Share

Bab 44

Penulis: Tiffany
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-26 20:45:54

"Abang baik-baik saja?" Alika kembali bertanya, wajah mengantuk dan lelah nya terlihat perlahan memudar, keterkejutan masih terlihat tapi ada sisi raut bahagia di balik wajah cantik tersebut saat ini, bertanya pada Sadewa dalam degub jantung yang tidak karuan.

Mungkin Alika tidak menyadari tentang ciuman yang diberikan Sadewa, tepat nya berusaha lupa karena ada yang lebih penting saat ini. Sadewa baik-baik saja.

"Apa yang terjadi pada abang?" Bola mata indah itu berkaca-kaca, bergerak dan berdiri dari posisi nya, memeluk refleks Sadewa.

"Alika takut sesuatu yang buruk terjadi pada abang." Kembali Alika bicara, menenggelamkan dirinya ke dalam pelukan laki-laki tersebut dalam ketenangan dan kelegaan tersendiri.

Sadewa terlihat mematung beberapa waktu, agaknya mencoba juga untuk menetralisir degup jantungnya, ada satu sisi takut jika Alika mendengar ucapan nya, tapi mendengar bagaimana reaksi Alika dia pikir sepertinya perempuan itu memang terjaga secara refleks dan tidak mendengar ucapa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 78 menyatu

    Ciuman mereka terjadi begitu lama dan tenang, Alika sedikit tidak bergeming jujur Sadewa pernah beberapa kali mencium nya tapi tidak seintens dan selama ini. Dia sedikit gugup jujur tapi dia tahu pada akhirnya mereka akan melewati ini semua."Gugup?" Sadewa melepaskan ciumannya, bertanya pada Alika sambil menatap dalam bola mata Alika.Alika menganggukkan kepalanya malu dengan wajah bersemu merah.Sadewa tersenyum, dia kemudian berkata."Ikuti irama nya, kamu tidak akan gugup lagi."Alika menganggukkan kepalanya kembali.Kemudian Sadewa kembali menautkan bibir mereka secara perlahan, Alika membiarkan hal itu terjadi, dia mengizinkan laki-laki itu bergerak mendominasi dan menuntun nya dengan ciuman yang begitu lembut.Alika Mencoba mengencangkan genggaman nya pada lengan Sadewa, cukup tegang melewati sesi ciuman tersebut.Awal yang begitu manis, bibir bertemu bibir untuk beberapa waktu hingga akhirnya berubah menjadi sebuah lumatan panjang yang bergerak begitu menuntun, dari bibir hin

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 77

    Setelah semua tamu berpamitan dan suara-suara di ruang tamu mulai menghilang satu per satu, malam benar-benar menjelma menjadi hening. Anggota keluarga yang tersisa tampak menghabiskan malam dengan obrolan ringan dan tawa kecil di ruang tengah, sementara beberapa lainnya sudah masuk ke kamar masing-masing untuk beristirahat.Langit sudah lebih dulu dibawa ke kamar bayi oleh babysitter kepercayaan keluarga. Ia tertidur pulas setelah hari yang panjang dan penuh perhatian. Pipinya masih merah muda, nafasnya lembut dan teratur. Di sisi lain rumah, Sadewa dan Alika mulai berjalan perlahan menyusuri lorong, langkah mereka tenang, tapi di antara mereka ada percikan rasa yang tak bisa diabaikan—rasa gugup, malu, tapi juga bahagia.Pintu kamar pengantin itu terbuka pelan. Sadewa yang lebih dulu masuk, lalu mempersilakan Alika mendahului. Kamar itu ditata dengan sangat hangat dan indah. Lampu-lampu remang berwarna kekuningan memberikan suasana temaram yang nyaman. Tempat tidur besar berhias kel

