"Nak Husein, kenapa kamu bayar hutang saya? Lalu bagaimana saya membayar itu? Tolong beri saya waktu ya, saya pasti akan membayar semua itu," ujar Om Yusuf ketika kami berdua sedang duduk di sebuah bangku taman tak jauh dari peristiwa penggerebekan tadi.Kalimat Om Yusuf yang saya petik adalah bagian 'saya pasti akan membayar semua uang itu' yang artinya beliau mengganggap yang saya beri tadi adalah hutang. Padahal yang namanya hutang adalah perjanjian atau akad yang dilakukan dua orang atau lebih perihal sesuatu yang dipinjam, baik berupa uang maupun benda. Dalam syar'iat hukum islam membayar hutang adalah wajib hukumnya. Sedangkan yang saya lakukan untuk Om Yusuf tadi bukanlah akad hutang piutang, melainkan saya berniat sedekah dengan melunasi tanggungan seseorang yang belum bisa dia selesaikan. Maka Om Yusuf tidak berkewajiban untuk membayar dana tersebut. "Sebelumnya saya meminta maaf jika saya lancang, namun saya tidak memiliki maksud lain. Saya bukan meminjamkan uang pada Om,
Bismillahitawaqaltu Alallah. Saya mulai mengemudikan mobil ketika telah selesai menyebar undangan ke teman-teman saya seusai menunaikan dakwah di desa Ragarcari Bandung. Mereka selalu hadir di mana saya melakukan ceramah. Alhamdulillah diberikan kawan-kawan yang sama-sama mencintai agama islam merupakan suatu rezeki juga.Tapi tak lama, saya dengar grup WhatsApp saya tiba-tiba ramai pesan dari kawanan komunitas. Saya bisa baca sekilas karena saya menaruh handphone dalam ring dashboard mobil."MasyaAllah, serius akhi? Sabtu depan? Kenapa secepat itu undangannya?""Mendadak sekali!""Ustadz sudah dijodohkan sejak lama ya?""Kawan kita sudah ada yang sold out?""Ada yang penasaran gak sama calonnya?"Hehe, ada-ada saja mereka. Mendapat kabar tentang pernikahan saya begitu bersemangat. Kemudian untuk menghindari kecelakaan, saya mengunci telepon dan fokus ke jalan raya. Desa ini adalah yang pertama kali saya lewati, dan di depan sana saya melihat ada kerumunan orang-orang yang sedang men
Point Of view penulis kembalikan lagi ke Reynata Adizti karena apa yang ingin diketahui dari Husein sudah selesai kita baca.~~~Reza berhasil mendaratkan dua kali tamparan di pipi aku dengan keras, kalau sekarang bisa ngaca mungkin muka ini udah kayak habis dikasih blash on yang warna merah merona.Tangan diikat, kaki diikat udah gak bisa berontak sedikit pun.Aku gak masalah kalau di tampar begini, asalkan gak dilecehkan aja di daerah tertentu. Aku berdoa semoga Tuhan menjaga tangan dan nafsu Reza.Ini semua salah aku. Aku bohong sama Husein, aku berselingkuh di belakangnya. Aku gak buru-buru menyudahi hubungan aku dengan laki-laki brengsek ini, sampai-sampai Allah menghukum aku gak tanggung."Heh Rey, pacar aku! Lo itu udah jadi milik Gue tiga tahun, dan sekarang lo tiba-tiba nikah? Lo lebih milih dia? Terus harga diri gue di mana, bangs*t!!"Dia menyeruakkan kata-kata itu dengan membentak serius, bola matanya hampir aja mencelat ke bawah."Gue dijodohin ba*ngke! Gue gak niat nikah
Kalau saja aku bisa memutar waktu, aku mau bilang sejujurnya tentang siapa Reza, dan hubungan kita. Tapi, Allah lebih memilih hukuman ini untuk membersihkan perbuatan aku.***"Pukul dia Ra! Lo jangan mau kalah sama si jalang itu!" seruku ke sahabat tercinta. Mereka udah berguling-guling di lantai, bagai petarung dunia.Sementara, di dekatku Husein masih saling adu jotos bersama Reza, tapi aku melihat Suamiku lebih unggul, sampai-sampai wajah Reza udah gak bisa dikenali lagi. Berlumuran darah, membiru, dan melembam.Aku harus menghentikan dia, aku nggak boleh buat Husein berbuat dosa."Berhenti Mas, kamu sudah cukup memberinya pelajaran, aku selamat dan kamu selamat. Sudah ya." Awalnya Husein tak peduli, dia masih menghajar wajah Reza."Sayang udah, aku pengen peluk kamu Mas,"Hingga akhirnya kata-kataku barusan perlahan mebuat ayunan pukulan dari Husein mulai melemah, dan dia sudah memberikan nafas yang tersengal-sengal.Sedangkan Reza? Iya dia sudah tergeletak lemas tak berdaya di l
