Kinan dan Devan baru saja sampai di rumah. Dan sejak di mobil sampai sekarang, Kinan tak mau melepaskan pelukannya dari lengan Devan. Hanya pada saat mereka turun mobil saja pelukan itu terlepas, setelahnya Kinan kembali memeluk lengan Devan sampai mereka masuk ke dalam rumah dan Kinan membawa suaminya itu menuju ruang keluarga."Ayang, Ayang mau apa?" Tanya Kinan secara tiba-tiba membuat Devan menautkan alisnya menatap sang istri.Sepertinya pengakuannya tadi berpengaruh besar untuk kelangsungan cinta Kinan dan dirinya, batin Devan bermonolog."Tumben ayang ayangan? Biasanya aku kamu kalau nggak om om?" Godanya.Kinan menepuk lengan Devan malu. Ia bahkan dibuat salah tingkah. "Ayang ih. Jangan gituuu. Jarang jarang lho aku manggilnya gini. Mau emang ayank di panggil Om Devan? Kalau mau sih ayok aja. Biar pas di luar, aku dikira lagi dipacarin sama sugar Daddy."Tawa Devan seketika meledak. Perutnya mendadak geli melihat tingkah Kinan. Ia mencubit hidung Kinan gemas lalu mengecup bibi
Kriiiing...Kriiiing...Kriiiing...Suara ponsel yang berbunyi mengejutkan Kinan yang terlelap. Ia menegakkan kepalanya namun sulit untuk membuka mata. Di depannya ia bisa melihat Devan yang masih tertidur pulas tanpa terusik sedikitpun dengan suara ponsel miliknya.Ia mencoba untuk duduk namun lengan Devan menahan geraknya. Awalnya Kinan mencoba untuk kembali tidur namun suara ponsel yang tadi sempat mati, berdering kembali. Ia benar-benar mengumpat pada si penelepon.Secara perlahan, ia mengangkat lengan Devan pada pinggangnya berharap suaminya itu tak terusik sama sekali. karena ia yakin Devan juga sedang lelah. bagaimana tidak, setelah ia melepaskan hal yang paling berharga dalam dirinya untuk sang suami, setelah makan malam, Devan kembali memintanya dan mereka baru tertidur setelah mandi bersama pukul satu dini hari tadi.jangankan Devan, ia pun juga sangat lelah. tapi suara ponselnya ini membuatnya benar-benar mengumpat dan mau tidak mau ia harus bangun.Kinan bernafas lega saat
Kinan dan Devan baru saja sampai di kantor. Saat mereka masuk ke dalam ruang utama sebelum masuk ke ruang kerja Devan, mereka bertemu dengan Risa yang sedah menyeduh minuman."Risa!" Panggil Devan yang langsung mengejutkan Risa."Eh bapak sudah sampai? Selamat siang Buk." Sapa Risa pada Kinan. Kinan mengangguk lalu tersenyum, "Siang juga." Jawabnya."Kamu sedang apa?" Pertanyaan Devan mengalihkan Risa."Ini pak, saya buatkan minum untuk tamu bapak di dalam.""Oh, Sean sudah sampai?""Sean?""Iya. Sean itu yang telpon kamu kemarin itu."Risa mengangguk paham. "Iya pak. Sepertinya memang tuan Sean.""Ya sudah, kamu antarkan minumnya." Devan lalu menatap Kinan, "kamu mau minum apa sayang?" Tanyanya pada sang istri."Aku nggak deh mas. Nanti aja di luar.""Ya sudah. Saya juga nggak usah. Untuk Sean saja." Devan kembali melanjutkan langkahnya sembari menggandeng Kinan disusul dengan Risa di belakang Kinan sambil membawa nampan gelas berisi kopi susu pesanan Sean."Silahkan diminum Tuan kop
Langit terlihat begitu cerah. Bahkan panasnya kota Jakarta saat ini benar-benar membuat siapa saja malas untuk berkeliaran keluar dan hanya betah duduk manis di ruangan ber AC atau di depan kipas angin. Namun hal itu tak berlalu bagi Kinan. Ia sebenarnya sangat ingin berdiam duduk mengademkan diri di ruangan sang suami, apalagi di ruangan Devan ada kamar tidur. Tapi ia tetap harus melangkahkan kakinya ke luar demi menepati janjinya bertemu Yuna.Ia bahkan sampai merengek pada Devan untuk mengizinkannya pergi menemui Yuna karena suaminya itu tak memberi izin sama sekali. "Diluar lagi panas sayang. Nanti kamu sakit." Ucap Devan yang lagi-lagi menolak permintaan istrinya itu."Tapi kan ayang bisa antar. Kita turun ke bawah, naik mobil nyalain AC, habis itu di cafe juga nanti ada ACnya. Jadi nggak panas. Ayolah suamiku yang tampan. nanti Yuna bisa marah lagi kalau aku nggak datang lagi temui dia." rengek Kinan yang tak pernah berhenti."Hmm hmm." gumam Devan sembari menggelengkan kepala
Menit berganti jam. langit pun yang tadi terang benderang kini sudah gelap. Tugas matahari juga sudah digantikan oleh bulan dan bintang. Setelah dari cafe, Kinan diantar pulang oleh Yuna. Karena Wanita itu mendapat kabar dari sang suami jika ia tak bisa dijemput karena Devan ada kerjaan mendadak bersama Sean. Dan sampai saat ini, Devan belum juga pulang. Walaupun suaminya itu memberi kabar jika mereka masih di kantor, Tapi tetap saja Kinan sedikit khawatir. Jam sudah menunjukkan pukul 09.00 malam. Kinan kembali melirik ponselnya dan mencoba menghubungi Devan. "Halo sayang." ucap Devan lebih dulu dari seberang sana dan suara Devan terdengar cukup lelah. "Halo Mas, Mas di mana. Kok jam segini belum pulang?" "Mas masih di kantor. Ada masalah di kantor yang benar-benar harus diselesaikan dengan segera. Kamu belum tidur? udah makan belum?" "Aku nggak bisa tidur. nunggu Mas dulu dan aku juga belum makan, nungguin mas.""Ya ampun Sayang, jangan ditungguin. setidaknya kamu makan dulu.
