แชร์

155. Bertaruh nyawa menyelamatkan

ผู้เขียน: Cutegurl
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-09-30 15:55:31
Dengan napas yang ia atur dengan perlahan, El mulai menutup matanya sejenak, dan mencoba untuk menenangkan hatinya. Setelah merasa lebih tenang, El kemudian membuka matanya kembali, sorot matanya berubah tajam dan penuh konsentrasi. El mencoba untuk meraba nadi gurunya sekali lagi, untuk mencari letak pusat hambatan energi yang menyebabkan aliran qi di tubuh renta itu tersumbat.

“Letaknya hambatannya… ada di jalur meridian jantung dan hati,” gumam El dengan pelan, seperti sedang berbicara pada dirinya sendiri.

Setelah itu, El mengambil tiga jarum emas pertama dari dalam kotak hitam itu, lalu ia mulai menyalurkan seberkas energi tipis dari telapak jarinya ke batang jarum tersebut. Dan saat itu juga, jarum tersebut memancarkan cahaya keemasan yang sedikit redup, dan berdenyut seirama dengan detak jantung El.

Dan dengan gerakan mantap, El mulai menusukkan jarum pertama ke titik Neiguan di pergelangan tangan gurunya. Dan jarum itu langsung bergetar halus begitu menembus kulit yang su
Cutegurl

Haloo, ada yang rindu El? Maaf ya, selama tiga hari belakangan Author gak bisa update novel El, karena tiba-tiba author harus di opname di rumah sakit, dan menjalani operasi, huhuhu. Author baru bisa pulang siang ini, 30-sep, dan langsung berpikir lagi untuk menulis novel El. Terima kasih untuk seluruh pembaca novel El yang masih setia bersama El. Luph luphh❤️

| 3
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Dokter Jenius: Tangan Emas Sang Penyembuh    168. Saya tidak bisa istirahat

    Salah satu asisten segera memberikan benang pada El dengan gerakan cepat. Semua tim operasi El kali ini bekerja dengan cepat. El lalu menjahit luka besar itu dengan gerakan cepat namun rapi. Setiap jahitannya terpasang dengan ketegasan luar biasa. Menegaskan sosoknya yang bisa dibilang sempurna dalam urusan medis. Dia benar-benar adalah murid membanggakan dari tabib terkutuk. Dalam ruang operasi yang dingin itu, suara tik-tik-tik alat monitor menjadi satu-satunya musik di ruangan tersebut. Menjadi teman dengar bagi beberapa pasang telinga di sana. Dan ketika El sedang fokus menangani pasiennya, seorang perawat masuk ke dalam ruang operasi dengan tergesa-gesa. Di wajahnya terlihat panik yang kentara. “Dokter, ada dua korban lainnya yang baru tiba. Keduanya tidak sadar, salah satunya dengan luka bakar parah.” El menatap sekilas ke arah pintu, lalu berkata datar, “Beri prioritas lebih dulu pada pasien dengan nadi lemah. Minta Dokter Lina untuk ambil alih triase. Jangan biarkan

  • Dokter Jenius: Tangan Emas Sang Penyembuh    167. Terus menyelamatkan

    Roda brankar berdecit keras saat salah satu pasien didorong masuk ke ruang operasi darurat dua. Bau darah segar, dan campuran antiseptik, langsung memenuhi udara dingin di dalam ruangan tersebut. Lampu operasi yang tergantung di atas meja operasi menyala dengan terang, menyilaukan, dan menyorot tubuh pasien laki-laki yang penuh dengan luka. Wajahnya nyaris tak dikenali, tertutup darah dan serpihan kaca yang menempel di kulitnya. Nafasnya berat, pendek, dan terputus-putus. Elvario kini sedang berdiri di sisi meja operasi, dan mengenakan sarung tangan steril yang baru. Masker telah menutupi separuh wajahnya, hanya menyisakan sepasang mata tajam yang penuh fokus. Di sampingnya, seorang dokter anestesi sedang memeriksa tekanan darah pasien dan saturasi oksigen yang terus turun drastis. “Tekanan 60 per 30, Dok! Saturasinya 78 persen!” “Buka jalan napasnya sekarang! Ventilator siap?” “Siap, Dok!” El menarik napas dalam, lalu menatap layar monitor. Detak jantung pasien melambat.

