Share

Bab 4

Author: Indira
Teresa mengetuk pintu beberapa kali, lalu coba menekan gagang pintu dan menggoyangkannya. Aku menatap adegan itu dengan terkejut dan hampir saja kehilangan napas.

"Kenapa pintunya terkunci dari dalam? Tolong buka pintunya, Bu!" seru Teresa.

Aku segera menghela napas panjang. Untungnya saat masuk tadi, aku mengunci pintunya dari dalam. Kalau tidak, situasi saat ini pasti terasa sangat canggung.

"Teresa sudah pulang!" ucap Gemma yang ekspresinya langsung agak panik. Dia segera berdiri dan hendak merapikan bajunya.

Akan tetapi, mana mungkin aku melepaskannya begitu saja? Aku langsung menekannya dengan sekuat tenaga, lalu memisahkan kedua kakinya dan memulai aksi bejatku.

Gemma sontak membelalakkan mata. Dia hampir saja mendesah. Aku lalu memerintahkan, "Suruh dia tunggu sebentar!"

Gemma berseru dengan terbata-bata, "Teresa, kamu .... Aahh. Keluar dulu ya. Umm .... Ibu lagi mandi!"

Teresa berdiri di depan pintu. Begitu mendengar suara yang agak aneh, dia bertanya dengan hati-hati, "Bu, apa kamu baik-baik saja?"

Gemma sudah bingung karena tindakanku. Dia membalas, "Ya, Ibu nggak apa-apa ...."

Gemma meladeniku sambil menanggapi menantunya. Di luar pintu, segera terdengar suara langkah kaki Teresa. Aku tahu bahwa dia sudah pergi.

Gemma pun tidak menahan diri lagi. Ketika hendak melampiaskan semua hasrat, ponselnya malah berbunyi. Aku sontak merasa kesal sehingga memukul bokongnya beberapa kali dengan keras.

Gemma melirikku sekilas, lalu buru-buru mengangkat telepon. Tindakannya malah membuatku makin bergairah. Setelah mengangkat telepon, dia bertanya, "Nak, ada ... ada apa?"

Ternyata, Julius yang meneleponnya. Di ujung telepon, dia memberi tahu, "Bu, aku sudah mau sampai rumah. Lapar banget nih. Cepat buatkan makanan untukku ya."

Gemma buru-buru mendorongku sambil menjawab putranya, "Oke, Ibu akan masak sekarang!"

Setelah mematikan panggilan, Gemma memberi tahu, "Alfred, anakku sudah mau pulang. Kita beres-beres dulu ya?"

Aku tidak mau pergi begitu saja. Sebaliknya, aku bertanya, "Masih belasan menit kok sebelum dia sampai. Dia juga harus parkir mobil dulu. Kenapa kamu panik? Ayo, kita lanjut!"

Usai berkata demikian, aku ingin melanjutkan aksiku. Namun, entah apakah itu perasaanku saja atau bukan, seolah-olah ada sedikit rasa tidak suka di tatapan Gemma.

Gemma menolak melakukannya. Aku merasa agak kesal dan tidak nyaman, tetapi tidak ada yang bisa kulakukan lagi. Akhirnya, aku terpaksa mengenakan bajuku dan mulai membereskan kotak medisku.

Tak lama kemudian, Gemma membuka pintu rumah. Teresa dan suaminya kebetulan tiba di depan rumah. Begitu melihat aku di rumah mereka, mereka sama-sama tercengang. Terutama Teresa yang pipinya memerah. Hingga kini, payudaranya masih terlihat begitu montok.

Julius bersikap sangat ramah padaku. Dia menyapa, "Paman Alfred? Ya ampun Dokter Alfred, aku baru kembali dari perjalanan bisnis tapi malah langsung bertemu denganmu."

"Baguslah! Bu, masak yang banyak ya. Aku akan turun beli arak dulu. Nanti, aku mau minum beberapa gelas sama Dokter Alfred. Terakhir kali, aku benar-benar terlalu ceroboh. Kebetulan aku bisa menebus kesalahanku hari ini," tambah Julius.

Setelah itu, Julius memberikan isyarat mata pada istrinya. Dia memberi tahu, "Masuklah dan temani Dokter Alfred. Kalau bukan dia, anak kita masih kelaparan sampai sekarang."

Perkataan itu terdengar agak aneh di telingaku, jadi aku hanya membalas dengan sopan, "Julius, kamu terlalu baik. Aku datang ke sini cuma mau lihat-lihat saja kok. Nggak perlu sampai makan bareng, 'kan?"

