Share

Bab 666

Author: Hazel
"Guru memang hebat! Jauh lebih hebat dariku!" Kini, Bima makin mengagumi dan menghormati Tirta.

"Huh! Dia cuma terlihat hebat, padahal nyatanya bukan lawan Tirta!" Nabila tahu betul sehebat apa Tirta. Makanya, dia tidak menunjukkan kegembiraan yang berlebihan.

Saat ini, satu lengan Karta patah dan energinya dihancurkan oleh Tirta. Dia tidak punya kemampuan untuk bertarung lagi.

Ketika melihat Tirta menghampirinya dengan ekspresi dingin, Karta buru-buru berteriak, "Sebentar! Aku nggak mau bertarung lagi! Kamu menang! Aku mengakui kekalahanku!"

Bisa dilihat betapa paniknya Karta. Panji bergegas maju dan memapah Karta sambil memekik, "Ya! Kami nggak mau bertarung lagi! Cepat hentikan semuanya!"

"Kamu kira kamu bisa membuat keputusan di sini? Kenapa kamu sendiri bersikeras menyerang saat muridku mengaku kalah? Benar-benar nggak tahu malu!" bentak Tirta.

Seketika, Panji dan Karta ketakutan hingga sekujur tubuh mereka bergetar. Tanpa memberi mereka kesempatan, Tirta menghardik Panji, "Minggi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Hans Silalahi
***** mantap Lanjut
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1537

    Melihat ekspresi Tirta yang marah, Farida tidak tenang membiarkan Tirta masuk ke kamar sendiri. Dia maju sembari menahan rasa mualnya, lalu merangkul lengan Tirta dan berujar, "Tirta, tunggu dulu. Sebenarnya siapa yang ada di dalam kamar? Apa kamu akan terancam bahaya kalau masuk sendiri? Sebaiknya aku ikut kamu masuk."Tirta tidak ingin Farida masuk ke kamar, jadi dia menjelaskan dengan sabar, "Kak Farida, wanita yang ada di dalam kamar itu adiknya bos penjual bibit pohon buah, Filda. Dia yang mencari masalah denganmu terakhir kali. Aku rasa seharusnya pria yang berhubungan intim dengannya di kamar itu suami bos penjual bibit pohon buah."Tirta melanjutkan, "Mereka nggak bisa membuatku terancam bahaya. Toko ini terlalu kotor dan kacau, hampir nggak ada tempat untuk berpijak. Kamu nggak usah ikut aku masuk. Kamu tunggu aku di mobil saja, nanti aku suruh mereka keluar."Mendengar penjelasan Tirta, Farida langsung teringat kejadian di Desa Persik sebelumnya. Filda diberi pelajaran oleh T

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1536

    Tirta berbicara sembari mengernyit. Farida dan Nia menyahut secara bersamaan, "Oke. Kami ikuti saranmu saja."Tirta tidak lupa nanti sore dia harus memuaskan Arum. Jadi, Tirta berpikir sejenak, lalu berdeham dan mencari alasan untuk membujuk Nia, "Kak Nia, nanti sore kamu nggak usah pergi lagi. Aku dan Kak Farida bisa menyelesaikan masalah ini."Tirta menambahkan, "Selain itu, tadi Kak Arum bilang mau belanja di kecamatan. Sama saja kalau Kak Arum yang temani aku pergi."Arum langsung paham maksud Tirta. Dia segera membantu Tirta dengan berkata, "Benar, ada bahan yang kurang di dapur. Aku sudah bilang pada Tirta untuk bawa aku belanja di kecamatan."Tentu saja Nia tidak curiga. Dia mengangguk dan menyetujui, "Boleh juga. Bahan obat-obatan yang digilas belum siap kubereskan tadi pagi. Nanti sore aku bawa anggota untuk lanjut mengurusnya."Setelah makan, para wanita sibuk mencuci piring dan membereskan ruang makan. Lagi pula, semua itu pekerjaan ringan. Jadi, Tirta tidak membantu mereka

