Awalnya Yasmin berniat menunggu di kamar untuk mengamati Tirta dan Nabila. Begitu mendengar perkataan Tirta, Yasmin langsung marah-marah, "Huh! Guru jahat! Aku sangat membencimu! Kamu pasti akan menangis setelah aku dewasa!"Yasmin menggendong kucing putih dan buru-buru keluar dari kamar. Saat ini, hanya tersisa Tirta dan Nabila di kamar. Mereka bertatapan sembari tersenyum.Pertarungan dengan teknik yang berbeda dimulai. Apa daya, Tirta berencana pergi ke ibu kota besok. Jadi, dia berusaha keras untuk menutrisi tubuh semua kekasihnya. Tirta tidak tahu bagaimana caranya memberi tahu mereka.....Pada saat yang sama, di Negara Kawria. Puluhan orang yang menjabat posisi penting, direktur yang bernama Cavero, dan wakil direktur yang bernama Parviz berkumpul di ruang rapat petinggi Perusahaan Vistar. Ekspresi mereka semua tampak serius.Cavero yang berusia 50 tahun lebih mengamati semua orang dengan pandangan tajam, lalu berkata, "Belakangan ini Keluarga Hadiraja dari ibu kota Negara Darsi
Luvia kembali berkata, "Terima kasih banyak, Dik."Setelah memilih lokasi, Tirta juga menanyakan desain vila kepada Luvia. Akhirnya, Luvia memilih untuk membiarkan Tirta membuat keputusan sesudah mempertimbangkannya beberapa saat.Luvia berujar, "Aku ingin ikuti kebiasaan orang-orang di sini setelah pindah ke tempat baru. Lebih baik aku ikuti saranmu saja."Tirta juga tidak menolak. Dia menyimpan ponsel, lalu menyahut, "Oke. Besok aku akan beri tahu Kak Farida setelah dia selesai istirahat. Nanti aku suruh dia utus lebih banyak bawahan biar bisa langsung mulai bekerja. Kalau kerja mereka cepat, kemungkinan satu atau dua bulan sudah selesai."Tirta menambahkan, "Bu Luvia, masalahnya para tetua dan murid sekte kalian nggak punya tempat tinggal yang nyaman untuk beberapa waktu ini."Luvia yang malu membalas, "Nggak masalah. Justru kami yang sudah merepotkan kamu."Tirta melambaikan tangannya sembari menimpali, "Aduh, kita semua ini keluarga. Selain itu, selama ini kita selalu bersikap sun
Luvia yang penasaran bertanya, "Memfoto untuk menyimpan momen-momen indah? Apa itu memfoto?"Tirta menjelaskan, "Um ... memfoto itu mengambil foto dari apa yang kita lakukan sekarang dan menyimpannya di dalam ponsel. Seperti ini."Selesai bicara, Tirta mengarahkan kamera ke wajah Luvia dan memfotonya. Dia bertanya, "Nah ... Bu Luvia, coba lihat. Foto yang kuambil bagus nggak?"Tampak paras Luvia yang cantik di layar ponsel. Rambut putihnya yang panjang tergerai di bahu. Ekspresinya tampak sedikit terkejut.Luvia benar-benar tampak menonjol di foto. Padahal Tirta hanya memfoto dengan asal, tetapi foto Luvia mengalahkan foto artis terkenal yang sudah diedit."Memang bagus," sahut Luvia. Melihat foto dirinya, wajah Luvia memerah. Dia lanjut bertanya, "Ternyata ini namanya memfoto. Jadi, apa maksudnya dengan mencari informasi tentang gaya di internet?"Tirta berdeham, lalu menjelaskan dengan tenang, "Bu Luvia, hal ini menyangkut banyak masalah profesionalitas. Kamu boleh menganggapnya ...
Heidi yang berada di paling belakang melihat sikap para wanita kepada Tirta. Hatinya mulai goyah. Dia merenung, 'Waktu masih panjang, aku bisa pelan-pelan memahami dan mengamati bajingan mesum itu. Kalau memang aku yang salah paham, aku nggak akan bunuh dia lagi.'Akhirnya, Heidi menyingkirkan semua pemikirannya dan mengikuti Elisa pergi ke kamar bagian timur di lantai tiga. Mereka pun beristirahat.Sementara itu, Tirta juga memulai pertarungan yang panjang. Akhirnya, Susanti, Agatha, dan lainnya yang sudah lama tidak berjumpa dengan Tirta bisa bercinta dengannya.Jadi, mereka pasti lebih antusias dibandingkan pengantin baru. Bisa dibayangkan pertarungan malam ini pasti sangat intens.....Di klinik Tirta sebelumnya, tempat ini menjadi tempat tinggal Luvia setelah dibereskan. Seperti biasanya, Luvia fokus berkultivasi.Alhasil, Luvia mendengar suara desahan yang memalukan. Tirta tentu tidak mungkin menggunakan Teknik Senyap setelah kembali ke tempat tinggalnya. Biarpun peredam suara di
Mendengar omelan Yasmin, Ayu berpura-pura galak saat menegurnya, "Kamu ini masih kecil, tapi sudah mulai tertarik pada pria. Mau jadi apa setelah dewasa nanti? Lebih baik kamu diantar balik ke tempat ayah dan kakekmu secepatnya! Biar mereka bisa memberimu pelajaran!"Ekspresi Yasmin menjadi murung. Dia segera menarik lengan baju Ayu, lalu menggoyangnya dan memohon, "Bi Ayu, jangan. Aku sudah menyadari kesalahanku. Lain kali aku pasti nggak berani mengulangi kesalahanku lagi."Farida tidak bisa menahan tawanya. Dia menimpali, "Gadis bodoh, Bi Ayu cuma menakutimu. Tapi, kamu harus menjaga sikapmu sebagai seorang wanita. Kalau nggak, nanti nggak ada yang suka kamu waktu kamu dewasa."Mereka sudah menebak Yasmin pasti akan ditiduri Tirta setelah dewasa. Namun, sekarang Yasmin masih kecil. Tirta lebih tua daripada Yasmin, jadi mereka tidak tega lihat Yasmin terluka.Siapa sangka, Yasmin malah mengangkat kepalanya dan menyanggah dengan ekspresi serius, "Aku rasa nggak begitu. Aku lihat Kak M
Sudah jelas Farida merasa kelemahannya masih sangat banyak. Tirta menyahut, "Boleh."Tirta memandang para wanita sembari bertanya, "Siapa yang mau bertarung denganku selanjutnya?"Ayu segera maju dan menjawab, "Tirta, aku yang maju. Aku mau minta pedang juga.""Oke," balas Tirta seraya mengangguk.Untung saja, Pedang Terbang di dalam Cincin Penyimpanan dan Giok Penyimpanan lumayan banyak. Jadi, cukup untuk dibagikan kepada semua wanita di sini.Ting! Ting! Kala ini, kultivasi Ayu sudah mencapai tingkat pembentukan energi tahap kelima puncak. Tirta menekan kultivasinya hingga tingkat pembentukan energi tahap keempat.Setelah Ayu siap, dia dan Tirta langsung mulai bertarung. Ayu sudah menyerap banyak pengalaman karena melihat beberapa pertarungan sebelumnya. Jurus, sudut, dan cara serangan Ayu membuat Tirta sangat puas.Mereka berdua bertarung untuk beberapa saat. Tubuh Ayu dibasahi keringat. Tirta pun menghentikan pertarungan mereka, "Bi Ayu, kamu istirahat saja."Tirta meneruskan ucapa