriak Elan menggema diruangan kedap suara itu. Edward yang hendak menarik tangan Safir, tidak mampu karena Elan mendorongn

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Pertemuan Safir dan Edward

    "Kei kamu mau pergi?" Mata Sonia berkaca-kaca, tangannya mengelus lengan keponakannya yang selama ini telah menampungnya.Kei mengangguk, "iya, aku minta maaf jika selama ini, belum bisa menjadi anak yang baik bagimu. Belum bisa menjadi Kakak yang baik untuk Emira dan Nania."Sonia menatap lekat-lekat wajah Kei, tangannya kini menangkup wajah pria itu. Laki-laki kecil yang dulu pernah ia rawat setelah kepergian saudaranya. Kini ternyata sudah menjelma menjadi pria dewasa. Namun, kehidupannya tidak berjalan selalu mulus. Sonia sangat tahu, Kei selalu berurusan dengan dunia hitam yang tidak tahu kapan akan berakhir.Sedari awal, ia mendukung semua apapun yang dilakukan Kei. Selama dirinya bisa mendapat perlindungan dan tumpangan. Ia tidak ingin bernasib sama dengan Ayah maupun Ibu Kei yang menentang Kakeknya, Sugi Yamamoto. Ia ingin hidup kaya dan bahagia. Wajar, jika dirinya selama ini, sangat tidak suka dengan kedatangan Safir yang bisa jadi merebut harta yang selama ini ia idamkan da

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Saudara Sedarah

    Safir yang sudah terbebas dari Edward, menghela nafas lega. Bukti yang kini di tangannya ia apit kuat-kuat, jangan sampai ada yang mengambil, karena ia takut justru akan berakibat fatal nantinya.Baru saja keluar dari kantor polisi, saat ia hendak mencari taksi, tangannya ada yang mecekal tiba-tiba. Bahunya dipeluk dari belakang, sebuah lengan kekar, melingkar di lehernya. "Jangan banyak gerak, ikuti aja kemana aku membawamu.""Siapa kamu?!" sentak Safir, berusaha melepaskan diri. Namun, kungkingan pria itu terlalu kuat. Akhirnya dengan jantung berdegup, ia pasrah saja."Berani berteriak, aku akan memenggal lehermu disini," ancamnya. Safir mengangguk, mencari aman sementara, juga ia ingin tau siapa pria yang kini menyeretnya ke dalam mobil."Kamu..." Safir kehabisan kata. Pria itu, adalah pria bertopi coboi yang pernah menemuinya di atas balkon. Kei sudah menceritakan padanya, jika pria bermata tajam dan berkulit vampir itu bernama Aoshi, tema

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status