Sebelumnya keluarga Vika sama sekali tidak tau tentang kejadian yang menimpa vika, tetapi ketika Riki berhasil membuat Angga tertangkap basah dan setelah itu vika minta diantarkan kerumah orang tuanya Riki memutuskan menceritakan ke orang tua Vika.
Riki bukan bermaksud menyakiti ataupun mempermalukan Vika, tetapi dia ingin semua orang dirumahnya mengerti kesedihan Vika dan justru tidak menanyakan ataupun menyinggung tentang kejadian yang membuatnya trauma. Riki mau semua keluarganya mendampingi dan menguatkan Vika.
Ayah Vika terpukul dan tak kuasa menahan kesedihanny dan tiga hari sudah terbaring dikasur kondisinya semakin melemah.
Vika semakin murung dan merasa bersalah belum hilang trauma yang melekat di dirinya dia sudah harus fokus mengurusi ayahnya yang sudah tua.
Vika semakin sedih, dia sama sekali tidak menyangka hidupnya akan hancur bahkan setelah pernikahan yang dia angankan akan berbahagia sampai
Dipenjara Angga menyesali perbuatannya, istrinya datang dan menanyakan kebenaran cerita tentang pemerkosaan yang dilakukan oleh Angga.Angga menyangkalnya.Istrinya akan berusaha sekuat tenaga mengeluarkan Angga dari tahanan karena dia percaya semua itu hanya jebakan untuk suaminya, Dewi begitu mencintai Angga sampai menutup matanya rapat-rapat dengan apa yang terjadi walaupun buktinya nyata dia tetap percaya Angga.Angga diuntungkan menikah dengan Dewi yang cukup kaya dan sangat bucin terhadapnya.Tak perlu waktu lama dewi berhasil membebaskan Angga, bahkan dia tidak terima dan ingin membalas Riki dan Vika yang menurutnya telah memfitnah suaminya........Dirumah Vika masih ramai tamu berdatangan untuk berbelasungkawa atas meninggalnya ayahnya.Termasuk keluarga Riki yang begitu berbesar hati tetap menghormati dan menganggap Vika menantunya, walaupun mereka tau apa yang telah menimpa menantun
Sejak saat itu Vika lebih tenang, Riki juga sangat setia mendampinginya meskipun Vika masih enggan didekati Riki.Riki merasa Vika butuh waktu untuk kembali seperti dulu dan membangun lagi rumah tangganya.Tetapi Riki percaya masih ada harapan untuk mereka, vika dan Riki rutin mengunjungi dokter kandungan.Vika yang sejak saat itu memutuskan untuk memakai hijab terlihat begitu manis mengenakan dress biru muda dengan warna hijab lebih tua dari dress-nya.Riki menjemputnya didepan rumah orangtua vika, Riki melihatnya dari atas kebawah, Riki terkesima melihat perubahan Vika."MasyaAllah Vika, kamu pangling cantik, semoga nanti anak kita perempuan ya.. biar secantik kamu."Vika tersenyum lebar sekali dan menjawab singkat "Aamiin Mas."Mereka sedang berusaha menikmati perannya menjadi calon orangtua meskipun masih tinggal terpisah.Pulang dari dokter Riki mengajak Vika makan di restoran tak
Kabar kehamilan Vika mulai tersebar diantara teman-teman sekelasnya sampai terdengar ke Angga, setelah tuduhan itu tidak terbukti dan tidak membuatnya dipenjara lama dia bebas dan kembali kuliah seperti biasa, tentu saja dengan bantuan istrinya yang cukup mampu untuk membayar pengacara yang hebat dan menjamin kebebasan nya.Angga kaget mendengar kabar itu dia tidak menyangka Vika hamil dan usia kehamilannya sudah lima bulan, itu tandanya dia bukan hanya memaksa kan kehendak nya pada istri orang tetapi juga pada wanita hamil yang bisa saja karena pemaksaan yang dia lakukan akan membuat bayi itu terbunuh.Angga benar-benar menyesal telah melakukan itu kepada vika, dia ingin bertemu dan memintanya memaafkannya meskipun dia tau pasti Vika menolaknya jangankan untuk memaafkan bertemunya saja mungkin dia sudah histeris kembali.Tetapi bukan Angga namanya jika tidak memaksakan keinginannya.Dia mencari tau keberadaan Vik
Angga tidak menyerah dia memutuskan untuk mengikuti Sari dia berpikir siapa tau hari ini Sari akan mengunjungi Vika. Sari melajukan motornya bukan ke arah kosan karena Angga juga anak kos daerah kampus dia sudah paham jalanan daerah situ, benar Sari tidak kekosannya melainkan kearah perumahan yang dulu Vika pernah bilang alamat rumah nya, meskipun mereka menjalin hubungan Angga belum pernah mengunjungi rumah Vika. Tetapi angga ingat betul alamat rumah Vika, biasanya Angga mengantarkan sampai depan gerbang perumahan. Angga tersenyum gembira karena dari situ dia tau keberadaan Vika dan otomatis dia berpikir bahwa rumah tangga Vika dan Riki sedang bermasalah,makannya Vika pulang kerumah orang tuanya. Angga hanya mencari tau dari jauh, dan dia melihat banyak juga tamu dirumah Vika, tidak ada yang tau kabar meninggalnya ayah Vika diantara teman-teman kampusnya, hanya teman sekolah dasar, SMP dan SMA serta teman lingkung
