Share

Bab 4

Penulis: Hazel
"A ... apa-apaan itu? Cepat singkirkan ...." Mata Nabila tiba-tiba berkaca-kaca. Di luar dugaannya, Tirta sudah sembuh. Nabila tentu panik.

"Kenapa kamu nggak bertingkah sombong lagi? Coba saja kamu mengejekku lagi. Cepat lepaskan rokmu. Kita lihat, aku bisa menidurimu atau nggak." Tirta menyeringai, mencoba untuk memasang ekspresi garang.

Tirta tidak berniat untuk menodai Nabila. Dia sudah merasa puas jika wanita ini ketakutan sampai menangis. Tubuh Nabila benar-benar wangi, apalagi Tirta sedang memeluknya, rasanya benar-benar nyaman. Ketika melihat Nabila menangis, Tirta justru merasa senang.

"Aku ... huhu .... Tirta, kamu memang berengsek. Cepat lepaskan. Kalau kamu berani menyentuhku, aku akan ...." Nabila hendak mengancam.

"Kamu bisa apa?" tanya Tirta seperti orang yang sedang mengancam. Sesudah itu, dia mengangkat tangan dan menepuk bokong Nabila.

Plak! Suara yang sungguh nyaring. Nabila pun menangis sesenggukan sembari memukul dada Tirta. "Huhuhuhu ... aku sudah kotor ... aku nggak mau hidup lagi ...."

Tirta seketika merasa panik. Dia buru-buru menutup mulut Nabila. Jika wanita ini terus berteriak dan ada yang melihat mereka seperti ini, Tirta akan sangat malu, bahkan Agus mungkin akan memberinya pelajaran!

"Kamu masih mau menakutiku seperti ini?" tanya Nabila. Dia tidak menangis lagi saat melihat Tirta yang panik. Pria ini sepertinya tidak benar-benar berniat menodainya. Dia pun meronta-ronta dan melepaskan diri dari Tirta. Meskipun begitu, dia tetap menjaga jarak dan waspada.

"Aku cuma melihatmu telanjang kok. Kamu juga melihat tubuhku waktu membantuku mengenakan pakaian! Kita nggak saling berutang! Kenapa kamu sampai menyuruh ayahmu menutup klinikku? Memangnya kamu mau menanggung biaya hidupku dan bibiku?" bentak Tirta dengan gusar.

"Apa katamu? Mana mungkin aku memberi tahu ayahku hal memalukan seperti itu! Memangnya aku nggak tahu malu sepertimu?" Nabila termangu sesaat sebelum membalas.

Ketika mendengar ini, Tirta sontak membelalakkan mata dan bertanya, "Jadi, kamu nggak memberi tahu ayahmu tentang masalah itu? Apa mungkin pemimpin daerah yang mengeluarkan perintah itu?"

"Tentu saja!" pekik Nabila.

"Ayahku sudah mendapat kabar ini beberapa hari lalu. Aku menyuruhnya untuk merahasiakannya beberapa hari dulu! Dasar nggak tahu terima kasih! Kamu malah membawaku ke ladang jagung untuk menodaiku!" maki Nabila dengan kesal.

"Kamu selalu meremehkanku, mana mungkin sebaik itu padaku! Aku nggak percaya!" Tirta mencebik.

"Aku meremehkanmu? Coba kamu pikir baik-baik. Sejak orang tuamu meninggal, ada berapa banyak pasien yang berobat di klinikmu? Mereka semua penduduk desa yang kasihan melihatmu merawat Bibi Ayu sendirian. Kalaupun kami mau pergi ke klinikmu, memangnya kamu bisa mengobati kami? Kamu ini nggak punya kemajuan apa-apa, gimana orang bisa menghargaimu?"

"Kalau bukan karena kasihan padamu, aku pasti sudah menyuruh ayahku cepat-cepat mengabarimu dan menutup klinikmu!" tegur Nabila tanpa belas kasihan.

