Nuha meremat sprei putih dengan kuat. Merasakan detik itu juga darahnya mendidih. Andai dia gunung merapi saat itu juga dia akan erupsi, menyemburkan lava panas yang akan membakar dan melibas pelakunya.Daniel pelakunya ...Nuha berbicara dalam batinnya. Daniel telah menghancurkan hidupnya. Dia telah mengirim Nuha pada pria hidung belang, pikirnya. Di bawah cahaya temaram dia bahkan tak mampu melihat dengan jelas siapa pemuda yang merenggut kesuciannya.Daniel menaruh dendam pada Nuha karena aksinya yang menyudutkannya. Nuha lupa jika dia berurusan dengan siapa. Padahal sahabatnya, Kania sudah mewanti-wanti dirinya untuk bersikap lebih berhati-hati. Nyali dan keberanian saja tidaklah cukup untuk menghukum manusia sebrengsek itu.Di dunia ini mau tak mau yang berkuasa adalah kuasa; uang.Deg,Pertanyaan perawat yang baik hati tersebut menyadarkan Nuha bahwa Nuha baru saja telah mengalami pelecehan seksual.Nuha terkesiap dengan bola mata yang melebar. Namun dia kembali bergeming dengan
Kinan menganga tatkala mendengar dari mulut Darren bahwa dia telah memperkosa seorang gadis muslim yang tentu berbeda keyakinan dengannya.Mengabaikan respon Kinan, Darren keluar untuk pergi ke kantor karena ada janji. Namun tepat saat dia mengayunkan kakinya keluar dari kamarnya, tangan besar mencegatnya. Jonathan Dash menahan tangannya dengan menatapnya tajam.Sontak, Darren mundur beberapa langkah karena rasa keterkejutannya. Tak menyangka sang ayah berada di hadapannya. Pasti dia sudah mendengar sebuah percakapan yang terjadi di antara Kinan dan dirinya.Plak,Telapak tangan besar untuk pertama kalinya, seumur hidupnya menyambar pipi Darren hingga terhuyung ke lantai.Kinan bangkit dan melihat apa yang terjadi. Dia tak bisa menyembunyikan perasaan terkejutnya.Kekhawatiran muncul tetapi bukan melihat perlakuan Jonathan pada Darren, tetapi kekhawatiran andaikata Daniel yang disalahkan karena dianggap telah menjebak Darren.“Nikahi anak itu sekarang! Apapun yang terjadi!” pekiknya d
Aruni menarik nafas dalam, berusaha meredam amarah yang bergejolak dalam dadanya. Dengan begitu mudahnya Hj Rohana mengatakan jika pengantin wanita diganti oleh orang lain. Di manakah letak hati nuraninya. Putrinya terkena musibah karena diperkosa oleh pemuda asing, dengan santainya dia mengatakan bahwa akan menggantikan calon mempelai wanita.Dari awal memang Hj Rohana terlihat kurang menyetujui Nuha sebagai pendamping putranya, Attar. Alasannya sangat sederhana dan klise, status sosial. Keluarga Nuha dianggap tidak selevel dan sederajat dengannya. Nuha hanyalah anak ustaz kampung dari keluarga sederhana.Sementara itu Kyai Ilyas seorang alim ulama termasyhur, pemilik pesantren boarding school ďan seorang pengusaha property syariah. Namun Attar tidak memandang itu semua. Dia jatuh hati pandangan pertama pada Nuha yang masih sangat belia saat itu.“Ummah,” ucap Kyai Ilyas meremas tangan sang istri, Hj Rohana. Tak seperti istrinya, dia sebenarnya belum siap mengatakan itu semua. Dia se
Nuha memuntahkan minuman yang tersisa karena tersedak lalu terbatuk beberapa kali. Aruni tak peduli, dengan gemas dia terus mendorong botol itu agar Nuha bisa menghabiskan minuman itu hingga tandas. “Ini jamu supaya kau tidak hamil,” serunya menyambar kembali botol berbahan plastik yang sempat terjatuh ke lantai dan membasahi karpet Turki di bawah kakinya.Setelah memastikan minuman itu habis dia keluar dan meninggalkan Nuha yang masih syok karena baru saja sang ibu nyaris mengambil nyawanya lewat cairan yang dipaksa masuk ke tenggorokannya.Nuha meringis pilu merasakan lidahnya terasa pahit. Entah ramuan apa yang diracik sang ibu ke dalam minuman tersebut. Untuk menghilangkan rasa pahit dan agak kecut tersebut Nuha mengambil air minum dari dispenser mini yang terletak dekat meja belajarnya.Glek, glek, glek,Nuha minum segelas air putih hingga tandas.Nuha pun duduk di tepi ranjang dengan pikiran yang masih linglung dan kalut. Peristiwa semalam masih dan mungkin akan terus menyisaka
