'Ya, seperti itu namun lebih berbisik dan mendesah.
“Tuan … tuan!”
‘Aku ingin ia menjeritkan namaku alih-alih memanggilku ‘tuan’.’ Mata Illarion yang telah dipenuhi kabut nafsu sekarang menatap tajam gadis itu. ‘aku menginginkan dia sekarang.’
“Tuan? Kita lanjutkan perjalanan?” tanya Amanda entah untuk yang keberapa kalinya. ‘Kenapa pria itu terus menatapku tapi tak berkata apapun, ia baik-baik sajakah?’
“Ck! Apa yang kupikirkan!” racau Illarion yang membuat alis Amanda bertaut kebingungan, pria beralis tebal itu kemudian menjawab pertanyaan Amanda dengan sebuah kata singkat. “Ayo.”
Selama di perjalanan, gesekan antara tubuhnya dan tubuh Amanda membuat harum vanilla yang berasal dari badan lembab gadis itu mampu me
Dukung penulis dengan VOTE dan bintang 5 ya ⭐⭐⭐⭐⭐ Di tunggu komentarnya kak ^^
Hasil tidak terduga itu membuat Illarion sungguh terkejut, sedangkan segerombolan orang yang dari tadi menyaksikan mereka tertawa makin keras. ‘Tidak mungkin’. Sedikit kesal, Illarion melempar lagi belati di tangannya. Lagi-lagi pisau itu tak mengenai sasaran. Pria berbaju kumal tadi terbahak makin kencang. “Hei cantik, tinggalkan saja pria pecundang itu,” ejeknya seraya berdiri dari tempatnya duduk, ingin menyentuh Amanda. Namun, saat jari telunjuknya akan menyentuh pundak gadis itu sebuah pisau belati terbang ke arahnya dan langsung memotong jari pria itu. Trak! Belati dan jari itu jatuh bersamaan dengan bunyi lonceng kecil tanda hadiah utama berhasil di dapatkan. “ARGHH!!!” jerit pria berbaju kumal itu sambil be
'Ciuman,' batin Illarion, tapi ucapan yang keluar di bibirnya malah, "kau mau memberiku apa? terserah, buat aku terkejut." Illarion balik bertanya. Amanda melihat ke sekitar sembari berpikir. “Ah itu! Ayo Tuan,” ajak Amanda sambil menarik tangan Illarion dan memimpin jalan menuju ke sebuah stand yang menjual berbagai macam aksesoris. Kaki Amanda berhenti di depan pajangan yang menjual berbagai macam pin antik untuk jubah pria. ‘Kebanyakan dari bahan perunggu murahan,’ pikir Amanda sambil menyusuri bros itu dengan jari-jarinya. “Anda mencari pin yang seperti apa Nona?” tanya seorang wanita dari belakang meja pajangan. “Ini pin terbaik yang kami miliki,” tawarnya sambil memperlihatkan sebuah pin berbahan perak dengan lambang singa. “Buatan Anarka, harganya dua puluh silver.”
“Hei, pasangan yang di sana. Ayo ikut menari!” ajak sepasang pria dan wanita lainnya pada Illarion dan Amanda. Setelah saling menatap dengan canggung, mereka berdua tersenyum. "Ayo, kita juga harus menikmati malam ini!" seru Illarion dan menarik Amanda untuk bergabung dengan muda-mudi lainnya dan mulai menari berkelompok. Itu adalah tarian khas Anarka, lelaki dan perempuan saling bergandengan kemudian sambil melangkah, mereka berputar menyanyikan lagu penuh keceriaan. Sungguh sebuah pesta rakyat yang sangat menyenangkan! Bagi Amanda, terkadang ia mulai melupakan saat-saat bahagia dalam hidupnya, terutama hari-hari ketika ibundanya masih hidup. Tapi hari ini sungguh berbeda. 'Syukurlah aku masih hidup dan bisa melihat senyuman di wajah tampan itu. Tuhan! Rasa-rasanya aku bisa hidup seribu tahun lagi,