"Aku ...." Tirta seketika tidak bisa berkata-kata mendengarnya. Pada akhirnya, dia berucap dengan enggan, "Siapa suruh kamu bicara sekejam itu waktu di sungai ...."

"Kamu ini bodoh, ya!" Nabila mengernyit dan meneruskan, "Aku seorang wanita yang belum punya pasangan, tapi kamu melihatku telanjang. Memangnya salah kalau aku mengatakan hal-hal seperti itu karena panik?"

"Aku ...." Tirta lagi-lagi tidak bisa berkata-kata. Memang benar bahwa Nabila yang rugi atas kejadian seperti itu. Wajar kalau dirinya dimaki oleh Nabila. Setelah berpikir demikian, amarah Tirta akhirnya mereda.

"Nabila, maafkan aku," ujar Tirta sambil menunduk.

"Huh! Bagus kalau tahu salah! Jangan beri tahu siapa pun tentang kejadian hari ini!" Ekspresi Nabila terlihat jauh lebih baik sekarang. Kemudian, dia berbalik dan ingin pergi.

"Nabila, aku ingin meminta bantuanmu. Apa kamu bisa menyuruh ayahmu jangan menutup klinikku secepat itu? Aku ingin mengambil sertifikat medis dan terus membuka klinikku," pinta Tirta sembari menyusul Nabila.

"Kamu nggak menempuh pendidikan tinggi, gimana bisa mendapat sertifikat medis? Lebih baik tutup klinikmu dan lakukan pekerjaan lain," sahut Nabila sambil mengernyit.

Meskipun yang dikatakan Nabila adalah fakta, Tirta tetap merasa enggan. Dia bertanya, "Aku hanya ingin mencoba, kamu bisa membantuku nggak? Kalau berhasil mendapatkan sertifikat, aku pasti akan berterima kasih kepadamu. Itu klinik peninggalan orang tuaku, aku ingin menghidupi Bibi Ayu dengan penghasilan klinik itu."

Nabila mengerutkan alis, lalu akhirnya mengangguk untuk menyetujuinya. "Ya sudah, aku akan coba membujuk ayahku." Kemudian, dia menatap Tirta dan mengalihkan topik pembicaraan. "Tapi, kamu harus berjanji 3 hal kepadaku."

"Apa itu?" tanya Tirta segera.

"Nggak usah tanya. Pokoknya kalau aku menyuruhmu melakukan sesuatu, kamu harus menurutinya dan nggak boleh menolak!" balas Nabila dengan sok misterius.

"Oke, aku setuju!" Tanpa peduli apa permintaan Nabila, Tirta langsung menyetujuinya.

"Ya sudah, kamu pulang sana. Jangan cari aku kalau nggak ada urusan penting," ujar Nabila. Sesudah itu, dia langsung meninggalkan ladang jagung.

"Sebenarnya Nabila baik juga, aku sudah salah menilainya selama ini," gumam Tirta yang menggaruk kepala sambil menatap punggung Nabila. Dia merasa sangat malu.

Kebetulan sekali, tali sepatu Nabila terlepas saat ini. Dia menungging untuk mengikatnya. Lantaran mengenakan legging, Nabila mengira semuanya sudah aman. Namun, Tirta justru membelalakkan matanya.

"Indah sekali ...," gumam Tirta tanpa sadar.

Sementara itu, Nabila yang sudah selesai mengikat tali sepatu pun melirik Tirta dengan dingin dan melanjutkan perjalanannya. Dia tidak tahu bahwa pikiran Tirta dipenuhi pemandangan indah yang dilihatnya barusan.

