Share

Bab 23

Amran duduk di samping ranjang. Ditatapnya paras pucat Mei dengan mata berkaca-kaca. “Hai, Mei. Lama sekali kamu tidur. Kamu mimpi apa sampai nggak bangun-bangun?” Suara lirih Amran beradu dengan bunyi alat-alat bantu di samping ranjang dan deru mesin pendingin. “Bangun, Mei. Nanti saya buatin teh paling enak.” Amran tersenyum getir. Hatinya benar-benar seperti gelas dibanting ke lantai. “Atau kamu mau dibuatin kopi? Apa saja yang kamu minta, saya buatin, Mei. Please, bangun, Mei.”

Napas Amran tertahan ketika melihat kelopak mata Mei bergerak. Ia mendekat demi memastikan penglihatannya tidak salah. “Mei ....”

Kedua mata Mei terbuka sempurna. Ia mengedarkan pandangan hingga bersitatap dengan Amran. “P-Prof Am-ran, sa-ya di ma-na?”

Hati Amran seperti dipeluk embun pagi ketika mendengar suara Mei dan melihatnya membuka mata. Segala penat dan lelah lesap, sirna bersama udara. Ya, ampun, betapa tersiksanya aku nungguin kamu bangun, Mei. Hampir saja Amran menggenggam jemari Mei, tetapi o
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status