Kinan baru saja sampai setelah seharian ia menghabiskan waktu di kampusnya dan juga bersama teman-temannya. Ia turun dari mobil miliknya dan cukup heran melihat sebuah mobil mewah terparkir di pekarangan.Suara gelak tawa dari dalam menarik perhatian Kinan. Gadis itu langsung masuk ke dalam dan mendapati keluarganya dengan seorang pria yang cukup dewasa namun Tampan. Di samping pria itu ada sepasang suami istri. Kinan cukup mengerutkan keningnya saat melihat semua orang menatap ke arahnya saat ia datang. "Kamu sudah pulang nak? Sini, duduk dulu." Ayu memanggil anaknya untuk duduk di sampingnya. Menurut begitu saja, Kinan pun langsung melangkah mendekati mamanya dan duduk di samping Ayu.Suasana sedikit tegang. Dalam beberapa menit, tak ada yang mau membuka kata. Sampai Ayu menggenggam jemari Kinan, "Sayang, kenalkan ini nak Devan. Dan ini kedua orang tua Devan." Ucap Ayu.Kinan tersenyum sembari menatap tiga orang di depannya."Begini nak. Hmmm, sebenarnya," Ayu tak berani melanjut
Disebuah rumah di kawasan elit di Jakarta. Kinan sedang menghabiskan waktu bersama sahabat-sahabat nya."Yang benar saja ? Hari gini masih ada jodoh jodohan? Lo nggak laku lagi Kin?" Seloroh Yuna yang langsung mengundang gelak tawa dari yang lainnya.Kinan berdecak, "Bisa diam nggak? Berisik tahu!!" Sinis Kinan."Lagian lo, protes dikit kenapa sih? Dikira ini zaman Siti Nurbaya. Ini modern neng. Era Milenium. Anak millenial kita.""Iya nih, si Kinan. Cantik cantik tapi dijodohin. Lihat gue nih. Nggak usah repot-repot Bunda cariin gue jodoh. Bunda mah percaya sama gue. Bunda palingan bilang "Kamu masih laku nak. Jadi bunda ndak bakal maksa kamu kawin.' Elit kan kitorang punya bunda." sahut Dimas yang ikut-ikutan.Kinan mendengus. Kalau kalian semua tahu gimana gue hebohnya kemarin sama orang tua gue dan duda sialan itu, pasti kalian akan terkesima. Batin Kinan.****Haaahh.Hembusan nafas gusar kembali terdengar. Kali ini wajah rusuh dan suntuk terlihat jelas di raut gadis itu. Ia me
"Siapa?" Tanya Yuna.Kinan tak menjawab. Ia hanya fokus pada Devan yang mulai mendekat ke arahnya."Kinan, siapa Kin? Lo nggak bilang punya kenalan ganteng subhanallah begini sama gue. Lee min hoo mah lewat Kin." Ucap Yuna yang mulai menggatal.Devan berhenti di depan Kinan. Belum Devan bicara,Yuna sudah meraih jemari Devan untuk ia salami. "Kenalin, saya Yuna sahabat dekatnya Kinan." Ucap Yuna yang masih terlihat terpesona.Kinan menatap Yuna dengan tatapan horor. Kenapa Yuna mendadak ganjen begini?, batinnya.Kinan melihat jemari Devan yang digenggam Yuna. Devan menarik kuat tangannya karena Yuna menggenggamnya terlalu erat. Bukannya menjawab pertanyaan Yuna, Devan justru tersenyum pada sahabat calon istrinya itu."Ikut aku!" Perintah Devan dingin saat ia kembali melirik Kinan."Kemana? Nggak mau. Saya masih mau di sini." Tolak Kinan berani."Ikut saya atau kamu dapat masalah setelah ini," Kinan melotot kaget. Apa? Apa ia baru saja diancam?, batinnya. Ia menatap Devan kesal, "Ngga