Akan tetapi, Julius langsung menahan tanganku. Dia merebut kotak medisku, lalu menatap tajam sambil berkata, "Karena kamu sudah datang, makan dulu saja. Nggak boleh pergi!"

Entah karena merasa bersalah atau alasan lain, tatapan matanya membuatku agak takut. Aku pun menundukkan kepala dan tidak berkata apa-apa lagi.

Julius lalu berbalik turun ke lantai bawah. Teresa masuk ke dalam rumah, menutup pintu, dan berjalan ke arah kamar dengan kepala tertunduk tanpa berkata apa-apa. Sementara itu, Gemma juga langsung masuk ke dapur dengan pengertian. Dia bersiap-siap memasak makan siang hari ini.

Di rumah ini, tersisa aku dan dua wanita ini. Hari ini, Teresa mengenakan atasan bertali yang memperlihatkan kedua bahunya yang mulus tanpa cela. Kulitnya terlihat putih bersih saat berdiri anggun di hadapanku.

Di bagian bawah, Teresa mengenakan celana jin pendek. Kedua kakinya yang jenjang hingga betis terlihat ramping tanpa sedikit pun lemak berlebih.

Gairahku kembali membara. Aku diam-diam mengikuti Teresa ke kamar. Baru saja masuk kamar, aku langsung memeluknya dari belakang dan mulai menyentuhnya secara tidak sopan.

Teresa sama sekali tidak menyangka bahwa nyaliku akan sebesar ini. Bagaimanapun, mertuanya masih ada di rumah. Teresa pun menjadi agak panik. Dia berbicara dengan suara rendah, "Dokter Alfred, jangan!"

Mana mungkin aku melepaskan kesempatan bagus seperti ini? Aku langsung mendorongnya ke arah dinding, lalu berujar, "Aroma susu di tubuhmu sangat harum. Terakhir kali, aku gagal mencicipinya. Kali ini, kamu tentu harus menebusku."
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nur Inayah'Tul Ma'wah Pasyah
ceritanya bagus banget
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dokterku, Cintaku   Bab 10

    Tatapan Gemma memancarkan kelembutan seorang ibu. Saat aku masih tenggelam dalam pikiran yang berantakan, tiba-tiba Nixon memanggil keras, "Ibu!"Ucapan itu membuatku seketika tertegun dan menatap dengan mata terbuka lebar. Dengan ekspresi penuh kebanggaan, Nixon berkata, "Bu, mulai sekarang kita nggak perlu pindah-pindah rumah lagi. Kita akan tinggal di apartemen ini. Aku akan merawatmu sampai tua!"Saat itulah, aku baru memahami semuanya. Aku menatap Gemma dengan penuh amarah, lalu bertanya, "Jadi, kamu ibu kandungnya? Dasar wanita nggak tahu malu! Dulu, kamu yang tega meninggalkannya. Akulah yang merawat dan membesarkannya sampai dewasa. Sekarang, kamu malah berani merebutnya dariku?"Nixon langsung menendangku hingga aku terjatuh terduduk di lantai. Dia memarahi, "Eh, Alfred, kamu pikir kamu siapa berani bicara seperti itu pada ibuku? Kalau bukan karena kamu, ayahku nggak akan mati tertabrak mobil. Kamulah yang menghancurkan keluargaku. Kamu ini orang yang paling pantas mati!""Apa

  • Dokterku, Cintaku   Bab 9

    Aku mendongakkan kepala, lalu bertanya padanya, "Teresa, gimana kamu bisa kenal dengan Nixon? Gimana hubungan kalian bisa berkembang sampai seperti ini?"Teresa mengusap air matanya. Dia menjawab dengan sedih, "Itu semua gara-gara Julius. Dia nggak bisa punya anak, jadi terus mencari pria yang sehat dan berkualitas. Nixon itu tinggi, ganteng, dan berpendidikan. Makanya, langsung dipilih olehnya.""Demi bisa punya keturunan untuk Keluarga Radjali, Julius sering mengajak Nixon main ke rumah untuk minum-minum. Dia memintaku memakai berbagai baju seksi untuk menggoda Nixon. Dari situlah semuanya terjadi. Nggak lama setelah itu, aku hamil."Begitu Teresa selesai bicara, hatiku terasa seperti disayat-sayat pisau. Yang pasti, aku tidak pernah menyangka wanita yang ada di hadapanku ini ternyata adalah ibu kandung dari cucuku.Dengan bibir bergetar, aku bertanya pelan, "Apa kamu punya rencana untuk anakmu?"Teresa menggigit bibirnya sambil menjawab, "Karena semua ini sudah terjadi, aku nggak me

