Mendengar omelan Yasmin, Ayu berpura-pura galak saat menegurnya, "Kamu ini masih kecil, tapi sudah mulai tertarik pada pria. Mau jadi apa setelah dewasa nanti? Lebih baik kamu diantar balik ke tempat ayah dan kakekmu secepatnya! Biar mereka bisa memberimu pelajaran!"Ekspresi Yasmin menjadi murung. Dia segera menarik lengan baju Ayu, lalu menggoyangnya dan memohon, "Bi Ayu, jangan. Aku sudah menyadari kesalahanku. Lain kali aku pasti nggak berani mengulangi kesalahanku lagi."Farida tidak bisa menahan tawanya. Dia menimpali, "Gadis bodoh, Bi Ayu cuma menakutimu. Tapi, kamu harus menjaga sikapmu sebagai seorang wanita. Kalau nggak, nanti nggak ada yang suka kamu waktu kamu dewasa."Mereka sudah menebak Yasmin pasti akan ditiduri Tirta setelah dewasa. Namun, sekarang Yasmin masih kecil. Tirta lebih tua daripada Yasmin, jadi mereka tidak tega lihat Yasmin terluka.Siapa sangka, Yasmin malah mengangkat kepalanya dan menyanggah dengan ekspresi serius, "Aku rasa nggak begitu. Aku lihat Kak M
Sudah jelas Farida merasa kelemahannya masih sangat banyak. Tirta menyahut, "Boleh."Tirta memandang para wanita sembari bertanya, "Siapa yang mau bertarung denganku selanjutnya?"Ayu segera maju dan menjawab, "Tirta, aku yang maju. Aku mau minta pedang juga.""Oke," balas Tirta seraya mengangguk.Untung saja, Pedang Terbang di dalam Cincin Penyimpanan dan Giok Penyimpanan lumayan banyak. Jadi, cukup untuk dibagikan kepada semua wanita di sini.Ting! Ting! Kala ini, kultivasi Ayu sudah mencapai tingkat pembentukan energi tahap kelima puncak. Tirta menekan kultivasinya hingga tingkat pembentukan energi tahap keempat.Setelah Ayu siap, dia dan Tirta langsung mulai bertarung. Ayu sudah menyerap banyak pengalaman karena melihat beberapa pertarungan sebelumnya. Jurus, sudut, dan cara serangan Ayu membuat Tirta sangat puas.Mereka berdua bertarung untuk beberapa saat. Tubuh Ayu dibasahi keringat. Tirta pun menghentikan pertarungan mereka, "Bi Ayu, kamu istirahat saja."Tirta meneruskan ucapa
Banyak orang di tempat, jadi Tirta juga tidak bercanda dengan Yasmin lagi. Dia tertawa, lalu berkata, "Yasmin, kamu turun dulu. Aku lagi bertarung dengan Kak Farida.""Oh, oke. Kalian lanjut bertarung saja," timpal Yasmin. Dia masih ingin lanjut berbincang dengan Tirta. Setelah mendengar ucapan Tirta, Yasmin menjadi murung. Dia segera turun dari tubuh Tirta.Melihat reaksi Yasmin, Tirta tersenyum padanya dan membalas, "Nggak usah buru-buru. Tadi aku dengar Bi Ayu bilang kamu, Tina, dan lainnya pergi ke belakang gunung untuk berlatih formasi pedang ya? Nanti kalian berempat maju sama-sama. Kita juga bertarung biar aku bisa lihat hasil kultivasi kalian."Yasmin baru berlari ke samping dan menyahut dengan mata berbinar-binar, "Oke, Guru! Aku jamin nggak akan membuatmu kecewa!"Tiba-tiba, Yasmin memperhatikan kucing putih di dalam pelukan Elisa. Dia berseru, "Eh, Bi Elisa. Kucing putih yang kamu gendong ini cantik sekali. Aku boleh belai dia nggak?""Boleh, namanya Jade. Dia sangat patuh,"
Baik performa Arum tadi atau performa Melati sekarang membuat Tirta sangat puas. Melati tersenyum menawan dan membalas, "Huh! Tentu saja! Kamu kira aku benar-benar lemah?"Kemudian, Melati berjongkok. Pinggangnya yang lembut menekuk, lalu dia berputar. Meskipun Melati tidak bisa melihat Tirta, ujung tombaknya seperti mempunyai mata. Tombak menyerang jantung, leher, mata, dahi, dan bagian vital lain Tirta dari sudut yang sulit diperkirakan.Mata Tirta berbinar-binar. Dia berseru, "Naga Bahar! Teknik tombak Kak Melihat sangat bagus!"Saat Tirta menghindari serangan Melati, pedang di tangannya berguncang dan terbagi. Jumlah pedangnya sangat banyak.Ngung! Ngung! Ngung! Terdengar suara dengung pedang tanpa henti. Hujan pedang hampir menusuk Melati.Melihat serangan Tirta yang dahsyat, Melati tahu dia tidak bisa melawannya. Dia langsung melempar tombaknya dan meminta ampun, "Aduh, Tirta! Aku nggak mau bertarung lagi, kamu menang! Jangan tusuk aku!"Farida yang bingung bertanya, "Melati, tek
Ayu yang malu menegur, "Eh ... Melati, jaga sikapmu!"Wajah Farida juga memerah. Dia bercanda, "Melati, aku rasa kamu nggak usah bertarung dengan Tirta lagi! Lebih baik kamu diskusikan dengan Arum saja, kamu minta Arum beri kamu giliran pertama untuk tidur dengan Tirta. Di antara kami semua, kamu yang paling berani. Kami nggak keberatan!"Althea dan Heidi yang baru keluar dari dunia misterius kaget melihat sikap Melati. Mereka berpikir jangan-jangan Tirta begitu genit karena tertular wanita ini?Melati mendengus dan membalas, "Kalian nggak paham! Orang yang pemberani baru bisa merasakan kenikmatan terlebih dulu. Tirta, omonganku benar, 'kan?"Melati sama sekali tidak peduli dengan pandangan semua orang. Dia memandang Tirta sambil menjilat bibir untuk menggodanya.Tirta yang merasa lucu menggeleng. Dia menanggapi, "Omonganmu memang benar. Tapi Kak Melati, sekarang kita lagi serius bertarung. Aku nggak punya tongkat besar. Sebaiknya kamu pilih senjata asli, lalu bertarung denganku."Tirt
Arum dan Tirta mundur, lalu mencari kesempatan lagi. Bagi Ayu dan lainnya, Tirta dan Arum terlihat seperti dua ekor kupu-kupu indah yang sedang menari.Ting! Ting! Ting! Suara dengung pedang terus terdengar. Tampak bayangan pedang yang terus muncul.Nabila yang bersembunyi di jendela lantai dua mengintip. Dia merasa Tirta sengaja mengalah kepada Arum. Jadi, dia merasa tidak adil.Nabila mengomel, "Sudah jelas Tirta sialan itu lagi beradu teknik pedang bersama Kak Arum dengan mesra! Benar-benar menyebalkan! Lihat saja nanti, aku beri kalian pelajaran waktu tidur malam ini!"Namun, Nabila baru terkejut setelah mengamatinya beberapa saat lagi. Dia bergumam, "Salah, teknik pedang Kak Arum yang hebat sekali sampai-sampai bisa setara dengan Tirta. Sepertinya memang aku yang terlalu cepat berpuas diri. Tingkat kultivasiku tinggi karena fisikku bagus setelah sering dinutrisi Tirta, bukan karena kemampuanku hebat."Nabila melanjutkan, "Seharusnya aku rajin berkultivasi. Aku harus bisa menggunak