Baswara dan Mahesa yang masuk ke lubang anjing sambil menahan rasa jijik tidak bisa mengendalikan emosi mereka lagi setelah mendengar ucapan anjing hitam.Baswara langsung berbalik, lalu berteriak dengan ekspresi bengis, "Siapa yang diam-diam menghina kami? Kalau berani, cepat keluar dan langsung bicara di depanku!"Mahesa hampir memuntahkan darah saking kesalnya. Setelah menenangkan dirinya sejenak, dia baru marah-marah, "Orang sialan itu bilang kita berdua mencuri kotoran anjing? Cepat keluar biar aku lihat tampangmu! Aku pasti habisi kamu!"Anjing hitam membentak lagi, "Sialan! Kalian sudah curi kotoran anjing, tapi masih sok hebat! Aku nggak pernah lihat orang nggak tahu malu seperti kalian! Cih, menjijikkan!"Para wanita tidak bisa menahan tawa mereka. Salah satu dari mereka berkomentar, "Anjing sialan ini benar-benar keterlaluan! Wajah kedua orang ini sangat masam!"Walaupun anjing hitam bicara lagi, Baswara dan Mahesa tetap tidak melihatnya. Mereka berteriak marah ke arah kerumu
Anjing hitam mencium udara, lalu berseru dengan ekspresi senang, "Oh, pemuda berengsek itu sudah kembali? Bahkan di belakangnya ada aroma obat spiritual yang pekat! Aku harus pergi ke sana untuk melihatnya!"Anjing hitam segera berlari keluar. Sementara itu, kerumunan orang di gerbang rumah Keluarga Hadiraja tertawa terbahak-bahak.Awalnya ekspresi Baswara dan lainnya memang sangat masam. Setelah mendengar ucapan Tirta, sekarang wajah mereka merah padam. Mereka sangat malu dan juga kesal.Mereka bisa terima jika disuruh berlutut, tetapi lubang anjing itu hanya sekitar 20 sentimeter. Bahkan, ada kotoran anjing super besar. Biarpun tidak tahu malu, mereka juga tidak ingin masuk ke lubang anjing itu.Baswara melihat tubuhnya yang hampir seberat 90 kilogram. Dia berusaha menahan amarahnya dan berkata kepada Tirta sambil tersenyum, "Keponakanku, ini sama saja dengan mempersulitku. Bagaimana kalau kamu ganti persyaratan lain?"Walaupun tahu Tirta mempermalukan mereka, Mahesa hanya bisa terse
Mendengar ucapan Tirta, Baswara merasa senang. Dia segera berdiri dan mendesak, "Benaran? Haha! Keponakanku, cepat bilang apa persyaratannya! Nggak masalah biarpun persyaratannya sangat sulit. Aku juga rela meski harus mengorbankan nyawaku!"Mahesa berdiri, lalu menepuk debu di celananya dan berkata dengan penuh semangat, "Tirta, kamu langsung bilang padaku saja. Kalaupun kamu minta bulan di langit, aku juga akan memikirkan segala cara untuk memetiknya untukmu!"Manusia rela mempertaruhkan nyawa demi uang. Baswara dan Mahesa bahkan tidak merasa malu berlutut kepada Tirta tadi. Bahkan mereka merasa jika dari awal mereka tahu hati Tirta bisa langsung luluh dengan cara begini, mereka akan langsung meminta maaf sambil berlutut begitu melihat Tirta.Jemima, Nurcelia, dan para junior dari kedua kelompok juga sangat senang. Mereka seolah-olah melihat uang yang tak terhitung jumlahnya melambai ke arah mereka.Saat Tirta hendak mengungkapkan persyaratannya, Nabila yang jijik melihat keserakahan
Baswara terus memuji diri sendiri karena berharap bisa mendapatkan imbalan, "Aku memang nggak menjaga Kak Orion setiap hari. Tapi, aku menjaga Kak Orion setiap dua atau tiga hari sekali. Jadi, kamu nggak boleh bersikap nggak sopan padaku."Sebenarnya sejak Orion koma, Baswara jarang menjenguk Orion. Kalaupun pergi, dia juga tidak menjaga Orion. Dia hanya datang untuk memastikan Orion akan koma selamanya.Mahesa juga berbicara, "Benar. Aku juga bisa bersaksi karena setiap kali kami berdua selalu pergi sama-sama. Kami bergiliran menjaga Kak Orion pagi dan malam. Kami takut terjadi sesuatu kepada Kak Orion."Mahesa melanjutkan, "Bisa dibilang, kalau nggak ada aku dan paman keempatmu, belum tentu Kak Orion bisa hidup sampai sekarang. Jadi, kamu juga harus menghormatiku."Mereka berdua memang berbicara dengan Nabila, tetapi mereka terus melirik Tirta. Maksud mereka sudah jelas.Akhirnya, Tirta angkat bicara, "Maaf. Aku nggak ingin menghabiskan waktu untuk mendengar kalian mengarang cerita.
Mendengar perkataan Tirta, wajah dua kelompok orang itu langsung menegang. Saat dalam perjalanan, jelas-jelas mereka mendengar Tirta membawa sekelompok wanita pulang ke rumah Keluarga Hadiraja dan tidak keluar untuk waktu yang lama.Siapa sangka, ternyata Tirta menunggu di depan gerbang. Benar-benar sial!Baswara yang merespons terlebih dahulu. Dia tertawa canggung dan berujar, "Tirta keponakanku, sebenarnya kami nggak bermaksud seperti itu. Tadi aku dan paman keenammu cuma bercanda."Mahesa juga maju dan tertawa canggung. Dia menimpali, "Benar, keponakanku. Tadi aku dan paman keempatmu memang cuma bercanda. Kita ini keluarga, mana mungkin kami begitu nggak tahu diri sampai-sampai mengincar kekayaan Keluarga Hadiraja?"Tirta tetap tidak bicara. Dia hanya tertawa sinis.Sikap Tirta makin membuat Baswara dan lainnya ketakutan. Padahal baru sebentar, tetapi tubuh mereka sudah berkeringat.Tiba-tiba, seorang wanita paruh baya dari kelompok Baswara maju. Dia memakai riasan tebal, tetapi tet
Saba berbicara dengan ekspresi serius, "Kami belum mencari tahu tentang hal ini. Tapi, lebih baik kita perkuat upaya pencegahan."Tirta juga tidak bertanya lagi. Dia berpikir nanti dia akan mencari Luvia saat senggang. Tirta akan meminta bantuan Luvia untuk memperkuat formasi perlindungan di rumah Keluarga Hadiraja.Tirta dan kedua pejabat senior berbincang sejenak. Setelah menghabiskan teh yang dicampur air spiritual, kedua pejabat senior ingin segera pulang untuk menyiapkan hadiah Ayu dan lainnya.Saat melewati ruang tamu, kedua pejabat senior menyuruh Marila, Shinta, dan Devika pulang. Namun, mereka menolak. Saba dan Yahsva juga tidak memaksa mereka bertiga.Sekelompok orang berjalan ke gerbang rumah Keluarga Hadiraja untuk mengantar kedua pejabat senior.Tirta yang penasaran dengan hadiah yang disiapkan Shazana bertanya, "Bi Ayu, ibuku beri kalian hadiah apa?"Sebelum Ayu sempat menjawab, Agatha yang nakal menjulurkan lidahnya dan menyela, "Bi Ayu, jangan beri tahu dia. Biarkan dia