  • Dokterku, Cintaku   Bab 8

    Gemma menghela napas. Tampaknya dia tidak ingin memperpanjang urusan ini lagi. Sebaliknya, dia mendesakku agar segera mentransfer uangnya.Setelah aku menyelesaikan transfer uang, Julius pun melepaskan ikatanku sambil berkata, "Aku kasih kamu waktu satu hari saja. Kalau malam ini kamu masih nggak bisa mengumpulkan uang sisanya, video ini bakal langsung kuunggah ke internet! Nantinya, jangan salahkan aku kalau hidupmu hancur!"Aku hanya bisa mengangguk, lalu keluar dari rumah mereka dengan langkah gontai. Begitu sampai rumah, aku rebahan di atas ranjang dan menatap kosong ke langit-langit. Otakku benar-benar kosong dan tidak tahu harus berbuat apa.Masih kurang 1 miliar lagi supaya uangnya cukup. Kecuali aku bisa meminjam dari teman. Namun di zaman sekarang, siapa yang bersedia meminjamkan uang sebanyak itu?Tidak disangka aku yang menghabiskan separuh hidupku untuk menyelamatkan nyawa orang, pada akhirnya hampir hancur total di tangan wanita.Dalam keputusasaan, aku tak punya pilihan l

  • Dokterku, Cintaku   Bab 7

    Apakah ini jebakan yang dirancang satu keluarga? Belum sempat aku memahami situasinya, Julius langsung menamparku keras-keras. "Tua Bangka, kamu sudah sadar? Gimana rasanya tubuh istriku? Enak nggak? Badan ibuku mantap nggak?"Aku panik sampai mataku memelotot. Rasanya aku benar-benar kehilangan harga diri. Saat ini, aku berseru, "Dasar bajingan! Lepaskan aku!"Julius mengangkat cambuk kulit di tangannya, lalu langsung menghantam tubuhku. Dia memaki, "Kamu sudah meniduri dua wanita dari keluarga kami! Aku nggak menebas kamu hidup-hidup saja sudah bagus. Sekarang kalau kamu nggak kasih 2 miliar, jangan harap bisa keluar dari sini hidup-hidup!"Aku langsung tertegun. Julius meminta 2 miliar? Walaupun aku sudah bekerja bertahun-tahun sebagai dokter spesialis ginekologi, tabunganku paling banyak hanya sekitar 1 miliar. Kalau tidak meminjam uang, aku tidak mungkin bisa bayar uang tutup mulut sebanyak itu.Aku pun memberi tahu, "Julius, aku nggak ... nggak punya uang sebanyak itu!"Belum sel

  • Dokterku, Cintaku   Bab 6

    "Apa?" Aku seperti baru saja mendengar sebuah rahasia besar. Mataku penuh dengan kebingungan ketika menatap Teresa.Aku sama sekali tak menyangka, wanita yang kelihatannya begitu polos dan murni ini ternyata melahirkan anak yang bukan dari suaminya. Itu berarti selain suaminya, Teresa mempunyai pria lain?Wajah Teresa terlihat sedikit memucat. Jelas, dia juga tidak menyangka Julius akan membongkar hal ini. Akan tetapi, mertuanya malah terlihat sudah sangat biasa dengan situasi seperti ini.Gemma terus mengambilkan makanan ke piringku, lalu berujar sambil tersenyum, "Anak muda memang suka sembarangan bicara. Dokter Alfred, jangan dianggap serius ya."Julius yang mabuk mulai berbicara lagi dengan tubuh agak oleng, "Sembarangan bicara dari mana? Bu, aku kasih tahu yang sebenarnya. Cucumu itu bukan anak kandungku!"Mendengar itu, Teresa sontak panik. Dia buru-buru menarik Julius ke arah kamar sambil bertanya, "Julius, kenapa kamu mengada-ada saat mabuk? Kalau dia bukan anakmu, terus anak s

