Share

Bab 109

Author: Tiffany
last update Last Updated: 2025-09-02 20:38:02

Bab — Malam Penuh Ketegangan

Malam itu seperti berjalan dengan irama yang berbeda. Jam di dinding ruang bersalin berdetak, tapi setiap ketukannya terdengar jauh lebih lambat dari biasanya, seolah ingin menyiksa kesabaran setiap orang yang menunggu. Lampu putih terang menyelimuti ruangan, menciptakan suasana steril namun dingin, seakan setiap detik di sana adalah ujian mental.

Alika terbaring di ranjang persalinan. Tubuhnya sudah berkeringat, meski pendingin ruangan menyala cukup dingin. Nafasnya tersengal, pendek-pendek, berusaha mengikuti arahan bidan yang tak henti memberikan instruksi lembut. Wajahnya pucat, rambutnya sebagian menempel di dahi karena basah oleh keringat.

Sadewa duduk di sisi ranjang, menggenggam tangan istrinya erat-erat. Genggamannya kuat, seakan ia bisa memindahkan sedikit rasa sakit itu dari tubuh Alika ke dirinya sendiri. Jantungnya berdetak cepat, namun bibirnya berulang kali berusaha tersenyum menenangkan, meski jelas senyum itu penuh kepura-puraan.

“Bang…” s
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 113

    “Kenapa kamu ada di sini?”Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir Bagas, terdengar lebih cepat dan lebih kasar dari yang seharusnya. Ia bahkan tidak sempat menimbang kalimat lain yang lebih halus, karena kegelisahan sudah mendesak dadanya sejak pertama kali pandangan matanya tertumbuk pada sosok laki-laki di hadapannya. Tubuhnya menegang, jantungnya berdegup tidak karuan, seolah-olah ada sesuatu yang besar, gelap, dan berbahaya tengah melayang-layang di udara, siap jatuh menimpa dirinya kapan saja.Laki-laki itu—Sadewa. Nama yang tidak asing di telinganya, wajah yang hampir mustahil dilupakan, sosok yang dalam pandangan banyak orang digambarkan sempurna. Dan kini, ia berdiri tepat di hadapan Bagas, membuat seluruh pikirannya kalut, penuh spekulasi, penuh prasangka.Sadewa… Ya, dia laki-laki yang selama ini dianggap banyak orang sebagai definisi kesempurnaan seorang pria. Wajahnya tampan dengan garis tegas, tubuhnya tegap, sikapnya selalu tenang. Tidak pernah sekali pun Bagas m

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 112

    Enam Tahun yang LaluKampus XXXXX JakartaTatapan mata Bagas terhenti pada sosok perempuan yang seharusnya tidak lagi ia lihat, seorang gadis sederhana yang pernah ia rusak masa depannya hampir dua bulan lalu. Atau mungkin sudah lewat lebih lama dari itu—Bagas bahkan tak ingat persis kapan peristiwa itu terjadi. Yang jelas, ia yakin sudah mendekati dua bulan sejak malam penuh dosa itu. Malam di mana ia menghancurkan mahkota kesucian seorang gadis bernama Alika, dengan dalih janji manis pernikahan yang sesungguhnya hanya kebohongan.Bagas mengingat samar bagaimana gadis itu percaya penuh pada ucapannya, menerima rayuan kosongnya, dan menyerahkan sesuatu yang paling berharga dengan harapan akan diikat dalam janji suci. Namun, bagi Bagas, semua itu tidak lebih dari permainan. Mana mungkin ia benar-benar menikahi gadis miskin yang bahkan pakaiannya terlalu sederhana, jauh dari standar pergaulan yang ia kenal? Tidak mungkin, tidak selevel, dan sungguh tidak pantas.Pernikahan yang ia janji

