Pria muda berhasil menjadi kelompok rahasia yang bertugas memberantas kejahatan. Dia yang sudah di takdirkan untuk berjalan di antara kegelapan menyelesaikan setiap masalah dengan ketelitian juga kepekaan. Kemampuannya untuk memecahkan setiap kasus yang ada di sekitarnya. Membuatnya lebih mudah untuk naik perlahan untuk mencapai kepala utama dari kelompok rahasia kerajaan. Namun sebuah konspirasi besar membuat setiap langkahnya menjadi jalan buntu. Menyudutkannya tanpa bisa bergerak bebas. Sahabat, saudara, keluarga, berusaha menjatuhkannya membuatnya menjadi penghianat negara.
Lihat lebih banyakSuara cambukan terdengar menggema memenuhi ruangan sempit penuh kegelapan. Bau anyir darah bercampur bau apek tercium tanpa bisa di hindari. Di ujung ruangan penggap itu ada pria berusia empat puluh tahunan yang sudah berlumuran darah segar. Di beberapa titik bagian tubuhnya ada tanda penyiksaan dari besi panas. Lepuhan di kulitnya tercium seperti bau daging bakar segar. Ratusan cambukan mencabik setiap kulit di tubuhnya. Baju putih bersih pada awalnya kini sudah menjadi pakaian lusuh penuh darah. Bahkan terkoyak hampir habis. Paku besi besar tertancap di kedua telapak tangannya yang langsung menempel pada kayu penyangga tubuh. Sekalipun rambutnya terikat namun juga sudah tidak rapi lagi. "Uhhkk..." suara batuk menekan kuat seperti krikil besar menekan tenggorokan.
"Seharusnya kamu mengakui semua kesalahan yang sudah kamu lakukan. Kakak, adik ini tentu tidak akan terlalu kejam." Suara penuh seringaian puas itu terdengar seperti belahan pisau menusuk telinga pria itu. "Semua bukti sudah jelas. Kenapa kakak terus mengelak?" Pria usia tiga puluh tahunan mendekat membawa cambuk berlumuran darah yang sebagian besar telah kering. "Huh..." Menghela nafas. Tatapannya cukup tajam tanpa adanya belas kasih. "Jika bukan karena hubungan dekat kita. Aku pasti menggunakan hukuman seribu sayatan." Memukul kepala pria di depannya dengan cambuk di tangan. "Dua hari lagi eksekusi akan di lakukan." Tawa menggema, "Hahhh..." pria yang telah terikat kuat di kayu tertawa cukup keras. "Hahah... uhkukk..." suara tawa dan batuk saling bersautan. "Bodoh. Sangat bodoh." Dia mengangkat kepalanya agar bisa melihat orang yang berada di depannya. Pria di depannya mengepalkan kedua tangannya. Senyuman justru terlihat lebih lebar. "Aku telah membimbingmu selama sepuluh tahun. Tapi kamu hanya menjadi hewan peliharaan orang lain." Kedua pupil matanya memerah. "Bodoh." "Diam. Cettaakakk... Suara sabatan terdengar kuat. "Hahahh..." Pria berdosa itu terus tertawa. Tidak ada rasa takut di hatinya. Hanya ada satu penyesalan dalam dirinya. Seandainya dia tidak membawa pemuda malang tanpa tempat tinggal. Hidupnya mungkin akan berbeda. "Huh..." Mendengus. Pria dengan cambuk di tangannya berjalan menuju alat penyiksaan yang sebagian besar sudah terkena darah. Pria itu meletakkan cambuknya mengambil paku besi cukup tumpul. Palu besi juga dia bawa di tangan kanannya. "Setiap penyiksaan yang aku lakukan saat ini semua atas ajaran dari kakak. Aku seharusnya mengucapkan terima kasih. Sudah memberikan aku banyak pengajaran." Dia berjalan menuju pria yang hanya diam dengan senyuman kecil di wajahnya. Ia arahkan kembali paku tumpul di lengan pria itu. Tengg... Setiap palu di pukulkan dahi pria itu hanya mengerut tanpa jeritan atau rintihan. Teeenggg... Semua pengawal bahkan tidak berani melihat adegan mengerikan di dalam sel itu. Setelah paku menancap kuat di lengan