Hari-hari yang Vika lalui sekarang hanya sekedar dirumah membanru ibunya memasak, lalu merawat tanaman sesekali mengobrol bersama dengan ibunya dan Vina diruang keluarga.Tetapi belakangan Vina adik perempuan Vika yang cantik masih imut-imut itu jarang sekali bergabung diruang keluarga, saat pulang sekolah dia langsung masuk kamar keluar hanya makan lalu kembali kekamar lagi.Gadis SMA yang benama lengkap Ervina putri itu terlihat sibuk di dunia nya sendiri, ya Vika maklum karena dia juga pernah merasakan masa SMA, masa dimana hari-harinya sibuk dengan teman-temannya, Vika dan Vina hanya berbeda umur tiga tahun, jadi Vika tau pergaulan anak sekarang, hanya saja Vika termasuk orang yang setia dan taat pada aturan ayahnya sehingga dia tidak mudah terpengaruh oleh pergaulan anak Sma kala itu, saat dia mulai kuliah baru Vika mencoba-coba untuk berpacaran dan berakhir dengan penderitaan.Setelah mengalami pahitnya hidup vika
Angga yang tidak pernah menyerah ingin bertemu dengan Vika menghalalkan segala cara agar bisa menghubungi Vika ,dia membeli kartu baru kusus untuk menelpon Vika.Vika sudah memblokir semua kontak telepon ataupun sosial media Angga, dia benar-benar tidak mau berhubungan lagi bahkan mengetahui kabarnya.Malam itu Vika sedang mendengarkan murotal Al-Qur'an,dokter bilang itu bagus untuk menstimulasi janin dalam kandungannya,,Drtt...dering handphone vika berbunyi..Vika tidak langsung menjawab karena nomernya tidak diketahui, tapi rasa penasarannya membuatnya memberanikan diri untuk mengangkat panggilan itu.."Hallo ,siapa ya.." lalu suara yang sangat vika benci dan tak ingin lagi mendengar nya itu menjawab dengan memelas."Vik, aku mohon jangan ditutup, aku hanya mau minta maaf atas khilaf ku malam itu, dan aku juga punya informasi tentang hubungan adik-adik kita." Tadinya vika sudah langsung mau menekan tombol merah
Saat itu Vika sangat khawatir Vina akan pergi ke kosan Rendi, meskipun kecemasan nya itu salah.Vika merasa lega dan tetap dirumah dengan tenang menemani ibunya menonton tv.Sesekali matanya memandang jam dinding, tak terasa waktu menunjukkan pukul sebelas malam, tetapi Vina tidak kunjung pulang.Kali ini ibunya mulai gusar dan menyuruh Vika menghubungi Vina.Vika mencoba menghubungi beberapa kali tetapi tidak dijawab.Mereka berdua jadi panik tetapi Vika menenangkan ibunya siapa tau sebentar lagi pulang dan vika menyuruhnya untuk istirahat duluan, saat Vina datang dia akan mengabari.Ibu Vika setuju. Sedangkan Vika tidak tau lagi berapa kali dia mencoba menghubungi Vina tetapi tidak ada respon bahkan yang tadinya menyambung sekarag menjadi tidak dapat dihubungi.Vika semakin panik,tidak tau lagi mau menghubungi siapa, dia mencoba menelpon Riki, tetapi sudah j
Beberapa hari berjalan seperti biasanya, Vika sesekali mendengarkan Vina berbicara ditengah malam dengan seseorang di ponselnya, sejujurnya Vika benar-benar khawatir adiknya hanya dimanfaatkan Angga untuk mengusiknya lagi.Tetapi Vina sungguh seperti orang dimabuk cinta,sampai dia tidak menggubris apa yang di nasehat kan oleh Vika, bahkan Vina terlihat menghindari, seperti enggan mengobrol dengan kakaknya itu.Keadaan Vika saat ini sedang hamil tidak mungkin dia bisa mengikuti Vina kemanapun , dia hanya lebih mendetail saat Vina ingin pergi-pergi atau pulang terlambat dari sekolah nya, itu yang membuat Vina seperti malas bertemu Vika, bahkan saat mau ijin keluar dia secara diam-diam pamit ke ibunya , saat Vika tau Vina pergi ibunya langsung menyelamatkan dengan ijin yang sudah ia berikan.Saat ini Vika hanya bisa berdoa agar adiknya selamat dari dugaan dan kecemasan Vika yang mungkin terlihat berlebihan, tetapi semua itu