Tanpa sadar Nuha sudah berada di depan gerbang pesantren. Namun takkan ada yang menyadarinya sebab dia memakai masker untuk menutupi wajahnya. Mungkin orang akan mengira jika dia adalah tamu undangan. Meskipun baru diadakan ijab qabul tetapi karena berada di lingkungan pesantren maka pasti ramai dihadiri para santri dan jamaah yang penasaran.Yang mengenakan kebaya berwarna putih itu seharusnya dirinya bukan gadis lain. Apalagi itu Maesarah Basri, gadis dewasa yang terang-terangan mengejar Attar. Bahkan gadis itu tanpa rasa malu meminta Nuha untuk menolak Attar karena dia sangat mencintai Attar.Nuha meneguk saliva yang terasa kering. Melihat kekasih hati sudah sah menjadi suami orang. Meskipun tak menyaksikan langsung karena prosesi ijab qabul berada di dalam masjid tetapi gaung suara mikrofon terdengar jelas bahwa Attar sudah selesai berucap ijab kabul.Ingin rasanya mengatakan padanya bahwa ini tidak adil baginya. Seharusnya Attar menerima dirinya seperti halnya dirinya juga meneri
Di gedung mualaf center, Darren Dash merasa gelisah. Pasalnya entah keputusannya sudah bulat ataukah belum, hari ini dia akan mengucapkan sebuah ikrar untuk berpindah keyakinan. Sudah lama sekali Darren mengenal Islam sebab mayoritas teman dan karyawan di perusahaannya beragama Islam. Rasa penasaran itu sudah lama bersemayam hingga dia rajin membeli buku tentang agama Islam dan membacanya saat waktu senggang. Hanya sekedar memenuhi dahaga penasaran, sebab dalam kacamatanya Islam agama yang penuh cinta kasih dan kedamaian. Dia merasa nyaman tinggal di lingkungan seperti itu. Seorang lelaki bertubuh gemuk dalam balutan jubah putih dan kepala yang dililit sorban dengan warna senada tersenyum sembari berjalan gontai menghampiri Darren yang tengah kikuk duduk di atas sofa berwarna marun bersama Jodi. “Pak Darren, tenang saja Koko Jimmie tidak akan menelanmu hidup-hidup.” Jodi bersuara saat mendapati Darren yang terlihat gusar dengan nafas yang tak teratur. “Aku tidak takut dengannya,
Darren Dash terlihat sangat gugup. Dia merapalkan doa-doa pada sang pencipta agar bisa menerima respon Nuha terhadapnya. Nuha pasti sangat takut, syok, marah dan perasaan apapun itu yang mewakili kemarahannya padanya. Begitulah pikiran Darren Dash saat menanti kedatangan Nuha setelah akad nikah selesai.Aruni melirik sekilat pada Darren Dash, mengamati gerak-geriknya lalu pergi ke kamar Nuha diikuti oleh Salwa, untuk menjemput Nuha. Nuha berjalan dengan begitu anggun diapit oleh Aruni dan Salwa. Dia tampil sederhana tetapi terlihat cantik dengan kebaya yang dipadupadankan dengan khimar bertahtakan tiara yang bersinar.Darren menggerakkan lehernya untuk mengintip wajah istrinya sebentar. Cantik.“Teteh, sekarang sudah sah menjadi seorang istri,” bisik Salwa berusaha menghibur sang kakak yang masih terlihat murung. Ya, pasti siapapun akan murung menikah dengan pemuda yang tak dicintainya.Nuha sama sekali tidak merespon perkataan sang adik. Kini pikirannya tengah berkelana entah di mana
Aruni menyambar kerudung bergo instan dan langsung memakainya. Dia meraih sapu yang menggantung dari balik pintu kamar lalu menguak daun pintu itu perlahan. Kepalanya menyembul dari balik pintu dengan perasaan was-was. Salwa yang merasa ketakutan hanya bisa mencengkeram ujung baju Aruni.“Siapa di situ?” pekik Aruni sembari meraba-raba mencari saklar untuk menyalakan lampu di ruang tengah sedangkan tangan yang lain tengah memegang gagang sapu.Lampu menyala dan Aruni disuguhkan oleh pemandangan di mana tak ada seorang pun orang memasuki rumahnya alias tidak ada maling. Hanya ada vas bunga yang jatuh ke lantai. Beruntung vas bunga tersebut bukan terbuat dari kaca melainkan mika yang barang tentu tahan banting.“Ummi, kenapa vas bunga jatuh?” tanya Salwa, menurunkan tubuhnya, mengambil vas tersebut dan memunguti bunga yang jatuh tercecer ke atas lantai. Dia pun menatanya kembali dan mengembalikan pada tempatnya.“Sepertinya kucing, Ummi,” seru Rasyid keluar dari kamarnya sembari menguap