pria itu. Pria yang telah puas dalam metode penyiksaan yang ia lakukan pergi keluar untuk menyelesaikan masalah selanjutnya. Dua penjaga penjara hanya bisa menghela nafas dalam saat melihat betapa ngerinya pria yang sudah hampir mencapai batasnya. "Jangan terlalu lama di sini." Mengemasi semua barang penyiksaan. "Kamu benar." Melirik sebentar kearah pria berlumuran darah. "Ayo!" Salah satu penjaga menarik lengan temannya agar segera menjauh setelah selesai membereskan kekacauan di dalam sel itu. "Uhhuukk..." batuk terus terdengar. Setiap tegukan darah bahkan sesekali keluar dari mulutnya. Dengan perlahan dia mencoba untuk memiringkan kepalanya menatap cahaya matahari dari balik celah kecil untuk ventilasi. Ingatan masa lalu seperti sebuah ilusi antara kebahagiaan, kekuatan, ketekunan juga kesabaran yang perlahan membuahkan hasil. Kerja kerasnya selama hampir tiga puluh tahun kini sirna begitu saja. Keponakannya berkolusi dengan musuh untuk menjatuhkan dirinya. Orang yang pernah ia selamat sepuluh tahun lalu bahkan memberikan semua bukti kejahatan yang tidak pernah ia lakukan. Semua teman menjauh menganggap dirinya wabah kesialan. Kini dia baru sadar selama hidupnya tidak ada yang namanya ketulusan. Semua orang hanya ingin memanfaatkan dirinya. Merangkak dari jurang kemiskinan atau keterpurukan melalui dirinya. Benar-benar sebuah ironi yang cukup kejam. Senyuman di wajahnya mulai kaku. Rasa sakit meninggalkan penyesalan kuat di hatinya. Dia kejam, tapi juga baik hati. Kebaikan yang ia berikan saat ini menjadi bumerang untuk dirinya sendiri. Tawa terdengar kembali. Kini dia menertawakan kebodohannya. Di tahun ke-40 masa pemerintahan Kaisar Li Yuxin. Pengawal rahasia Kaisar yaitu panglima perang kegelapan di adili karena telah mengakibatkan pembantaian massal enam ribu warga sipil. Eksekusi akan di lakukan sendiri oleh Kaisar Li Yuxin. Beliau ingin membuat peringatan untuk semua orang yang ada di bawah kepemimpinannya agar tidak bertindak sewenang-wenang. Tteeenngg... Besi baja di mimbar eksekusi berbunyi sangat nyaring juga kuat. Eksekusi di lakukan secara terbuka semua warga kota yang ingin melihat boleh ikut menyaksikan. Dari arah salah satu pintu dua penjaga terlihat menyeret pria yang sudah tidak mampu berdiri. Bahkan dia terlihat hampir mati. Semua orang berteriak tanpa henti penuh kemarahan. "Binatang. Dasar binatang." "Orang berdosa layak di hukum mati." "Hukumnya terlalu ringan untuk di jalani." "Bajingan." Ratusan kerikil kecil terlempar ketubuh pria yang sudah tidak bisa mengangkat tubuhnya. "Tenang." Penjaga berteriak kuat. "Kaisar tiba." Semua orang berlutut lalu bersujud. "Kaisar panjang umur dan penuh ke sejahteraan." Satu tangan Kaisar melambai lembut. "Berdiri." Penjaga berteriak kembali. Semua orang berdiri menyaksikan keagungan pria usia empat puluh tahunan yang tengah berjalan menuju mimbar. Wajahnya tegas, berwibawa juga penuh aura kemuliaan. Dia menatap kearah pria yang sudah seperti ayam siap di sembelih. Lehernya sudah ada di atas lengkungan tatakan besi penahan. Di atasnya telah tergantung pisau pipih yang dapat memenggal dalam sekali tekanan. Kedua matanya mulai berkaca-kaca ada perasaan yang tidak dapat di lihat orang lain. Perlahan Kaisar Li Yuxin duduk di atas kursi tahtanya. Pandangannya masih tidak bisa lepas dari wajah pria yang penuh luka. "Waktunya telah tiba," teriakan penjaga terdengar. Seorang pria dengan tubuh kekar juga gempal berjalan dari arah salah satu pintu. Dia memberikan