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 111

    Hotel xxxxxx Pusat KotaPesan singkat itu masih jelas terpampang di layar ponsel Bagas."Hotel xxxxxx pusat kota."Itulah kalimat terakhir yang ia terima melalui WhatsApp, sebuah pesan singkat namun cukup untuk membuat seluruh tubuhnya terasa panas, seakan darah mendidih di dalam nadi. Tanpa pikir panjang Bagas langsung melajukan mobil menuju alamat yang tertera. Pedal gas ia pijak dalam-dalam, jarum speedometer terus merayap naik, melawan arus lalu lintas yang padat. Ia tidak peduli pada klakson kendaraan lain yang berbunyi panjang, tidak peduli pada tatapan kesal para pengendara yang ia lewati dengan kecepatan nyaris gila. Yang ada di pikirannya hanya satu: bagaimana caranya sampai secepat mungkin di hotel itu.Setiap detik terasa begitu panjang. Di kepalanya, bayangan wajah Naila berkelebat silih berganti. Wajah istrinya ketika tersenyum, ketika memeluknya dengan hangat, lalu wajah yang kini mungkin sedang bercumbu dengan pria lain di dalam kamar hotel mewah itu. Dada Bagas bergeta

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 110

    Setelah 1 tahun berlalu,Dan ketika ketenangan mulai tidak lagi dirasakan.Bagas melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, menembus jalanan malam yang lengang. Tangannya mencengkeram erat setir, sementara dadanya bergemuruh hebat, penuh dengan emosi yang tak tertahan. Ada api yang menyala di dalam dirinya, amarah yang membuncah sejak tadi. Setiap tarikan napas terasa berat, seakan rongga dadanya tak cukup menampung segala ledakan perasaan yang bergolak.Jalanan yang sepi justru memberi alasan kuat baginya untuk semakin menekan pedal gas tanpa ampun. Lampu-lampu jalan berlari mundur, bayangan pepohonan di sisi jalan bergeser cepat seperti ilusi. Di benaknya hanya ada dua kemungkinan malam itu: ia bisa mati di jalanan karena kebutannya sendiri, atau berhasil mengejar waktu untuk menyergap istrinya—Naila—yang ia yakini sedang melakukan sesuatu yang tak seharusnya.“Naila selingkuh.”Kata-kata itu pernah diucapkan berkali-kali oleh sepupunya, Namira. Seolah menjadi mantra jahat yang sel

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 109

    Bab — Malam Penuh KeteganganMalam itu seperti berjalan dengan irama yang berbeda. Jam di dinding ruang bersalin berdetak, tapi setiap ketukannya terdengar jauh lebih lambat dari biasanya, seolah ingin menyiksa kesabaran setiap orang yang menunggu. Lampu putih terang menyelimuti ruangan, menciptakan suasana steril namun dingin, seakan setiap detik di sana adalah ujian mental.Alika terbaring di ranjang persalinan. Tubuhnya sudah berkeringat, meski pendingin ruangan menyala cukup dingin. Nafasnya tersengal, pendek-pendek, berusaha mengikuti arahan bidan yang tak henti memberikan instruksi lembut. Wajahnya pucat, rambutnya sebagian menempel di dahi karena basah oleh keringat.Sadewa duduk di sisi ranjang, menggenggam tangan istrinya erat-erat. Genggamannya kuat, seakan ia bisa memindahkan sedikit rasa sakit itu dari tubuh Alika ke dirinya sendiri. Jantungnya berdetak cepat, namun bibirnya berulang kali berusaha tersenyum menenangkan, meski jelas senyum itu penuh kepura-puraan.“Bang…” s

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 108

    Bab — Malam Penuh KeteganganMalam itu datang dengan tenang, seolah langit sedang menjaga sebuah rahasia besar yang belum terungkap. Bulan menggantung redup, separuh wajahnya tertutup awan tipis yang berarak pelan. Di rumah kecil Sadewa dan Alika, lampu ruang tamu sudah dimatikan, menyisakan cahaya temaram dari kamar utama. Suara jam dinding berdetak pelan, seperti menghitung waktu yang semakin mendekat ke sebuah momen yang ditunggu-tunggu namun juga mencemaskan.Alika berbaring di ranjang dengan tubuh yang kian berat. Perutnya sudah membesar sempurna, menandai usia kandungan yang memasuki bulan terakhir. Malam itu, ia terbangun oleh rasa nyeri yang tiba-tiba menyerang perut bagian bawahnya. Tarikan rasa sakit itu datang cepat, menusuk seperti gelombang singkat, lalu hilang kembali.Tangannya spontan meraih sisi ranjang, menggenggam sprei erat-erat. Nafasnya tertahan, kemudian keluar dengan berat. Ia menoleh ke samping, melihat Sadewa yang terlelap dengan posisi miring, wajahnya tenan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status