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 76

    Usai prosesi akad nikah yang begitu khidmat dan menyentuh hati, suasana perlahan beralih menjadi lebih hangat dan akrab. Sebuah resepsi kecil, sederhana namun penuh makna, mulai digelar di halaman rumah keluarga besar Sadewa. Musik akustik mengalun pelan dari pojok taman, dibawakan oleh sekelompok musisi lokal yang menyanyikan lagu-lagu cinta dengan iringan gitar dan biola. Lagu-lagu itu bukan hanya sekadar hiburan, tapi seperti gema dari hati para tamu yang ikut larut dalam kebahagiaan dua insan yang memilih untuk kembali menyatukan hati mereka.Tamu-tamu keluarga berdatangan dengan senyum di wajah dan doa dalam genggaman. Sebagian besar dari mereka telah mengenal perjalanan panjang yang dilalui oleh Sadewa dan Alika. Mereka menyaksikan bagaimana dua hati ini sempat terpisah oleh luka dan ego, lalu kembali disatukan oleh kekuatan cinta yang tak pernah padam. Karena itu, momen hari itu bukan sekadar perayaan pernikahan ulang. Lebih dari itu, hari itu adalah saksi bagaimana cinta yang

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 75

    Pagi itu hadir dengan ketenangan yang berbeda.Udara masih lembut, matahari baru mengintip malu dari balik tirai langit, dan embun yang masih menggantung di ujung dedaunan seolah tahu bahwa hari ini bukan hari biasa. Hari ini adalah hari sakral, hari ketika dua hati yang sempat retak kini kembali disatukan bukan karena keterpaksaan, tetapi karena cinta yang telah tumbuh dari keikhlasan, luka, dan pengampunan.Di kediaman Sadewa dan Alika yang telah disulap menjadi surga kecil di tengah kota, segala sesuatunya dipersiapkan dengan sepenuh hati. Balutan warna putih gading mendominasi seluruh ruang, berpadu dengan emas lembut yang menyimbolkan kemurnian dan keabadian cinta. Aroma dupa, mawar, dan melati menguar halus dari setiap sudut ruangan, membawa nuansa ketenangan dan keberkahan.Hari itu, bukan hanya tentang mengucap ijab dan kabul. Hari itu adalah penegasan. Penegasan bahwa rumah tangga mereka kini berdiri di atas fondasi yang lebih kokoh—cinta yang dipilih secara sadar, bukan dija

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 74

    Pagi hari pernikahan itu datang dengan gegap gempita yang seakan menggema dalam setiap sudut rumah baru Sadewa dan Alika. Matahari belum sepenuhnya naik ke langit, namun hiruk-pikuk sudah terdengar di halaman depan, di dapur, hingga ke kamar-kamar lantai atas. Udara pagi yang sejuk dibalut semerbak wangi dupa, mawar putih, dan melati segar yang tersebar di berbagai sudut rumah, menciptakan nuansa sakral dan lembut. Hari itu benar-benar berbeda. Tidak hanya karena dekorasi putih dan emas yang menghiasi seluruh rumah, tetapi karena getaran bahagia yang terpancar dari setiap wajah yang berlalu-lalang.Alika duduk di depan cermin besar di kamar pengantin. Lampu putih hangat memantulkan bayangan dirinya yang sedang dirias perlahan oleh tangan-tangan terampil tim make up artist. Ia mengenakan kebaya putih rancangan desainer favoritnya, yang dibuat khusus untuk hari ini. Kebaya itu dibuat dari bahan brokat halus, bertabur manik-manik kecil yang tertata rapi di bagian bahu dan dada, memantulk

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 73

    Mentari pagi menyelinap perlahan melalui celah-celah tirai tipis yang tergantung di jendela rumah baru milik Sadewa dan Alika. Sinar lembutnya menyentuh lembut dinding-dinding berwarna krem dan lantai kayu yang hangat, menambah suasana tenang namun penuh makna di pagi itu. Aroma harum melati yang tergantung di berbagai sudut rumah menyatu bersama semilir angin, menciptakan nuansa damai yang terasa hampir sakral. Rumah itu kini tidak hanya sekadar tempat tinggal, tetapi telah menjadi panggung utama untuk sebuah peristiwa besar—hari yang akan mengukuhkan kembali cinta yang telah bertumbuh dan bersemi, dalam bentuk pernikahan yang diulang, bukan karena keterpaksaan, melainkan karena cinta sejati yang telah tumbuh begitu dalam dan tulus di antara mereka.Pagi itu, Alika membuka matanya lebih awal dari biasanya. Cahaya matahari yang baru muncul menyentuh wajahnya dengan lembut, membuat kulitnya tampak berkilau alami. Rambut panjangnya yang masih terurai acak-acakan setelah tidur malam yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status