Tirta tiba-tiba berpikir, 'Alangkah bagusnya kalau Nabila bisa menjadi pacarku ....'
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (40)
goodnovel comment avatar
Kheri Sukheri
ucbbxggxbh...xvchg gxuhxhyvxcyDhchhcbxhgHxhch gdyggydgdydygdtyxggvxb......xvxgxvgxgzgh🫚......... xuxhxhxycydbyx sbychxvybxhjxjxcb bhxhxhbcysn......fjxibzxysgcy
goodnovel comment avatar
Kheri Sukheri
xnxyhdyvydb......xjj hxu yxgzdfcjxn hbzb...️xnxbh nscbjx. huhcbubxbccyxb hxby xybxgxyxb b yhx bzyhztbz
goodnovel comment avatar
Kheri Sukheri
JJ.........cuuxnzhj h. uzn uxhruushx cbxxy ysb
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1489

    "Tirta, katanya perempuan umur 30 seperti serigala, umur 40 seperti harimau, umur 50 semakin ngeri. Istriku sekarang di usia 40 sampai 50. Kamu yakin satu resep saja bisa bikin aku memuaskan dia? Sejak umur 40-an, aku makin merasa nggak punya tenaga ...."Mauri tentu berharap resep itu manjur. Namun, begitu ingat tatapan haus dan penuh kekecewaan dari istrinya, dia langsung merasa ragu."Tentu saja bisa. Resep ini bahkan pernah dipakai ayah Kak Nabila. Dulu ayahnya juga sudah nggak kuat, nggak bisa puasin istrinya.""Tapi setelah pakai resep dariku, hubungan mereka langsung harmonis! Dia setiap saat bisa unjuk kegagahan laki-laki! Kalau bukan karena hubungan baik kita, resep sebagus ini nggak akan kubagi kasih kamu!"Tirta menepuk dadanya dengan percaya diri, lalu meminta ponsel Mauri dan menulis resepnya di sana."Hahaha, mantap! Kalau ini benaran manjur, berarti kamu membantuku selesaiin masalah besar dalam hidupku! Nanti aku kasih hadiah besar buat kamu!"Mauri menyimpan ponselnya d

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1488

    "Dengar nggak?"Tak lama kemudian, Nabila dan Yasmin yang tadi sudah memesan ruangan dan makanan, kembali ke ruangan sebelumnya. Mereka mendekat ke arah Tirta, memberi peringatan.Mendengar ucapan itu, Mauri langsung tercengang. Sepuluh jam lebih? Berhari-hari? Jangan-jangan, semua yang Tirta bilang tadi benar?"Hehehe. Tenang saja, Kak Nabila. Nggak sampai sepuluh jam, apalagi berhari-hari. Tiga jam paling lama. Bella nggak bakal kuat lagi setelah tiga jam."Tirta terlihat sedikit mabuk dan penuh percaya diri, sambil menggoda Nabila dengan ekspresi genit."Tirta, kamu sendiri yang ngomong ya. Kalau lewat dari tiga jam, aku bakal buat perhitungan sama kamu!" Nabila memelototinya dengan tidak percaya. Karena tiga jam itu limit Bella, bukan limit Tirta.Nabila jauh lebih tinggi dibanding Yasmin. Kalau berdiri berdampingan, keduanya tampak seperti kakak adik super cantik. Benar-benar pemandangan yang memanjakan mata!"Oke, Kak Nabila. Lewat tiga jam, kamu boleh kebiri aku." Tirta menyetuj

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1487

    "Oke, Tirta. Aku akan berusaha semaksimal mungkin. Semoga aktingku cukup meyakinkan dan bisa menipu mata tajam Bella."Mauri meletakkan gelas anggurnya. Seakan-akan teringat sesuatu, dia pun bertanya dengan rasa penasaran, "Oh ya, tadi Nabila nggak tanya apa-apa?""Kok dia nggak bahas soal kamu yang menodai ... maksudku ... kenapa dia nggak marah soal kamu yang macam-macam dengan adik kecil itu?""Pak Mauri, di matamu aku kelihatan seberengsek itu? Jelas karena aku nggak ngapa-ngapain, makanya Nabila nggak bisa tanya apa-apa. Memangnya dia bisa nuduh kalau aku nggak salah?"Tirta memang merasa aneh, tetapi tetap menjawab dengan wajah polos. Dalam hati, dia berpikir hanya ada dua kemungkinan. Pertama, Yasmin berhasil menipu Nabila. Kedua, Nabila sudah menerima kenyataan bahwa Tirta mengambil keuntungan dari Yasmin.Tirta tentu lebih berharap pada kemungkinan kedua. Dengan demikian, dia tak perlu khawatir lagi jika ingin mendekati Yasmin di kemudian hari."Baiklah. Sepertinya aku memang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1486

