Seorang gadis membolak balik sebuah buku yang lumayan tebal sambil memakan burgernya dengan tidak fokus. Ia memutar bola matanya ke atas, dan mengucapkan beberapa kata seperti menghapal apa yang buku tersebut tuliskan lalu mencatatnya ke dalam sebuah buku catatan. Sesekali gadis itu membenarkan rambut panjang pirangnya yang menjuntai menutupi mata ketika ia menunduk.
"Shine, kau sudah makan duluan? Jahat sekali tidak menunggu kami," ucap seseorang yang baru datang bersama seorang pria tinggi, tampan, yang ada di sebelahnya.
Mereka adalah Vonie dan Jim, sahabat Shine.
"Kak Darren!"Shine berlari memeluk kakaknya yang baru saja tiba mengunjungi hotel yang ia tempati."Akhirnya kau datang," balas Darren memeluk Shine erat."Ya, kak, karna ancamanmu," tukas gadis itu.Bukan tanpa sebab Shine memutuskan untuk datang ke pernikahan kakaknya yang akan diadakan besok di gedung megah sebelah hotel tempat ia menginap. Shine datang karena kakakny
Pesta pernikahan Darren dan Mikaela digelar dengan sangat mewah. Acara demi acara sudah terlaksana dengan lancar. Saatnya para tamu undangan dan sanak saudara menikmati hidangan yang sudah disiapkan.Shine baru berani menampakkan diri setelah acara usai. Ia sudah mewanti-wanti Ema dan Brata untuk menghubunginya ketika Daffa sudah pergi. Daffa pergi pun bukan karena keinginannya, tapi Shine mengatakan pada kedua orang tuanya, jika ia tidak akan muncul pada acara penting itu jika Daffa masih ada disana.Sebenarnya Shine sedikit kecewa ketika mendengar bahwa dengan suka rela Daffa mengalah dan tidak keberatan menyetujui u
Dua tahun kemudian ...Daffa berdiri tepat di depan rak-rak yang berjajar rapih di kantornya, sembari mengecek dokumen satu persatu. Hanya itu kenangan yang bisa ia ingat, terakhir kali ia bertemu dengan Shine, terakhir kali gadis itu berbicara dan menatapnya dengan penuh amarah. Terakhir kali jantungnya berdebar dengan sangat hebat.Selama itu pula, ia tak pernah bertemu dengan gadis itu lagi. Jangankan bertemu, menelpon atau mendengar suaranya pun tidak pernah.
"Pagi."Sapaan seseorang terdengar begitu Shine membukakan pintu asramanya yang berkali-kali diketuk."Pagi, Jim," balas Shine tersenyum.Shine sudah bisa menebak siapa orang yang datang.Sekarang, setiap pagi, Jim selalu menjemputnya terlebih dahulu sebelum pergi ke kampus. Mengajaknya untuk sarapan bersama. Ntah itu dengan membawakannya makanan berupa roti dan susu atau
"Hei, apa kabar, Shine?"Jantung Shine berdebar kencang, kalimat itu keluar dari mulut seseorang yang sesungguhnya paling ia rindukan di muka bumi ini. Suara lembut itu menyapanya dengan wajah yang paling teduh yang pernah Shine lihat.Seharusnya, Shine tidak perlu menjawab pertanyaan itu dan langsung memeluk pria di depannya dengan erat, melepas kerinduan yang membuncah di dalam dadanya.Seharusnya...
"Benarkah dia melakukan itu?"Jane berpindah posisi, dari yang tadinya berdiri malas-malasan, tak terlalu memperhatikan apa yang Shine katakan padanya ditelpon, hingga sekarang ia putuskan untuk duduk di sofa dan mendengarkan cerita Shine baik-baik."Ya, dia memelukku semalam dan mengatakan bahwa dia merindukanku," ulang Shine."Lalu apa yang kau lakukan?" Jane penasaran.
Daffa membawa Shine ke hotel yang ia tempati dengan susah payah, terkadang Shine memberontak ingin melepaskan diri dari Daffa, terkadang pula Shine bertingkah seperti anak kecil yang merajuk.Mulutnya terus merancau mengatakan kata-kata kasar yang memaki Daffa.Sesampainya di hotel, Daffa merebahkan tubuh Shine di atas ranjang. Ia mengambil napas banyak-banyak dan melepaskan satu kancing atas bajunya karena kelelahan juga berkeringat.Tangannya berkacak pinggang mengamati Shine yang terlentang d
Ketukan-ketukan pelan terdengar diheningnya malam. Tangan Daffa tak dapat diam mengetukkan jemarinya ke atas meja dengan posisi terlentang di sofa. Ia menatap langit-langit sembari tersenyum.Mengingat hal lucu yang ia lakukan pada Shine pagi tadi.Kenapa ia bisa lepas kendali? Menyentuh Shine dengan hasrat seorang lelaki, sama sekali tidak ada dipikiran Daffa sebelumnya, tapi kini ia lakukan juga. Memandang Shine sebagai wanita, selalu terbayang wajah gadis itu. Sudah lama sekali Daffa tidak merasakan perasaan yang berbunga-bunga hanya karena seorang wanita.