Berhubung Venus dan Archio tengah terlibat cekcok dengan pasangan mereka membuat pasangan selingkuh ini bebas menghabiskan waktu bersama tanpa kontrol dari pasangan atau harus berbohong apa, ke mana dan di mana mereka berada.Puas rasanya bagi Archio dan Venus menghabiskan malam bersama seperti pasangan suami istri yang pada akhirnya Archio kalah dan mereka makeout juga seperti di Bali.Setiap harinya Archio sibuk sekali melakukan banyak meeting dengan klien, begitu juga Venus yang memang pekerjaannya mengurusi operasional kantor seperti tidak ada liburnya.Terbukti di saat weekend saja, Venus harus mendampingi Direksi bersama pimpinan tertinggi di dua Kantor Wilayah Jakarta dan beberapa karyawan penting di perusahaan di mana dia bekerja dalam acara turnamen golf di Bogor.Mendengar rencana Venus yang padat di akhir minggu membuat raut wajah Archio berubah murung.Padahal tadinya Archio ingin mengajak Venus ke Anyer karena bila berkeliaran di Jakarta khawatir bertemu orang yang mengen
Archio mendiamkan Wulan semenjak menjemput di Bandara, bahkan tidak sekalipun dia mengajak Wulan untuk makan.Pria itu menyibukkan diri dengan menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tertunda karena beberapa hari terakhir dia harus fokus dan mendahulukan pekerjaan di Jakarta.Dengan sering Archio mendengar hembusan napas bosan Wulan yang tengah menonton televisi membuat bibir Archio menyeringai puas.Archio berharap Wulan pulang kembali ke Surabaya malam ini juga jadi dia bisa menyusul Venus ke Bogor.Wulan bangkit dari sofa, dia berinisiatif memesan makanan di resto hotel melalui sambungan telepon dari kamar.“Kamu mau makan enggak?” Wulan bertanya dengan gagang telepon yang menempel di telinga.“Enggak!” Archio menggelengkan kepala tanpa mengalihkan tatap dari layar iPadnya.Wulan merotasi bola mata malas merespon sikap cuek Archio lantas melanjutkan memesan makanan untuk diantar ke kamar.Tidak lama kemudian bel pintu kamar berbunyi, Wulan berlari membukanya dan kembali ke sofa denga
“Hasil dari tes Sabtu kemarin menunjukkan kalau ada tumor di dalam perut Ibu, tapi belum bisa dipastikan tumor ini jinak atau ganas jadi saya sarankan untuk melakukan Gastroscopy dan Biopsi.” Dokter spesialis Onkologi yang mendatangi Wulan ke kamar rawat berujar demikian.“Ya udah, kita lakukan Gastroscopy sama Biopsi aja, Dok.” Tentu Wulan juga ingin tahu sampai sejauh mana penyakit yang bersarang dalam tubuhnya.Dan hari itu juga, sebelum siang harinya Wulan langsung melakukan saran dokter menjalani serangkaian tes.Ternyata bukan hanya dua tes tadi saja, untuk meyakinkan tumor yang ada dalam perut Wulan apakah ganas atau tidak, dia juga melakukan tes Pencintraan Perut dan memeriksa infeksi Helicobacteri.Sendirian Wulan menjalani banyak tes tersebut hingga tubuhnya yang sudah lemas semakin lemas saja.Sekembalinya ke ruangan usai melakukan tes, Wulan iseng mengirim pesan kepada suaminya.Wulan : Aku udah selesai tes, kamu langsung ke sini nanti beres meeting ya?Sudah lama sejak t
Hari berikutnya sesuai rencana, Archio kembali ke Surabaya bersama Wulan.Mereka meminta dokter agar memberikan rujukan ke rumah sakit di Surabaya berdasarkan diagnosa dari hasil tes yang telah Wulan jalani.Meski dalam keadaan lemah, Wulan memaksakan dirinya kembali ke Surabaya menggunakan pesawat dan dari Bandara—Archio langsung membawa Wulan ke rumah sakit.Seharian itu Archio yang memiliki janji dengan seorang klien pun terpaksa harus dia batalkan karena mengurus istrinya di rumah sakit dibantu ibu yang saat itu langsung datang ke sana.Archio melakukan diskusi panjang dengan dokter spesialis yang akan menangani Wulan kemudian mengurus administrasi untuk rawat inap usai diskusi yang menghasilkan keputusan akan dilakukannya operasi pengangkatan sel kanker di dalam perut Wulan.Ponselnya juga tidak berhenti berdering, selalu menempel di telinga Archio yang terus berkoordinasi dengan orang kantornya untuk urusan pekerjaan.Barulah ketika hari sudah beranjak malam, Archio akhirnya bis