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1535

    Melihat Bella canggung dan bimbang hingga tidak bisa berkata-kata, Farida langsung angkat bicara untuk mencairkan suasana, "Sudahlah, Tirta. Nanti malam baru bicarakan masalah itu."Farida menambahkan, "Sekarang aku mau beri tahu kamu satu hal yang lebih penting. Nanti sore kamu harus ikut aku pergi ke kecamatan."Melihat ekspresi Farida yang serius dan tidak tampak seperti bercanda, Tirta segera menyingkirkan pikiran kotornya dan bertanya dengan ekspresi bingung, "Kak Farida, untuk apa kita tiba-tiba pergi ke kecamatan?"Farida menjelaskan sembari mengernyit, "Awalnya aku berencana beri tahu kamu setelah selesai makan. Tapi, setelah melihat ekspresi Bu Bella, sepertinya dia akan kabur kalau kamu terus menggodanya lagi. Jadi, sebaiknya aku beri tahu kamu sekarang.""Beberapa waktu yang lalu, kita membeli bibit pohon buah dalam jumlah besar di kecamatan dan sudah melunasinya. Awalnya toko bibit pohon buah hanya mengirim sepersepuluh dari pesanan kita. Kualitas bibit pohon buah yang diki

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1534

    Agatha meneruskan, "Demi mendapatkanmu kembali, Tirta pasti sudah berjuang mati-matian. Tapi, aku nggak paham. Kalau Bu Bella mau ikut Tirta pulang ke Desa Persik, kenapa kamu masih mempersulit Tirta?""Apa Tirta masih belum cukup baik bagimu atau kamu punya pemikiran lain? Bu Bella, aku bilang begini bukan bermaksud mengkritikmu. Aku cuma nggak ingin Tirta merasa nggak senang. Kalau kamu merasa omonganku keterlaluan, kamu boleh nggak menanggapinya," lanjut Agatha.Selesai bicara, Agatha kembali duduk dan lanjut makan. Dia menunggu tanggapan Bella."Agatha, aku ... nggak berpikiran begitu. Aku yang salah, aku nggak akan mempersulit Tirta lagi," timpal Bella.Pemikiran Bella dan Nabila hampir sama. Dia mempersulit Tirta karena ingin Tirta lebih sering menemaninya, tetapi sekarang Bella juga menyadari tindakannya sebelumnya memang salah setelah ditegur Agatha.Dari tadi Tirta belum bersuara. Dia juga tidak menghentikan Agatha dan lainnya. Awalnya Tirta memang ingin mencari kesempatan unt

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1533

    Tak lama kemudian, Tirta keluar dari kamar. Dia mencuci tangan, lalu berjalan ke ruang makan di lantai 1. Kala ini, Susanti, Agatha, Irene, Aiko, Naura, Nia, Melati, Tina, Laras, dan Kimmy sudah kembali dari kebun buah.Nabila dan Bella duduk bersama, sedangkan Yasmin duduk di samping Nabila. Makanan lezat yang dipadankan dengan sekelompok wanita cantik benar-benar menggugah selera. Namun, belum ada yang mulai makan.Tirta menelan ludah, lalu duduk di kursi bagian tengah. Dia mengambil sendok dan memakan tiram yang lezat sebelum bertanya, "Kak Farida, kenapa kalian nggak makan? Mana Bi Ayu dan Bi Elisa? Kenapa mereka nggak ikut makan?"Sepertinya Nabila masih marah kepada Tirta karena masalah tadi pagi dan hadiah. Dia memutar bola matanya pada Tirta, lalu mendengus dan menyahut, "Kepala keluarga belum turun, mana mungkin ada yang berani makan?"Nabila melanjutkan, "Kamu masih berani menanyakan tentang Bi Ayu dan Bi Elisa. Entah berapa lama kamu menyiksa mereka semalam. Sampai sekarang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1532

    Setelah dirangsang Tirta, tubuh Arum menegang dan wajahnya memerah. Dia juga tidak memberontak. Arum hanya menunduk dan berbicara dengan lirih.Tirta tertawa dan menimpali, "Tenang saja, Kak Arum. Aku pasti akan buat kamu hamil anakku. Itu cuma masalah waktu. Kalau nggak, sekarang kita beraksi dulu."Melihat Arum yang pasrah, Tirta mulai tidak sabar. Dia melepaskan baju Arum. Sementara itu, Arum menghela napas dengan wajah memerah. Sudah jelas hatinya tergerak.Namun, Arum merasa khawatir. Dia menarik bajunya supaya aksi Tirta tidak berhasil. Arum menolak, "Jangan ... Tirta. Banyak orang tunggu kamu makan di lantai bawah."Arum meneruskan, "Setidaknya butuh waktu satu jam lebih begitu kamu melakukannya. Kalau kamu belum turun, mereka pasti akan naik untuk memanggilmu. Sebaiknya kita baru lakukan itu nanti malam, kamu boleh melakukannya sesuka hatimu ...."Tirta menyukai Arum yang selalu menurutinya dan nggak pernah cemburu. Dia memeluk Arum dan menciumnya lagi, lalu berpikir sejenak se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status