“Ayo ke penginapan,” ujar Illarion mengakhiri pesta mereka. Kamar tersedia di penginapan yang ada, hanya sebuah bilik sempit dengan tempat tidur tingkat, sedangkan penginapan lain sudah penuh. Tampaknya banyak pendatang yang turut menikmati perhelatan akbar yang diadakan sekali setahun di Kerajaan Anaraka. Illarion mengurut pelipisnya, ‘harum vanilla dan sebuah kamar sempit bukanlah perpaduan yang bagus’. “Aku keluar dulu, jika kau mengantuk tidurlah duluan,” pamit Illarion, meninggalkan Amanda sendirian di penginapan tanpa sempat gadis itu bertanya. Sepertinya ini kali pertama Illarion Black tak bisa menahan hasratnya, libidonya semakin meningkat saat bayangan gadis itu terus menari di kepalanya. ‘
Alih-alih menjawab, Illarion tertegun melihat surai ungu lembut itu. 'Apa si mata amethyst sudah tidur?' batinnya. Melihat pria di depannya tak menolak, Kitty serasa mendapat angin segar untuk merayu 'Tuan' barunya. Ditariknya pria itu ke sebuah sofa dalam ruangan yang hanya diberi penyekat kain. "Minumlah, anggap saja ucapan selamat datang," ucap Kitty seraya menyodorkan segelas minum keras. Illarion malah memerintah wanita itu balik. "Minum." “Ah sungguh mendominasi … hhh ,” ujar Kitty mendesah-desah, gadis itu kemudian minum dengan gaya yang terkesan sangat dibuat-buat, tujuannya sudah tentu untuk merayu Pangeran Hitam. ‘
Illarion masih terlelap. Terakhir kali ia tertidur nyenyak seperti saat ini ketika ia belum genap berumur sepuluh tahun. Benar-benar nyenyak hingga tak menyadari saat ‘teman tidurnya’ sudah terbangun sedari tadi dan menangis dalam hening. Tak lama Amanda bangkit dari ranjang itu, dan tertatih-tatih menuju kamar mandi. Inti tubuhnya masih perih, Illarion bermain sangat kasar padanya semalam. Isak tangis dan derai air mata Amanda semalam tak diindahkan Illarion Black. Tak ada bedanya dengan pertama kali ia melakukannya dulu. Tapi kali ini lebih menyakitkan Amanda, karena hatinya ikut hancur berkeping-keping. Jika dahulu Amanda melakukannya karena ‘kewajiban’ semata, tanpa tahu anggapan suami sahnya itu padanya. Sekarang ia tahu, dirinya hanya seorang ‘pelac
“Aku minta maaf tentang adikku,” ucap Amanda saat menunggangi kuda berdua dengan Illarion menuju ibu kota. “Aku tak menyangka ia akan bertindak seperti itu.” Kembali Amanda merasa bersalah karena sudah berbohong pada Illarion Black. Ia sudah mengetahui kalau Gisella akan berbuat sejauh itu, tapi perlakuan adik tirinya benar-benar meninggalkan rasa takut yang mendalam pada diri Amanda, hingga ia tak berani menentangnya. Namun, perlakuan Pangeran Hitam terhadap Gisella beberapa waktu lalu cukup membantu Amanda mengurangi rasa takutnya pada gadis bersurai sewarna tembaga itu. Illarion menanggapi hal itu dengan diam, tapi pertentangan terjadi di hatinya. ‘Tidak menyangka? Itu ‘adikmu’ sungguh aneh jika kau tak bisa menebak kelakuannya. Dan siapa yang bisa percaya perkataan yang seperti buaian semata itu? Tapi kenapa aku ingin menerima kebohongan i
Andreas begitu senang melihat kedatangan Pangeran Hitam. Hilangnya pria itu tiga hari yang lalu meninggalkan banyak tanya bagi para kolega dan petinggi istana. Tapi semua itu berhasil diredam oleh Jendral pasukan berkuda itu, hingga tak ada yang curiga bahwa Illarion pergi melarikan diri dan terluka parah. “Anda tidak apa-apa Tuan? Kenapa Anda pergi begitu tiba-tiba?” tanya Andreas bertubi-tubi, rasa penasaran bercampur khawatir mendesaknya melontarkan berbagai hal itu ke Pangeran Hitam. "Aku tidak apa-apa," jawab Illarion sambil membantu Amanda turun. "Balik lah ke kamarmu dulu," ujar pria bersurai hitam itu sambil membuang kelopak bunga yang menyangkut di puncak kepala Amanda, perlakuan manis itu tak lepas dari pandangan aneh Andreas. Andreas tertegun, 'jadi benar mereka pergi berdua?'