Alika tidak bergeming untuk beberapa waktu, dengan perasaan tidak baik-baik saja dia tercekat dan cukup panik dengan keadaan. Melihat sosok seseorang terbaring di atas kasur mendominasi berwarna putih dimana dua orang terlihat tengah memeriksa keadaan sang pemilik tubuh yang terbaring tersebut."Abang?" Suara Alika terdengar, tentu saja bergetar di mana dia melanjutkan langkah kakinya dan bergerak mendekati Sadewa saat ini. Biasanya yang didekati tampak berbaring dan belum membuka bola matanya, Alika tidak tahu apa yang terjadi pada Sadewa tapi dia menebak jika laki-laki itu bisa jadi Tengah lelang di dalam tidurnya setelah diberikan obat oleh dokter. Sebelum dia melihat seorang dokter dan seorang perawat baru saja selesai memeriksa keadaan laki-laki tersebut. "Ibu istri pak Sadewa?" Dokter laki-laki bertanya kepada Alika begitu menyadari kehadiran perempuan tersebut. Alika jelas saja langsung mengganggukan kepalanya, tidak membutuhkan waktu lama untuk menjelaskan tentang siapa dir
"Cepat pak." Tengah malam lebih Alika bergerak dari rumah nya, menggunakan jasa grab untuk bergerak menuju ke arah rumah sakit. "Ini dari rumah sakit xxxxxx," itu awal penyambutan yang dia dengar saat mengangkat panggilan Sadewa. Bayangkan bagaimana Alika tidak bergetar dibuat nya. "Ya?" "Ini siapa?" Degub jantung nya jelas tidak beraturan, dia gemetaran dan seketika dia ketakutan mendengar kata rumah sakit. Pertanyaan itu meluncur begitu saja, ingin tahu siapa yang menghubungi dirinya. Dan pada akhirnya tidak perlu menunggu lama, di sinilah dia, di atas mobil grab bergerak menuju ke rumah sakit di mana Sadewa berada. Keterangan yang diberikan belum jelas dan tidak maksimal. Dia jelas belum tahu apa yang terjadi pada Sadewa, informasi yang diberikan dibalik handphone nya jika Sadewa mengalami kecelakaan, hal itu jelas saja membuat Alika terkejut dan ketakutan. Berbagai macam pemikiran menghantam dirinya saat ini, dia takut hal yang buruk terjadi pada laki-laki itu. "Aku mohon j
Alika telihat gelisah, menatap ke arah lantai bawah sejak beberapa waktu yang lalu. Hari sudah terlalu larut, ini pertama kali nya Sadewa belum pula pulang kerumah. Sendirian membuat dia mulai tidak terbiasa, Sadewa selalu pulang jauh lebih awal dari biasanya. Akan ada di antara mereka, mengajak nya bicara, mengobrol tentang banyak hal, berbagi cerita dan menjadi tempat terbaik Alika untuk bicara.Tidak ada pembicaraan tentang masa lalu, semua tentang hari ini dan masa depan mereka. Meskipun mereka nyaris tidak pernah berkomunikasi melalui handphone, tapi Alika paham betul karakter Sadewa yang tidak akan membuat dia cemas dengan kepulangan nya. Tapi malam ini....Dengan perasaan gelisah Alika kembali mencoba mengintip dari pintu jendela, berharap ada suara mobil yang terdengar di luar sana. Nyatanya harapan nya sia-sia, apa yang dia inginkan tidak kunjung pula terdengar sesuai keinginan. Alika mencoba menarik nafas gelisah, kali ini berusaha melangkahkan kaki nya keluar dari kamar nya
Suasana ruang tengah kediaman keluarga Baskoro masih dipenuhi aroma dupa lembut yang biasa digunakan tuan rumah untuk menyambut tamu. Namun, di balik kehangatan aroma dan pencahayaan mewah dari lampu gantung kristal yang bergoyang pelan tertiup angin dari ventilasi langit-langit, ada ketegangan yang perlahan-lahan merayap masuk.“Hmmm... baiklah. Papa sangat bahagia saat mengetahui bahwa kalian hidup rukun dan saling menjaga. Sadewa memperlakukan kamu dengan baik, dan calon penerus keluarga Baskoro akan segera hadir di tengah-tengah kita.” Suara berat dan penuh wibawa itu milik Tuan Baskoro, menembus kabut kecanggungan yang sempat menyelimuti ruangan. Kalimat itu ia sampaikan dengan tatapan teduh, seperti seorang ayah yang mencoba menguatkan keyakinan pada menantu dan anaknya.Namun, belum sempat suasana menjadi lebih tenang atau bahkan meneduhkan batin Alika yang masih diliputi kebingungan dan galau, suara tajam dan tiba-tiba menyeruak, mengguncang udara di ruangan itu.“Kenapa semua
"Sudah memeriksa kandungan Alika?" Dan tuan Baskoro bertanya.Mereka berada di ruangan kerja laki-laki tersebut, begitu menyelesaikan sesi makan malam mereka Sadewa langsung membawa Alisa ruangan ayahnya tersebut. Tidak ada yang tahu harus serius apa yang ingin dibicarakan oleh laki-laki itu, Alika bahkan selamat pagi tidak mengerti kenapa mereka diundang dan bahkan diajak untuk bicara pada mata hanya bertiga tanpa ada orang lain di dalamnya termasuk Ibu mertuanya. Secara jujur dia merasa tidak baik-baik saja, terkadang ada sebuah ketakutan yang menghantam dirimu tapi untuk bisa dewasa selalu mengeluarkan dirinya dan berkata harimau akan tetap berdiri di sampingnya dan menggenggam erat telapak tangan dan bahkan Sadewa berkata mereka tidak akan pernah bercerai. Laki-laki itu bicara serius tentang hubungan mereka, memulai segalanya dari awal dan harus melupakan tentang apapun yang terjadi di masa kemarin. Dan meskipun sebenarnya Alika masih meragukan pernyataan Sadewa, tapi dia tahu la
"Hmmmm" dan nyatanya di tengah situasi yang cukup memanas dan tidak baik-baik saja terdengar tuan Baskoro berdehem, membuat semua orang terlihat menatap ke arah laki-laki itu sejenak kemudian orang-orang mencoba untuk kembali menikmati hidangan yang ada di atas meja.Nyonya Letta jelas terlihat begitu kesal dan marah pada perempuan di hadapannya tapi dia sepertinya harus sadar diri dengan keadaan, berusaha mengontrol emosi nya yang tidak baik-baik saja saat ini. Wanita itu melirik kearah Alika sejenak kemudian terdengar mendengus pelan."Kau terlihat begitu menyukai menantu ku, Malika." Dan wanita itu bicara dengan cepat, mencoba meraih gelas minuman di hadapannya.Perempuan dihadapan Alika yang dipanggil Malika terlihat menaikkan ujung bibirnya."Tentu saja, istri Sadewa bukan saja aku anggap menantu, yang menikah dengan keponakan kesayangan ku tentu akan aku anggap seperti anak kandung ku sendiri." Bibi Malika menjawab senang, dia menatap kearah Alika untuk beberapa waktu."Datangla