    "Jadi, aku harus berhubungan badan dengan wanita baru bisa selamat! Bella setakut dan secemas itu padaku, dia pasti mau menyelamatkanku! Nanti aku tinggal akting sedikit. Setelah itu, aku pasti bisa menenangkan hati Bella!"Tirta menggoyangkan gelas anggurnya, wajahnya penuh percaya diri seolah-olah semuanya sudah dalam kendalinya."Racun Perangsang ... uhuk, uhuk. Tirta, kamu ini memang punya banyak akal! Kalau begitu, kamu atur saja permainannya!" Mauri langsung paham maksud Tirta, mengacungkan jempol sambil memuji.Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari luar pintu. Nabila dan Yasmin masuk ke ruangan."Tirta! Sejak kapan kamu kena Racun Perangsang? Harus berhubungan badan dengan perempuan buat sembuh? Enak saja kamu! Jujur saja deh, kamu main tipu muslihat apa lagi kali ini?"Nabila sudah mendengar sebagian percakapan dari luar. Kini, dia memandang Tirta dengan curiga, seperti seorang istri sah yang sedang menginterogasi suaminya. Bagaimanapun, dia wanita pertama yang hamil ana

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1485

    "Apa? Tirta keracunan parah? Gimana mungkin, Pak Mauri? Bukankah Tirta itu jago banget dalam ilmu medis? Siapa yang bisa menyerang dia pakai racun mematikan?"Mendengar itu, Bella langsung panik. Terutama setelah mendengar ucapan Mauri, bahwa kalau dia terlambat datang, dia tidak akan bisa melihat Tirta lagi! Hatinya seperti disayat pisau!Dengan nada penuh ketidakpercayaan, Bella bertanya demikian."Benar, Bu Bella. Tirta memang sangat ahli dalam ilmu medis. Ingat, di atas langit masih ada langit. Di luar sana, pasti ada ahli racun yang lebih hebat.""Kalau dalam satu jam racunnya nggak bisa dinetralisasi, Tirta pasti mati. Kalau kamu sudah maafin dia, datanglah untuk menemuinya terakhir kali. Dia sudah nggak kuat lagi."Sesuai arahan dari Tirta, Mauri berkata dengan nada sedih yang mendalam, meskipun dalam hati sebenarnya dia menahan tawa."Apa? Pak Mauri ... aku ... aku sudah maafin Tirta! Aku akan segera ke sana! Aku harus ketemu dia! Pak Mauri, boleh aku bicara langsung dengan Tir

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1484

    Di sisi lain, Nabila menggandeng Yasmin, mengatakan akan ke toilet. Namun, sesampainya di depan pintu toilet, Nabila malah berhenti.Dengan nada hati-hati, dia bertanya ke Yasmin, "Yasmin, aku mau tanya sekali lagi. Jujur saja, aku nggak akan marah. Tirta pernah sentuh kamu nggak?""Nggak pernah. Aku masih kecil, Guru nggak tertarik sama aku. Dia lebih suka wanita sepertimu, berbadan montok dan cantik. Bukan gadis kecil kayak aku."Yasmin memang sudah berwaspada sejak keluar bersama Nabila. Ketika ditanya begitu, dia hanya berkedip lugu dan tetap menjaga mulutnya rapat-rapat.Mata Nabila berbinar-binar. Dia bertanya dengan senang, "Benaran? Terus, Tirta pernah cerita soal aku ke kamu nggak?"Melihat perubahan ekspresi Nabila, Yasmin berpikir sejenak, lalu menjawab sambil mengangguk, "Pernah. Guru bilang Kakak yang paling cantik. Dia bilang Kakak wanita favoritnya dan nggak akan pernah dia lupakan seumur hidup.""Dia ingin selalu bareng Kakak setiap detik. Kadang di malam hari, aku liha