Venus yang tengah menangis sambil membersihkan wajah menggunakan miscellar water di depan meja rias seketika menghentikan tangisnya tatkala mendengar suara pintu apartemen dibuka.Dia bangkit kemudian keluar dari kamar untuk memeriksa.Padahal hanya Altezza yang mengetahui passcode pintu apartemennya tapi tetap saja dia mencari tahu siapa yang membuka pintu.Dan benar dugaan Venus, Altezza yang berada di depan pintu baru menutup benda tersebut.“Sayaaang,” panggilnya dengan suara lembut dan tatapan memohon agar Venus bersedia memaafkannya.Tadi sewaktu di restoran, Altezza terpancing emosi karena merasa telah diabaikan oleh Venus selama beberapa minggu terakhir dan terselip juga prasangka kalau tunangannya berselingkuh jadi Altezza tidak bisa mengontrol diri.Venus mengembuskan napas bersama rotasi mata malas lalu memutar badan hendak kembali ke kamar, malas menanggapi pria itu.Dia terlalu lelah untuk berdebat karena pikirannya terkuras oleh Archio.Sebelumnya dia sempat berpikir kal
Usai pergulatan panas pelepas rindu penuh nafsu tadi, Archio dan Venus belum mengenakan kembali pakaiannya malah berbaring saling berpelukan di atas ranjang dibalut selimut.Mereka berdua melamun selama beberapa lama dari saat jantung keduanya masih berdetak sangat kencang usai mendapatkan pelepasan yang luar biasa nikmat hingga sekarang telinga Venus yang menempel di dada polos Archio bisa mendengar kalau detak jantung pria itu sudah normal sama seperti dirinya sekarang.“Wulan divonis kanker perut,” ujar Archio memecah hening.Venus langsung menjauhkan sisi wajahnya dari dada Archio, menarik selimut mengapitnya di ketiak—dia menegakan tubuhnya demi bisa menatap mata indah pria itu.“Kapan? Kok bisa?” Sorot mata Venus menuntut penjelasan.“Jadi waktu hari Sabtu kemarin dia datang ke Jakarta itu, sorenya ngeluh sakit perut terus aku bawa ke rumah sakit … kondisinya tiba-tiba lemah dan dia melakukan serangkaian tes dan dokter memvonis Wulan mengidap kanker perut ….” Archio menjeda, ne
Keesokan harinya Altezza tampak tidak memiliki dosa, dia bangun dari tidurnya yang begitu nyenyak sekali setelah merenggut keperawanan sang tunangan.Pria itu turun dari atas ranjang kemudian melenggang tanpa busana masuk ke dalam kamar mandi.Venus membuka matanya, dia sudah bangun sedari tadi dan mendapati dirinya kesulitan bergerak selain kepala yang pusing dan kedua pipi yang masih terasa perih.Bagian pangkal paha yang paling sakit dan mengingat kejadian tadi malam, air mata Venus kembali mengalir deras.Meski menit telah berlalu cukup lama tapi Venus belum bisa menghentikan laju air matanya.Dia juga belum bisa bergerak ke mana-mana, tubuhnya terasa remuk redam.Sampai akhirnya pintu kamar mandi terbuka memunculkan sosok Altezza yang dibalut handuk di pinggang.Pandangan Altezza yang langsung menjangkau ranjang ketika keluar dari kamar mandi membuatnya bisa melihat Venus yang tengah mengusap air mata.“Sayaaang,” gumam Altezza lembut lantas duduk di tepi ranjang.Venus yang masi
Abah dan Ambu tidak menyadari dengan perubahan sikap putrinya karena terlalu sibuk menyiapkan pesta pernikahan.Hampir satu kecamatan diundang abah karena beliau ada orang terpandang di desa itu.Venus sendiri yang pulang ke Lembang, Bandung—dua hari sebelum acara pernikahan lebih menyukai mengurung diri di kamar.Para bibi dan sepupu yang biasa mengobrol dan dekat dengan Venus sudah merasa perubahan sikap Venus yang menjadi tertutup.Tapi mereka beranggapan kalau mungkin Venus memang ingin menyendiri saja dan sedang menenangkan diri sebelum hari pernikahan yang akan tertulis dalam sejarah hidupnya.Padahal Venus sedang bingung bagaimana harus lari dari pernikahannya dengan Altezza.Keputusan Venus sudah bulat untuk tidak akan pernah dia menikahi pria kasar seperti Altezza meskipun pria itu telah merenggut sesuatu yang berharga dalam dirinya.Venus lebih memilih hidup menanggung beban kalau dirinya sudah tidak perawan dari pada bersama Altezza yang akan memukulinya setiap hari.Tok …