“Tanda tangan sebelah sini dan sebelah sini, Pak ….” Willy menyodorkan iPad ke depan Svarga beserta pen-nya dan Svarga langsung melakukan tanda tangan di atas layar sebanyak dua kali sesuai permintaan Willy.“Untuk data tiga bulan lalu sudah saya kirim ke email Pak Svarga beserta laporan yang Bapak minta.” Willy berujar sembari memasukan iPadnya ke dalam tas.“Oke … saya kerjakan dulu nanti saya kirim balik,” balas Svarga mengakhiri diskusi mereka yang dilakukan di ruang rawat Zaviya.Svarga tidak pergi ke kantor meski kedua orang tua Zaviya datang untuk merawat putrinya.“Baik, Pak … saya akan kembali ke kantor.” Svarga menganggukan kepala memberi ijin setelah itu Willy berpamitan kepada kedua mertua dari bosnya tidak lupa pamit kepada Zaviya.“Semoga lekas sembuh Ibu Zaviya.” “Makasih Pak Willy.” Dan sekretaris Svarga pun pergi meninggalkan ruangan tersebut.Svarga membuka MacBook, dia mulai menyelesaikan pekerjaannya.Cukup lama Svarga duduk di sofa untuk bekerja, ayah bunda jad
“Oke … besok kami akan pulang.” Ayah mengulang kalimatnya di depan Svarga.“Aku siapkan privat jet untuk mengantar Ayah sama Bunda pulang besok,” kata Svarga sembari mengotak-ngatik ponselnya meminta seseorang menyiapkan privat jet.Gila sih, Svarga sampai bersedia menyiapkan privat jet demi mengantar mertuanya pulang ke Surabaya sehingga dia bisa bebas bergerak dan bersikap kepada Zaviya.*** Selama di rumah sakit, Svarga full menemani Zaviya, dia merawat istrinya selayaknya seorang suami dengan penuh kasih sayang dan perhatian meski wajah datar dan dinginnya tetap terpatri.Seperti pagi ini, dia meminta Willy menunda jadwal zoom meeting karena harus menemani Zaviya theraphy berjalan.Svarga mendapat banyak lirikan dari perawat perempuan muda saat menuntun Zaviya belajar berjalan.Tampang Svarga yang cool dan gesture tubuhnya yang masculin membuat rahim para perempuan yang melihatnya menghangat.Dan saat dia harus menjawab panggilan telepon tapi tetap membantu Zaviya berjalan bolak-
“Aku minta asisten rumah tangga kita untuk jagain kamu di sini … kamu udah bisa jalan, kan? Kalau butuh apa-apa kamu minta tolong dia,” kata Svarga menjawab tanda tanya di wajah Zaviya saat asisten rumah tangga mereka tiba-tiba ada di sini.“Oooh ….” Zaviya tersenyum kecut.Zaviya menggerakan tangannya meminta Svarga mendekat.Pria itu mengikis jarak mendekati sisi ranjang lalu membungkuk karena Zaviya memperlihatkan gesture ingin membisikkan sesuatu ke telinganya.“Dia jutek, ah … aku males sama dia.” Itu yang Zaviya bisikan di telingan Svarga.Raut wajah Svarga berubah tidak bersahabat.“Ya udah iya, oke.” Zaviya akhirnya bersedia menerima keputusan Svarga hanya agar mereka tidak berdebat.Demi cinta kepada Svarga, Zaviya si bungsu bersedia menekan ego.“Aku udah charge hape kamu semalaman, simpan di dekat kamu jadi kalau ada apa-apa kamu bisa hubungi aku.” Svarga memberikan ponsel kepada Zaviya.“Kalau aku chat, kamu akan balas?” Mata Zaviya memicing sanksi.“Pasti aku balas.” Svar
“Tapi … hari ini, Zaviya ditemani tante Zara theraphy … Svarga inginnya mamanya Svarga yang menemani Zaviya theraphy.”Jadi Svarga cemburu dan merasa kalah oleh Ghazanvar lantaran maminya Ghazanvar perhatian kepada Zaviya sedangkan mamanya hanya melakukan panggilan telepon saja untuk mengetahui kondisi Zaviya.Cemburunya Svarga kepada Ghazanvar sudah merasuk sukma dan mendarah daging sampai dia sudah tidak mengenal logika lagi.“Oh ya Tuhan, sayaaang … Mama pikir kenapa, oke-oke … Mama bicara dulu sama papa, kamu tahu sendiri papa enggak bisa mama tinggal.” Mama Kejora tertawa di dalam hati karena entah kenapa dia merasa Svarga seperti anak kecil.“Iya Ma … kalau bisa aja, kalau enggak ya enggak apa-apa.” “Oke sayang … salam ya sama Zaviya.” “Iya, Ma.” Keduanya pun sepakat memutus sambungan telepon. *** Hari ini Svarga memiliki janji dengan Gladys.Iya, Gladys yang dijuluki nenek sihir oleh Zaviya.Gladys sahabat kecil Svarga tapi naksir Svarga dan Svarga tidak menyadarinya.Per