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1483

    "Kak Nabila, usiaku baru 13 tahun. Aku kenal Kak Tirta sekitar setengah bulan yang lalu. Selama ini, Kak Tirta cuma ajari aku beberapa teknik dasar. Dia sama sekali nggak pernah menyentuhku.""Soal yang Kak Nabila bilang tadi, tentang perilaku yang melanggar batas, itu nggak pernah terjadi. Kak Tirta selalu bareng kakak lainnya, terus ada Bi Ayu dan Bi Elisa.""Jadi, meskipun dia punya niat aneh-aneh, dia nggak bakal punya kesempatan buat macam-macam."Yasmin melirik sekilas ke arah Tirta, lalu beralih melirik Nabila. Setelah berpikir sesaat, dia akhirnya berkata dengan ekspresi polos yang tampak tulus."Kak Nabila, sudah kubilang, 'kan? Aku nggak mungkin melakukan hal-hal kayak gitu." Mendengar itu, Tirta langsung merasa lega.Dalam hati, dia sempat khawatir Yasmin akan keceplosan. Siapa sangka, gadis kecil itu ternyata bisa membaca situasi!"Begitu ya?" Nabila masih setengah percaya, merasa Yasmin tidak mungkin bicara jujur karena Tirta ada di sini.Nabila melirik dengan cepat, lalu

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1482

    "Tirta, jadi ini murid barumu ya? Seleramu memang bagus ya! Wajahnya cantik, bokongnya gede! Kulitnya putih lagi! Benar-benar gadis cantik! Aku nggak nyangka seleramu ini makin unik saja!" sindir Nabila sambil menggertakkan gigi.Pada akhirnya, Nabila tidak tahan lagi. Dia maju dan mencubit pinggang belakang Tirta. Jika tidak ada Mauri di sini, dia pasti sudah menendang kemaluan Tirta!"Uhuk, uhuk .... Yasmin, biar kuperkenalkan dulu. Ini pacarku. Cepat sapa dulu. Panggil Kak Nabila." Meskipun tidak sakit, Tirta tetap merasa bersalah sehingga tidak menanggapi ucapan Nabila. Dia pun hanya memberanikan diri untuk mengalihkan topik pembicaraan."Oh, halo, Kak Nabila. Kakak cantik sekali. Guruku pasti sangat menyayangimu, 'kan?" Yasmin baru menyadari bahwa tindakannya membuat Tirta canggung. Setelah mengiakan, dia pun buru-buru menyapa Nabila.'Huh! Dasar gadis licik!' batin Nabila yang merasa kesal. Tatapannya yang dipenuhi permusuhan pun melirik Yasmin sekilas. Kemudian, dia mengangguk s

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1481

    "Nggak boleh begitu. Kamu mungkin sudah kenyang, tapi gimana dengan si kecil di perutmu? Dia pasti butuh asupan. Makan lebih banyak nanti ya. Kasihan kalau dia kelaparan."Tirta tersenyum sambil memapah Nabila dengan hati-hati. Pada saat yang sama, tangannya tak kuasa meremas bokong bulat Nabila."Yang benar sedikit! Kalau sampai ada yang lihat, bisa malu tahu! Selain itu, kalau anak kita sudah lahir, kamu harus lebih bisa menahan diri! Kalau sampai anak kita mesum kayak kamu, aku habisin kamu nanti!"Nabila merasa ucapannya ini sangat masuk akal. Dia juga merasa Tirta semakin kelewatan. Dia pun menegur dan menepis tangan Tirta."Tenang saja. Setelah punya anak, aku pasti akan lebih berhati-hati. Aku nggak akan sembarangan lagi, janji!" Tirta merangkul pinggang Nabila tanpa merasa kesal, lalu masuk ke hotel.Nabila tentu tidak percaya. "Kamu? Berubah? Yang benar saja!"Mereka sampai di meja resepsionis. Tirta memesan salah satu ruang VIP dan memilih belasan menu andalan untuk jamuan. D

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status