Setelah Amber meninggalkan Axton hotel, perasaannya tiba-tiba terasa lebih ringan dari sebelumnya. Dia tidak menyangka kalau batu berat yang mengganjal di hatinya yaitu Mark akan dengan mudah disingkirkan oleh Ian.
Amber masih merasa agak bersalah, tapi rasa bersalah itu tidak lagi ditujukan pada Mark. Adapun taruhan yang diajukan oleh Ian, dia mengerti apa tujuan pria itu.
Ian tidak percaya pada cinta jadi sebagai konsekuensinya, dia juga tidak percaya kalau sesuatu yang baik bisa saja terjadi dari Calvin dan dia.
Ian ingin dia menyadari kalau cinta mereka tidak berharga dan tidak berarti, tetapi apakah itu berarti dia sekarang harus menjalin hubungan asmara dengan Calvin dan kemudian bertindak sedemikian rupa sehingga Ian akan mempercayainya? Menurut Amber ini terlalu menggelikan!
Amber merasa Ian tidak mungkin menjadi pria berpikiran dangkal seperti itu. Apa hubungan emosi orang lain d
Begitu menyadarinya, Amber menutup telepon, agak bingung.Dan kemudian dia segera mengangkat teleponnya dan menelepon Calvin lagi. "Apakah urusanmu sudah selesai? Kalau iya, aku ingin mengajakmu untuk ... um, sarapan?""Sekarang?" Suara Calvin membawa isyarat tertawa sambil menjawab, "Baiklah, aku hampir selesai. Di mana kita harus makan?""Tempatku?" Sebenarnya Amber berpikir lebih baik bertemu di kantornya di rumah sakit karena akan lebih privasi di sana. Namun, tidak mungkin dia bisa menemuinya di rumah sakit jadi satu-satunya alternatif yang dia miliki adalah mengundangnya ke rumahnya."Baiklah, beri aku sepuluh menit."***Calvin berkata sepuluh menit dan memang sepuluh menit kemudian, Amber menemuinya di lantai dasar gedung apartemennya.Amber tidak tahu Calvin berlari dari mana. Keadaan di luar sinar matahari cerah, tapi anginnya kencang, begitu kencang hingga membuat telinga sakit. Amber saja sudah merasa kedinginan dari
"Aku tidak ada waktu luang akhir pekan ini, tapi akhir pekan depan nanti saat aku ada waktu luang, aku akan mengundang kamu untuk makan makanan ibuku lagi." Amber berkata setelah menelan makanan di mulutnya. Dia berhenti sejenak, lalu menambahkan, "Hubungi Trysta dan Silvia serta yang lainnya juga. Ibuku akan senang melihat kalian lagi."Sejenak Calvin menatap kosong sebelum menerima dengan gembira, matanya melengkung ke atas seperti bulan sabit kecil. "Baiklah. Aku akan ada waktu luang pada sore hari, jadi aku akan pergi memilih beberapa hadiah untuk mereka setelahnya. Aku masih punya beberapa barang dari luar negeri dan oh ... kamu harus membantuku memilih beberapa barang saat kamu ada waktu luang, sesuatu yang mereka sukai ...."Calvin mengatakan banyak hal sekaligus dan Amber langsung tahu kalau dia gugup. Dia pun tersenyum dengan nyaman. "Jangan mengkhawatirkan tentang semua itu. Yang paling penting adalah kamu pergi."Calvin menggelengkan kepalanya. "Bagaimana bisa? Dulu aku ser
Amber mengeluarkan ponselnya dan mulai menghubungi rumah sakit. Dia memerintahkan mereka agar memberi tahunya terlebih dahulu jika ada yang mencoba menanyakan kondisi Elly bahkan jika mereka adalah anggota keluarganya.Amber sebenarnya tidak tahu apakah Calvin akan langsung pergi ke sana atau tidak, tetapi yang jelas dia tahu bahwa pria itu pasti akan pergi suatu saat nanti.Dan benar saja, tepat ketika Amber hendak meninggalkan rumah, dia mendapatkan telepon dari kepala perawat yang memberitahukan kalau ada seorang pria datang mengunjungi Elly. Karena sekarang bukan jam berkunjung, maka dia tidak mengizinkannya masuk, tapi dia menjelaskan kondisi pasien kepadanya secara detail.Amber bertanya, "Apakah dia menyebutkan namanya?"Kepala perawat menjelaskan, "Dia mengatakan bahwa nama belakangnya adalah Reyes. Dia tampak seperti pemuda yang agak muda dan tinggi, cukup tampan."Rumah sakit juga memiliki rekaman keamanan sehingga Amber bisa memeriksanya sendiri. Karena bencana terakhir ka