Plak!Tante Zara menjitak kepala putra pertamanya menggunakan brosur yang baru saja beliau ambil dari tempat brosur bahan akrilik yang tergantung di dinding.“Aw … Mi, apaan sih!” Ghazanvar berseru pelan memprotes dengan wajah memberengut kesal.“Kamu ngapain godain Svarga terus, Hah?!”Ghazanvar menyengir sembari menggaruk kepala yang tadi maminya jitak menggunakan brosur.Tante Zara mendelik, melangkah lebih dulu menyusuri lorong untuk kembali ke ruangannya.Mereka berdua baru saja keluar dari ruang rawat Zaviya.“Abang enggak godain Svarga kok, Mi … Abang godain Zaviya.” Ghazanvar mengaku saat mereka sudah berada di ruangan Direktur Utama rumah sakit ini.“Jangan macem-macem, Bang … istri orang itu,” tegur maminya serius.Ghazanvar tertawa sembari menghempaskan bokongnya di sofa.“Mi, kenapa bukan Abang sih yang dijodohin sama Zaviya?”Tante Zara mencebikan bibirnya sebal mendengar pertanyaan aneh putranya.“Jangan macem-macem, Bang ah! Mami enggak suka! Masih banyak ce
“Gara-gara aku digendong kak Ghaza ke kamar mandi tadi sore waktu mau pipis.” Zaviya mengakui dosanya.“Kamu denger ultimatum aku ke Ghaza, kan? Aku enggak suka kamu disentuh sama dia dan kamu malah minta disentuh.”Meskipun Svarga mengucapkannya dengan nada rendah tapi sungguh menohok hati Zaviya hingga terasa sekali perihnya.“Tapi aku enggak minta disentuh, mama Kejora yang minta tolong kak Ghaza gendong aku ke kamar mandi karena khawatir kaki aku sakit kalau dipake lari ke kamar mandi.” Zaviya menyanggah, nada suaranya masih rendah.“Makanya nanti lagi kalau udah kerasa mau pipis langsung ke kamar mandi jangan ditahan-tahan jadi enggak perlu lari-lari, kan!” Svarga memberikan sedikit penekanan membuat Zaviya terdiam.Zaviya tidak bisa mendebat Svarga karena ucapan pria itu ada benarnya dan dia tahu percis Svarga cemburu kepada Ghazanvar tapi masih bersedia disentuh pria itu.Fix, seratus persen Zaviya yang salah di sini. Zaviya harus mengakuinya meski sulit.Svarga tidak pe
“Kita makan malam dulu ya, Svarga … aku lapar.” Gladys lantas meminta driver mengantar mereka ke sebuah restoran yang menjadi pilihannya setelah bertanya pada Google.“Kamu saja ya, aku harus pulang … aku baru saja bilang sama mama kalau sebentar lagi aku akan sampai di rumah sakit.” Gladys berdecak lidah kesal. “Kita sudah sampai Jakarta … makan malam tidak akan lama … kamu bisa langsung pergi setelah makan malam.” Gladys membujuk.“Kamu saja.” Svarga tidak bisa dipengaruhi.“Kamu berubah Svarga, setelah menikah logika kamu entah ke mana perginya … kamu terlalu menuruti keinginan istri kamu … lama-lama istri kamu bisa membangkang.” Gladys jadi sewot karena ajakannya ditolak tegas oleh Svarga.Zaviya memang selalu menuntut, pernah juga membangkang dan selama keinginannya tidak berlebihan—pasti akan Svarga ikuti.Apalagi sekarang Zaviya sedang terbaring di rumah sakit, sudah kewajiban Svarga sebagai seorang suami untuk menemaninya.“Kamu dengar tidak apa yang aku katakan tadi?” Gladys
Setelah tadi malam Svarga melakukan permintaan maaf dengan cara mengajak Zaviya bercinta tapi hanya dia sendiri saja yang sampai pada puncak kenikmatan—pagi ini Svarga tampak biasa saja seolah kemarin dia tidak pulang larut dan membuat Zaviya ketakutan selama berjam-jam sendirian di kamar yang luas itu.Tidak ada tanda-tanda Svarga akan mengeluarkan kalimat permemintaan maaf dan sikapnya juga dingin seperti biasa.Ajakan bercinta tadi malam bagi Zaviya tidak ada artinya karena dia tidak mendapatkan pelepasan dan harus segera di ulang.Meski begitu Zaviya masih kesal karena kata maaf belum tercetus dari bibir Svarga.Jadi pagi ini ketika Zaviya bangun dalam pelukan Svarga, lalu Svarga membantunya melakukan urusan di kamar mandi termasuk membersihkan tubuh dan gantian pria itu juga mandi hingga sekarang mereka sudah dalam keadaan segar dan Svarga telah memakai pakaian kerja siap untuk pergi ke kantor—Zaviya masih belum mau bicara dengan Svarga.Sementara Svarga memang tidak banyak bicar