Beberapa saat lalu, aku, Mas Husein dan Clara udah tiba di kantor polisi.Kita gak mau menunda waktu lebih banyak buat memberikan keterangan ke pihak berwajib.Selama aku berbicara dengan lancar, luka-luka udah diobati dengan benar, maka keterangan aku dikatakan sah."Jadi saudari Reynata Adizti, tolong diceritakan kronologi yang telah terjadi antara anda dan pelaku hingga anda diculik dan bisa tiba di cluster Grandcity," ucap polisi yang tadi menemui kami di rumahnya Reza.Aku menelan ludah berkali-kali ketika mengumpulkan segala keberanian. Sekilas aku melirik ke arah Husein beberapa detik, karena sebentar lagi dia akan mendengar pengakuan aku yang mungkin bakalan melukai hatinya.Ku tatap perban yang menyelimuti jari-jari tangannya setelah dia gunakan untuk melumpuhkan musuhku, "Ya Tuhan, betapa bersalahnya aku pada laki-laki baik hati itu." "Mba Reynata?"Polisi itu mengulang pertanyaan nya, dan memecahkan lamunanku. Setelah aku siap, lalu aku pun menceritakan semua runtutan per
"Waalaikumsalam, iya bu Rey sudah sama saya. Ibu menginap saja di hotel, biar saya dan Reynata langsung pulang ke Bandung."'Hah? Apa dia gak salah? Ini tengah malam! Bagaimana bisa dia mengemudi dua jam ke Bandung dalam kondisi lemah seperti ini?'Dia meraih tangan aku dan membawaku masuk ke dalam mobil."Mas? Mas benar mau langsung pulang ke Bandung? Ini tengah malam loh Mas, pasti badan kamu juga lelah semua. Kita cari penginapan aja yuk, kita istirahat dulu!"Namun dia tidak menggubris ucapan aku. Dia membuka pintu mobil dan menunggu aku untuk segera masuk ke dalamnya.Huft, jadinya tidak ada pilihan lain, selain aku langsung nurut dan duduk di kursi depan.Tapi sekali lagi, demi keselamatan kita aku mengajaknya untuk beristirahat malam ini. "Mas, kamu gak lelah? Mengemudi dalam keadaan lelah bahaya loh Mas," kataku."Tidak! Kalau saya lelah, saya tidak akan mengajak kamu pulang ke Bandung."Duh, rasanya sakit banget ketika bicara tapi gak ditatap sama sekali. Dia marah banget sam
"Mas, maafkan aku ya. Aku salah, aku berbohong dan bikin hati Mas sakit. Aku mohon maafkan aku."Aku menurunkan ego, membuang rasa sakit akibat pernikahan ini, aku mengubah Reynata yang penuh dosa menjadi Reynata yang bersyukur memiliki laki-laki seperti Husein.Dia tiba-tiba menarik lengannya sebelum aku lepas. "Dia gak mau memaafkan aku?" Saat itu juga, rasanya aku gak bisa bernapas dengan benar ketika Husein menarik pergelangan tangannya dari genggaman aku.Ku rasa kali ini dia benar-benar marah dan sulit buat memaafkan aku. Aku menatapnya walau pandangan mata aku udah buram akibat air mata, tapi sedetik berikutnya dia menarik tubuh aku dan menenggelamkan dalam pelukannya yang begitu erat. Di situlah aku menangis sejadi-jadinya. "Aku selalu salah menilai Husein, dia tidak seburuk jalan pikiranku," bisikku dalam hati.Dia masih tidak berbicara walau tangannya tak berhenti mengelus rambutku. Mungkin dia lagi nunggu aku selesai nangis, karena aku berada dalam keadaan sangat histe
Aku mencoba membuka mata lagi setelah rasanya tadi aku tertidur cukup pulas. Sendi-sendi otot kembali rileks seperti sebelum aku mendapat insiden di rumah Reza.Bahkan, napas aku juga terasa jauh lebih ringan dari tadi.Tapi bentar? Ini di mana? Aku coba mengenali seluruh area ruangan ini, dan aku dapat jawabannya.Ternyata aku di rumah sakit.Jarum infus yang menusuk di tangan membuat aku yakin akan jawaban itu."Astaga, berarti tadi aku pingsan." Dan setelah itu, aku menemukan Husein yang sedang menundukkan badannya tepat di samping tempat tidur aku."Mas?" Aku membangunkan dia, untuk mengetahui kondisi aku lebih jauh."Ya Allah, kamu sudah siuman? Alhamdulillahirobbil'alamin, saya merasa tenang sekarang," ucapnya sambil memeriksa suhu tubuh aku."Aku kok bisa ada di sini Mas? Apa yang terjadi?""Kamu tadi pingsan Rey, lagian mau ke mana? Kenapa gak bangunin aku, kan bisa aku antar," sahutnya berwajah sangat khawatir.Dia mengelus rambutku dengan lembut."Tadi Mas tidurnya pulas ba