Ibu Calvin dengan lembut menyeka air matanya, tetapi dia terus menangis sesekali saat berbicara dengan Amber."Mengingat betapa baik hati masyarakat saat ini, bahkan jika Elly memiliki ibu yang melarikan diri dan ayah yang tidak berguna. Selama dia bisa berdiri sendiri, lalu mengapa dia dikucilkan? Daripada menjadi diintimidasi, dia pasti terlibat, terlibat dengan tindakannya, menyebabkan orang tua lain menyalahkan anak-anak mereka padanya!"Amber tiba-tiba merasakan hawa dingin merambat di punggungnya setelah menyadari implikasi di balik kata-kata ibu Calvin. Dia dengan agak susah payah bertanya, "Itu tidak mungkin, 'kan? Mungkin dia menjadi ... lebih baik di kemudian hari?""Lebih baik?" Ibu Calvin berkata dengan sarkas dan hanya bisa tertawa mendengar jawaban Amber, wajahnya yang cantik berubah menjadi agak menyeramkan. "Lalu tahukah kamu kenapa aku harus menikah lagi? Kenapa, meskipun Calvin melakukannya dengan sangat baik di sini, tapi aku tetap mengi
Setelah pertemuan dengan ibu Calvin, Amber dengan patuh pulang dan menunggu di rumahnya.Bahkan ketika ibu Amber selesai bekerja dan berkemas, Amber masih di sana, menunggu. Karena itu ibu Amber menjadi tidak sabar, mau tidak mau meneleponnya. "Sudah berapa lama sejak kamu kembali? Apakah kamu tersesat? Haruskah aku mengirimkan tandu untukmu?"Mendengar sang ibu berkata demikian, keringat menetes dari dahi Amber. Dia dengan cepat menjawab dengan nada yang menyenangkan. "Aku agak sibuk sekarang. Aku pasti akan pulang minggu depan.""Sibuk? Sibuk dengan apa?" Ibu Amber tidak mendengarkan kata-katanya sama sekali, malah mulai memikirkan tentang si pria tolol yang muncul tidak jelas di rumah putrinya waktu itu. Berpikir seperti itu membuatnya marah dan membuat suaranya segera menjadi dalam. "Tidak mungkin kamu masih belum putus dengan pria itu, 'kan?"Mendengar pertanyaan sang ibu, Amber tidak tahu harus
"Kamu! Kalian? Am ... beerr!"Begitu teriakan itu datang, Amber berbalik karena takut akan kemungkinan terburuk, dia terlambat menyadari bahwa telepon yang dia letakkan di meja kopi tadi masih merekam. Di layar ponselnya memperlihatkan wajah kaget ibunya.Namun, segera setelah itu, wajah sang ibu menghilang dari layar dan berganti dengan tangan besar ayahnya yang muncul dan kali ini mengakhiri panggilan video.Di pihak mereka tidak diragukan lagi ada pertengkaran besar lainnya, tapi Amber tidak bisa mengkhawatirkannya untuk saat ini.Amber kembali berbalik dan melihat Calvin sedang mengawasinya. Dia memiliki sepasang mata yang sangat bagus, mata besar dan sedikit bengkok di bagian sisinya, disertai dengan rasa melankolis yang tak terduga.Kemurungan itu sangat menarik perhatian, seperti lampu kaca patri yang dibuat neneknya untuknya ketika dia masih kecil. Di malam musim dingin yang dalam, dia selalu ingin melepas kap lampu untuk melihat caha
Di atas sofa, tubuh Calvin tiba-tiba terdiam. Sementara Amber mengusap keningnya karena kesal.Amber melepaskan Calvin, lalu menyeret Billy ke satu sisi. "Bisakah kamu diam sebentar? Dan berhenti menatapku seperti itu. Pertama-tama, aku sudah putus dengan Tuan Axton. Kedua, aku pastinya belum melakukan hal seintim yang kamu kira dan yang terakhir, aku ingin bertanya mengapa kamu datang ke sini untuk menemuiku?"Amber mengatakan banyak hal sekaligus, tapi Billy hanya fokus pada satu kalimat. "Apa? Kamu putus dengan Ian? Heh, lalu apakah yang kulihat tadi malam adalah hantu?"Amber memandang Billy dengan jengkel, tidak tahu harus mulai dari mana penjelasannya. Pada akhirnya, dia hanya bisa mendorongnya ke orang lain. "Bagaimanapun, Tuan Axton memahami hubungan kita sekarang. Jika kamu ingin tahu alasannya, tanyakan saja kepadanya."Setelah mendengar kata-kata terakhir Amber, Billy akhirnya benar-benar
Kesabaran Ian terhadap Billy jelas terbatas sebelum dia memasuki pintu karena dia tidak berkenan untuk menanggapinya sekarang.Sebaliknya, Ian menundukkan kepalanya dan mulai memainkan 'Balap Ekstrim'—sebuah aplikasi game yang akhir-akhir ini menjadi obsesinya, sebuah permainan anak-anak yang sangat kekanak-kanakan dan membosankan tentang mobil terbang kecil. Terlebih lagi, keterampilan Ian sangat mengerikan. Nilainya sepuluh dari sepuluh, dia menabrakkan mobilnya ke tebing. Meskipun dia telah memainkannya selama lebih dari setengah bulan, tapi Ian masih belum melewati satu pun pos pemeriksaan.Kali ini pun tidak ada perbedaan. Billy baru saja duduk dan hendak mengatakan sesuatu ketika dia melihat mobil Ian hancur dengan bunyi "bang!" tanda memenuhi layar—dia menabrak penghalang jalan. Tabrakan tersebut menghancurkan mobil seluruhnya dan seketika menewaskan pengemudinya, hanya menyisakan sekumpulan pecahan kaca dan darah muncrat dari dalam mobil. Mata Billy bergerak-gerak, tapi dia b