  • Dokter Jenius: Tangan Emas Sang Penyembuh    166. Terus berjuang menyelamatkan

    Setelah mengatakan perintah tersebut, El menutup panggilan telepon tersebut. Kemudian El berdiri dengan cepat, dan meraih jasnya lalu langsung mengenakan jas tersebut dalam satu gerakan. Tatapan semua orang yang ada di kantin itu mengikuti langkahnya saat El berjalan cepat keluar, suara sepatunya terdengar beradu dengan lantai yang licin karena basah. Sekarang koridor rumah sakit terasa lebih sibuk dari saat tadi El melewatinya. Dan beberapa orang perawat tampak berlarian di sana, dengan suara telepon yang terus berdering, disusul dengan suara pengumuman dari pengeras suara menggema dengan keras. “Seluruh tim trauma harap segera ke IGD. Tim trauma, ke IGD sekarang.” Suara panggilan itu terdengar tegas dan juga penuh permintaan. El semakin mempcepat langkahnya. Tatapannya tajam, dan juga fokus. Begitu El tiba di ruang trauma, aroma khas rumah sakit, berupa obat, darah, dan antiseptik langsung menyergap ke dalam hidungnya. Di sana, terlihat ada beberapa staf medis sudah bersiap

  • Dokter Jenius: Tangan Emas Sang Penyembuh    165. Apakah akan ada insiden lagi?

    Beberapa Jam Kemudian Ruang operasi telah digunakan bergantian. El keluar dari OR dengan seragam operasi yang basah oleh keringat. Maskernya ia turunkan perlahan, langkahnya berat. “Pasien perempuan sudah stabil,” lapor perawat ICU. “Transfusi berjalan baik, tekanan darah normal.” El mengangguk pelan. “Pantau urine output dan saturasi tiap lima belas menit. Jika turun, hubungi saya langsung.” Ia lalu menatap layar monitor di ruang observasi tempat pasien laki-laki dirawat pascaoperasi. Napas pria itu teratur, tapi masih dibantu ventilator. CT menunjukkan pendarahan sudah dibersihkan, namun kesadarannya belum pulih. Jam dinding di atas pintu menunjukkan pukul 13.47. Sudah lewat dari jam makan siang. Langkah kaki El bergema pelan di lantai rumah sakit yang bersih mengilap. Operasi yang El lakukan berjalan lancar, dan nyawa pasien selamat, tapi tenaga El terasa nyaris terkuras habis. Saat ia tiba di pintu keluar IGD, El kemudian berhenti. Pandangannya tertarik oleh sesuatu

  • Dokter Jenius: Tangan Emas Sang Penyembuh    164. Mereka butuh saya

    Suara sirene ambulans meraung menembus keramaian pagi di kota Samara. Begitu kendaraan itu berhenti di depan pintu gawat darurat RS Medical, dua pintu belakang langsung terbuka. Paramedis keluar membawa dua brankar, satu dengan tubuh pria yang tak sadarkan diri, satu lagi dengan seorang wanita muda yang wajahnya pucat dan tubuhnya berlumuran darah. “Seorang pasien perempuan, trauma paha kanan, perdarahannya aktif! Seorang pasien laki-laki, mengalami cedera kepala berat, GCS delapan!” seru paramedis cepat. Dr. Elvario turun dari ambulans terakhir. Ia kemudian menatap sekeliling, matanya menatap tajam dan fokus, sementara perawat serta dokter jaga segera menghampiri. “Trauma bay satu dan dua, siapkan alat resusitasi! Hubungi bedah saraf dan ortopedi sekarang!” ucap El dengan lantang, suaranya langsung menembus hiruk-pikuk ruangan. Tak ada yang berani membantah perintah El. Dalam waktu kurang dari satu menit, ruang IGD langsung berubah menjadi arena perang melawan malaikat maut.

  • Dokter Jenius: Tangan Emas Sang Penyembuh    163. Mulai menyelamatkan lagi

    Mendengar teriakkan itu, tanpa berpikir panjang, El langsung menepikan mobilnya, menarik rem tangan, dan keluar dari mobil tersebut. Udara pagi hari yang bercampur dengan aroma bensin dan besi panas menusuk hidung El. Ia segera berlari menuju lokasi kecelakaan, menyingkirkan beberapa orang yang hanya berdiri menonton sambil memegang ponsel. “Tolong menjauh semuanya! Tolong beri ruang untuk tim penyelamat!” seorang pria berseragam oranye dengan lambang BASARNAS di punggungnya berteriak dengan suara keras. Beberapa saat setelahnya, sirine ambulans dan mobil polisi mulai terdengar mendekat dari arah belakang. El merunduk, berusaha untuk melihat ke dalam kabin mobil yang terguling. Melalui jendela belakang yang retak, ia bisa melihat ada dua orang penumpang di dalam mobil tersebut. Ada seorang pria yang berada di kursi kemudi tampak pingsan dengan darah yang mengucur dari pelipisnya, sementara seorang wanita muda di kursi penumpang depan menjerit dengan pelan, tubuhnya terjepit das

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status