  • Dokterku, Cintaku   Bab 5

    Dengan doronganku, akhirnya keinginanku terkabul juga. Hanya saja tepat saat aku bersiap untuk melangkah lebih jauh, dari atas ranjang tiba-tiba terdengar suara tangisan bayi."Oekk ... oekk!" Tangisan bayi itu makin lama makin keras. Itu membuatku seketika tak berani lagi bergerak.Teresa buru-buru merapikan celananya. Di saat bersamaan, dari arah dapur terdengar suara pintu yang didorong. Setelah itu, suara langkah kaki terdengar makin dekat. Itu adalah Gemma. Dia berjalan kemari sambil bertanya, "Teresa, cucuku bangun ya?"Begitu mendengar suara Gemma, seluruh tubuhku langsung menegang. Kulit kepalaku juga terasa mengencang. Kemudian, aku buru-buru menarik ritsleting celanaku.Setelah itu, aku pura-pura bersikap tenang. Aku menghadap Teresa sambil berkata, "Kalau menyusui langsung pakai ASI, itu jauh lebih baik daripada susu formula. Biasakan makan makanan tinggi protein supaya kualitas air susu juga bagus. Ck, ck. Lihatlah, anakmu makannya lahap banget sampai gemoi begitu."Meskipu

  • Dokterku, Cintaku   Bab 4

    Teresa mengetuk pintu beberapa kali, lalu coba menekan gagang pintu dan menggoyangkannya. Aku menatap adegan itu dengan terkejut dan hampir saja kehilangan napas."Kenapa pintunya terkunci dari dalam? Tolong buka pintunya, Bu!" seru Teresa.Aku segera menghela napas panjang. Untungnya saat masuk tadi, aku mengunci pintunya dari dalam. Kalau tidak, situasi saat ini pasti terasa sangat canggung."Teresa sudah pulang!" ucap Gemma yang ekspresinya langsung agak panik. Dia segera berdiri dan hendak merapikan bajunya.Akan tetapi, mana mungkin aku melepaskannya begitu saja? Aku langsung menekannya dengan sekuat tenaga, lalu memisahkan kedua kakinya dan memulai aksi bejatku.Gemma sontak membelalakkan mata. Dia hampir saja mendesah. Aku lalu memerintahkan, "Suruh dia tunggu sebentar!"Gemma berseru dengan terbata-bata, "Teresa, kamu .... Aahh. Keluar dulu ya. Umm .... Ibu lagi mandi!"Teresa berdiri di depan pintu. Begitu mendengar suara yang agak aneh, dia bertanya dengan hati-hati, "Bu, apa

  • Dokterku, Cintaku   Bab 3

    Suami Teresa mendadak masuk bersama mertuanya. Pria itu bertanya, "Apa yang kalian lakukan di dalam? Kenapa lama banget?"Aku mendorong kacamataku dan berusaha tetap tenang. Aku menyapa, "Julius? Aku lagi periksa istrimu, kenapa kamu malah marah-marah?"Julius baru sadar kalau itu aku, lalu dia dan ibunya mulai tersenyum malu-malu. Dia membalas, "Ya ampun, kenapa bisa begitu kebetulan? Kalau aku tahu Paman Alfred praktik di sini, aku nggak akan berani masuk begitu saja ...."Gemma juga menambahkan sambil tersenyum, "Dokter Alfred, maaf ya. Anakku ini memang suka begitu. Kalau ada kesempatan, nanti aku undang kamu ke rumah deh biar kamu bisa makan dan minum sepuasnya. Anggap saja itu sebagai permintaan maaf. Hehe ...."Julius menggaruk kepala belakangnya, lalu memberi tahu, "Anak ini nangis minta susu, jadi aku panik. Hehe!"Aku melambaikan tangan sambil merespons, "Sudahlah, masalah istrimu sudah kubereskan. Kalian bisa keluar sekarang. Masih ada pasien lain yang harus kuperiksa!"Tere

  • Dokterku, Cintaku   Bab 2

    Payudara Teresa sudah sangat bengkak. Aku bahkan tidak tega melihatnya. Aku benar-benar ingin mengisap semuanya keluar.Setelah Teresa berbaring dengan patuh, aku tidak sabar untuk meletakkan tanganku di atasnya dan memijatnya. Kulitnya sangat halus, pasti luar biasa ketika disentuh.Aku baru saja memijatnya beberapa kali, tetapi Teresa langsung menekuk sepasang kakinya. Tubuhnya juga terlihat sedikit gemetar. Tepat ketika aku ingin melangkah lebih jauh, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu."Teresa, dokter sudah selesai memeriksamu belum? Anakmu sudah nangis karena lapar nih!" Aku terkejut mendengarnya. Ternyata itu suara ibu mertua Teresa, Gemma!Gemma terlihat masih muda. Tubuhnya yang berbentuk indah tidak kalah dengan Teresa, tetapi dia sering memarahi menantunya dengan kata-kata kasar.Aku segera menarik tubuhku kembali, lalu sengaja merendahkan suara ketika membalas, "Bisa diam nggak? Dia lagi diperiksa, tolong jangan berisik!"Di luar sana, suasana langsung menjadi sepi. Aku

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status