hormat kepada Kasiar Li Yuxin baru setelah itu berjalan menuju kearah pria berdosa. Pria itu melepaskan ikatan tali untuk mengikat pisau pemenggalan. Tali di pegang kuat sebelum ada perintah. Tatapan dingin itu cukup kuat. Pria berdosa membuka kedua matanya menatap pria penuh keagungan di atas tahtanya. Senyuman kecil itu penuh kehangatan juga rasa kecewa. Melihat senyuman itu Kaisar Li Yuxin mencengkeram kuat pembatas kursi di balik jubah megahnya. Tangannya bahkan terasa dingin juga bergetar hebat. Saat ini dia harus mengeksekusi pria yang sudah menemani bahkan berjuang bersama dirinya puluhan tahun untuk membangun negara dalam kesetabilan. Tengg... Ssreettt... Tali di lepas. Seellpp... Sekian detik saja pria pendosa itu telah terbunuh dalam sekali tarikan tali eksekusi. Semua orang berteriak senang menyaksikan orang berdosa itu telah di adili. Hanya saja ada rasa sesak yang menekan kuat di hati Kaisar Li Yuxin.Pelatihan berlangsung selama satu bulan penuh. Selang satu bulan para Opsir baru di lantik sebagai pekerja resmi Biro pemerintahan. Ying Wesheng secara resmi menjadi Opsir tingkat lima di tempatkan di bagian penjagaan. Setiap hari dia hanya mendapatkan pekerjaan kasar tanpa bisa menyentuh kasus resmi. Di pintu masuk penjara Ying Wesheng bersama Mu Guang yang juga telah mendapatkan posisi resmi sebagai Opsir tingkat lima. Di berikan tugas bersama setiap pagi hingga sore selama enam hari kerja.Dari kejauhan kereta berhenti tepat di bawah pohon beringin yang rindang. Di saat kain penutup jendela kereta di buka Tuan muda ketiga Ying Feng tersenyum dari kejauhan menatap kakak keduanya. Dia melambaikan tangan sembari memperlihatkan bekal yang ia bawakan.Ying Wesheng yang masih melalui jam kerja hanya memberikan anggukan ringan kepada adik ketiganya. Di pergantian jam jaga Ying Wesheng menarik temannya Mu Guang untuk ikut bersamanya.Setelah mereka berdua naik kedalam kereta. Kereta berjal
Ketua bagian empat yang akan memilih dari sekian banyaknya pelamar. Semua rekrutmen di arahkan menuju lapangan belakang. Mereka semua di minta berbaris rapi menjadi beberapa barisan. Setiap rekrutmen di panggil untuk menunjukkan kekuatan mereka masing-masing. Baru bisa di masukkan ketempat yang sesuai dengan kemampuan mereka."Wesheng, kau tinggal di mana?""Di dekat sini. Kau sendiri tinggal di mana?""Di Kota Shuang. Aku dengar Biro pemerintahan tengah mencari Opsir tambahan. Jadi aku mencoba keberuntungan melamar di sini," jelas Mu Guang."Aku pun begitu," saut Ying Wesheng.Seorang Opsir datang membawa buku cukup besar di tangannya. "Mulai dari barisan pertama."Satu demi satu rekrutmen di berikan ruang untuk mereka bisa mengeluarkan semua kemampuannya."Apa yang bisa kamu lakukan?" Duduk di atas meja dengan buku dan kuas di tangannya. Opsir pelatih itu masih menatap malas."Hah..." Pemuda dengen tubuh gempal itu memukul dadanya. "Tuan aku bisa mengangkat batu besar di sana." Menu
Sekitar jam sepuluh malam, Tuan muda pertama Ying An sudah menempatkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia bahkan dengan santainya menyandarkan tubuhnya pada pembatas tempat tidur. Buku pelajaran ada di tangannya. Ying Wesheng hanya bisa melihat dengan menghela nafas dalam. Tempat tidur yang seharusnya tempat ternyaman kini dirinya harus tersingkirkan. Pemuda itu mengambil alas untuk dia gunakan tidur di lantai. Bantal baru juga ia ambil dari dalam lemari. "Ahhh..." Merebahkan tubuhnya yang sudah cukup lelah karena berlatih di dekat sungai seharian. "Kakak pertama, tempat tidur mu jauh lebih nyaman. Kenapa harus datang ke tempat ku yang lusuh ini?" Pemuda di atas tempat tidur tersenyum. Kedua pandangan matanya masih tertuju pada buku di tangan. "Apa begitu? Aku rasa tidak. Wesheng, kamu benar-benar adik ku?" Melirik kearah pemuda yang tengah merebahkan tubuhnya di lantai. Seringai tipis terlihat di wajah Ying Wesheng. Dia memejamkan kedua matanya, "Kakak, jika aku bukan Ying Wes
