"Benar seperti itu? Kamu tidak ada niat untuk mencampakkan cucu saya kan setelah puas bermain?" tanya Suriya memastikan. Entah ada apa dengan pikirannya yang masih tak bisa lepas dari curiga dan prasangka buruk terhadap Bumi.Wanita itu menganggap jika Bumi sengaja menikahi Renjana karena punya maksud tertentu."Meski memang kecewa dengan Amaris, tapi sejak awal menjadikan Renjana sebagai istri, saya tidak pernah menganggap pernikahan kami sebagai permainan, yang bisa mudah berakhir begitu saja saat saya sudah puas," balas Bumi serius. Diambilnya satu tangan Renjana dan digenggam. Sebagai bukti nyata atas kesungguhan dari setiap kalimat panjang yang terlontar barusan."Kalau pun saya memang benar memiliki niat tercela seperti itu, mungkin sudah lama saya menceraikan cucu kesayangan oma ini, bahkan bisa saja malam itu setelah saya memberi nafkah batin untuknya." Bumi melanjutkan tanpa ragu.Penjelasan demi penjelasan itu membuat Suriya terdiam sejenak. Mampu membuat pemikiran buruk ten
“Mas Bumi mau bantu aku baikan sama mama? Serius?” Renjana bertanya ulang untuk memastikan. Kedua alisnya terangkat.Bumi yang kini menampakkan raut wajah ramah membalas dengan anggukan serius. Lelaki itu kemudian meletakkan kedua tangan berototnya pada meja, masing-masing di samping paha sang istri. Ia juga sedikit membungkuk supaya tinggi badannya selaras dengan Renjana yang sedang duduk.“Demi apa?” tanya Renjana lagi sedikit syok, tapi senyum semringahnya terbit setelah itu.Pengakuan Bumi yang mendadak mengatakan akan membantu supaya hubungannya dengan sang mama membaik wajar saja membuat Renjana terkejut.Sebelumnya lelaki yang berstatus sebagai suami sah-nya ini yang Renjana tahu membenci Amaris.Bukankah aneh kalau tiba-tiba saja Bumi berbaik hati tanpa sebab?“Demi kesejahteraan kita,” balas Bumi ikut tersenyum. Ia tatap lekat wajah putih Renjana yang memiliki beberapa jerawat merah kecil.Tangan kanan Bumi kemudian terangkat. Gemas, ia cubit pelan pipi istrinya yang gembul s
“Saya mau mandi dulu.” Bumi membalas lembut setelah terdiam beberapa saat. Sengaja mengabaikan keluhan Renjana tentang Amaris.Bukan tak peduli, tapi otak dan tubuhnya masih terlalu lelah selepas bekerja tadi. Belum lagi harus menempuh perjalanan jauh saat pulang ke rumah ini. Lelah sekali rasanya. Bumi butuh sesuatu yang dingin untuk menenangkan pikiran juga menyegarkan badannya.Dan mandi adalah salah satu solusi.Pelan-pelan Bumi lepas pegangan Renjana di kedua lengannya.“Setelah itu baru kita jemput oma kamu. Saya tidak lama mandinya,” kata Bumi pada Renjana yang sudah berubah cemberut.Tak ingin kesempatan yang ada jadi terbuang sia-sia, Bumi pun bergegas pergi untuk melaksanakan kegiatan mandinya.Renjana jadi lesu ditinggalkan seorang diri.“Aku diabaikan ...,” bisiknya tiba-tiba mendramatis. Ia menunduk, menatap sendu jari-jari kakinya. Dadanya mendadak dihinggapi rasa sesak karena keluhannya tentang kepulangan Amaris ke Indonesia tak ditanggapi Bumi.“Aku lagi pengen dipeluk
Perintah Amaris adalah hal yang wajib dilakukan. Setelah pesawat yang mereka tumpangi mendarat dengan selamat di bandara Indonesia, Kiran tak ikut Amaris pulang menuju apartemen, tempat tinggal baru mereka, melainkan perempuan itu langsung mengikuti omanya Renjana yang entah akan ke mana.Saat duduk tenang di dalam taksi yang lajunya dalam keadaan sedang, ponsel Kiran tiba-tiba saja berdering.Sudah bisa menebak siapa sang penelpon, Kiran segera merogoh benda pipih itu di dalam tas selempangnya.“Halo, Bu ... saya sekarang berada dalam perjalanan mengikuti omanya Renjana.” Seperti itulah kalimat pembuka Kiran setelah ponsel menempel di telinga kanan.“Oke. Saya sangat mengandalkan kamu dalam hal ini. Lakukan yang terbaik ya,” balas Amaris dengan suara lembut.Tanpa berkata-kata lagi, Kiran hanya mengangguk patuh. Seakan merasa Amaris berada di dekatnya dan melihatnya melakukan itu.Kemudian, panggilan telpon mereka pun sama-sama berakhir.Kiran kembali menyandarkan punggung sepenuhny
“Loh, Mas? Kok, balik lagi?” Renjana mengangkat kedua alis heran saat pintu terbuka bukan Endah yang ia dapati, melainkan sang suami.Bumi yang tak menampakkan ekspresi sengaja tak menjawab. Ia melangkah mendekat, langsung mengapit tangan kiri Renjana, lalu menutup pintu. Kemudian dibawanya sang istri menuju sofa.Keanehan yang tengah terjadi sekarang membuat Renjana bertanya-tanya dalam hati. Hal apa yang membuat suaminya sampai kembali lagi? Apakah karena melupakan sesuatu?Renjana yang kini posisinya sudah duduk di sebelah Bumi lantas menoleh. Dalam diam ia tatap sejenak wajah kaku sang suami yang selalu tak bisa ditebak sikapnya itu.“Mas lupa bawa apa? HP? Dompet? Atau ada sesuatu yang mau mas ambil di rumah?” tanya Renjana membuka bicara, tak bisa menahan rasa penasaran.“Saya haus ....” Tanpa menatap sang istri, Bumi menyahut pelan. Ia bersandar, lalu tiba-tiba saja pria itu sudah menanggalkan satu kancing kemeja bagian atas.Meskipun lagi-lagi hanya bisa keheranan, Renjana yan
Pembahasan mereka semalam mengenai Davon, tangan kanan Renjana di toko bunga rupanya jadi perkara cukup serius bagi Bumi.Perasaannya mulai terganggu. Benar-benar tak nyaman dengan kehadiran lelaki remaja itu yang tentu saja berpotensi besar menganggu rumah tangganya dengan Renjana.Sejak mulai mengenali gelagat Davon yang berbeda terhadap Renjana, Bumi sebenarnya sudah bisa menebak jika remaja itu tertarik dengan istrinya.Siapa yang tak akan kepincut jika Renjana saja dasarnya memang cewek friendly. Mudah berbaur dengan orang-orang yang ramah dengannya.Setelah semalam dibuat jengkel setengah mati, pagi ini Bumi kembali harus merasakan hal itu.Sekembalinya dari dapur saat membawa susu Renjana, ia malah mendapati sang istri tengah melakukan video cool yang tentu sudah bisa ditebak pasti dengan Davon.Memangnya siapa lagi coba yang berani menganggu pagi hari Renjana selain remaja itu?Mana respon Renjana juga ceria sekali dan beberapa kali ia tertawa. Bumi mendadak jadi jengkel berka