Share

Bab 17: Diam-Diam Perhatian

“Eh, enggak, Prof. Maksud saya, Alvin selalu rela membantu Mbak Mei.” Bastian nyengir.

Melihat ulah Alvin dan Bastian, dahi Amran mengernyit. Sepertinya tidak hanya aku yang korslet. Anak-anak ini juga. Pekerjaan berat dan maraton sebulan terakhir sepertinya membuat mereka oleng dan meracau.

“Tapi memang Mbak Mei yang wonder woman,” lanjut Bastian. “Semua mau diberesin sendiri.” Bastia nyengir. Disugarnya rambut lurus sebahu mliknya sambil mengedipkan mata pada Alvin.

Kali ini Alvin melengos lalu pura-pura membetulkan tali sepatu. Sialan kamu, Bas! Jangan harap aku kasih kamu tumpangan sampai kos!

“Kamu ini ada-ada saja, Bas.” Amran berdecak. “Sekarang kalian pulang saja. Biar saya yang nunggu Mei.”

“Mau dibuatkan kopi dulu nggak, Prof?” tawar Bastian. “Atau dipesenin makanan?”

“Nggak usah, Bas. Sekarang sudah bukan jam makan. Kalau butuh minum, nanti saya buat sendiri.”

“Baik, Prof.” Keduanya mengangguk sopan kemudian meninggalkan lobi lantai dua.

Amran kembali ke ruang
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status