"Ibu." Ying Wesheng menyapa Ibunya yang baru saja datang berlari mendekat. Tuan musa ketiga Ying Feng merangkul lengan Ibunya. "Ibu, kakak mengajakku ketempat yang luar biasa. Tapi aku tidak bisa mengatakannya." Pemuda itu memperlihatkan kerangka kecil yang ada di tangannya. "Ibu lihat ini. Kerangka ini sangat kecil. Kakak membelikannya untukku." Nyonya Ying terlihat senang saat melihat anak putra keduanya yang selalu murung kini menjadi sangat bersemangat. "Wesheng, Ibu sudah menyiapkan makanan untuk kalian berdua. Sebelum kamu kembali ke kamar. Bagaimana jika makan di tempat ibu terlebih dulu?" "Baik," ujar Ying Wesheng tidak dapat menolak ajakan Ibunya. Nyonya Ying sudah sangat baik dan perhatian kepada putranya tentu dirinya tidak bisa menolaknya. Tuan muda ketiga Ying Feng melihat kearah kakaknya dengan binggung. Namun setelah dia melihat isyarat dari kakak keduanya untuk tetepa diam dan mengikuti ibunya. Dia menurutinya. Mereka bertiga di ikuti para pelayan menuju
Pria muda di atas podium mengeluarkan kotak kecil dari saku bajunya. Saat dia membukanya ada cincin kristal berwarna hitam jernih. "Aku akan menawarkan cincin dengan kekuatan yang luar biasa. Bisa meningkatkan kultivasi para kultivator yang masih berada di tahap menengah. Dengan adanya cincin ini kalian tidak akan merasa kesulitan meningkatkan kekuatan. Harga di buka mulai dari empat keping emas murni." "Delapan keping emas murni." "Sembilan keping emas murni." "Sebelas keping emas murni." Semua orang saling berebut untuk mendapatkan cincin yang di katakan memiliki keistimewaan untuk para kultivator. "Kakak apa benar cincin itu bisa meningkatkan kekuatan?" Tuan muda ketiga Ying Feng berbisik pelan. Ying Wesheng mendekatkan bibirnya kearah telinga adik ketiganya. "Tidak bisa." "Mereka menipu?" ujar pemuda itu menatap kesal. "Tidak sepenuhnya menipu. Kekuatan di dalam cincin mungkin berbeda dari yang di bicarakan. Hanya mampu mengasah batin menjadi lebih tajam dari
"Kakak, lihat." Tuan muda ketiga Ying Feng menarik lengan Kakak keduanya dengan antusias. Dia terus berjalan cepat dan sesekali menerobos kerumunan hanya untuk segera melihat keadaan di depan. Begitu banyak penjual berbagai macam barang antik, barang berharga, atau barang yang sulit di temukan orang awam. Pemuda itu berhenti tepat di depan salah satu penjual berbagai macam kerangka hewan. Dari hewan berbisa, bertaring, berkuku tajam, atau bahkan hewan dengan kerangka yang kecil dan sangat besar. Panjang kerangka bisa sampai lima meter. "Ini hewan apa?" Penjual mendekat. "Tuan muda, ini kerangka hewan laut yang sangat langka. Ikan dengan rahang bergerigi ini memiliki keunikan pada setiap giginya. Gigi yang runcing dan tajam ini dapat di gunakan untuk membuat senjata tajam." Penjual menjelaskan lebih mendetail. "Ini!" Tuan muda ketiga menunjuk kearah kerangka kecil. "Untuk yang ini, kerangka hewan kecil dari dasar laut. Hewan dengan manfaat penyembuhan pada bagian tulang belaka
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen